Menanggapi Hari Jadi Kabupaten Situbondo
Oleh : Agus Karyanantio, dkk. (Tim Evaluasi Kajian Harjakasi Opsi Tahun 1818)
Diduga kuat ada penggiringan opini publik oleh panitia sarasehan HARJAKASI 5 Desember 2012 dengan bukti sebagai berikut :
- Pemateri tunggal tentu tidak memberi ruang pilihan narasumber sejarah pada audiens sarasehan. Cukup dengan moderator yang sarjana saja mudah digiring opini publik jadi satu warna apalagi moderatornya Doktor.
- Acara sarasehan sudah direncanakan jauh sebelumnya, kenapa makalah Mas Edy Burhan tidak dibagi? Ada unsur kesengajaan dari panitia agar audien tetap Amnesia Sejarah sehingga mudah digiring ke satu warna, yaitu opsi tahun 1818.
- Panitia di akhir paparan tunggal mas Edy Burhan bersikap netral seolah memberi waktu pada yang berbeda pendapat dengan opsi tahun 1818, padahal Mas Irwan R dan Mas Agus Sodu yang sudah protes sebelum sarasehan. Tapi tidak diundang. Aneh.
- Ketika -peserta tak diundang- itu nekat datang, kenapa pemberian waktunya di akhir sesi tanya jawab dan waktunya sedikit? Apakah moderator sudah mengatur sesuai pesan sponsor?
- Ketika -peserta tak diundang- menyampaikan penolakannya. Dan merupakan dinamika pendapat yang berbeda pada suatu sarasehan. Kenapa pendapat mas Irwan tidak ada di dalam Notulen?
Nah, dari lima alasan ini saja sudah terbukti bahwa sarasehan diadakan dengan pesan sponsor harus berakhir dengan satu warna, opsi thn 1818 dan mereka menghalalkan penggiringan opini publik untuk mencapai tujuannya.
KRITIK TERHADAP MAKALAH SARASEHAN HARJAKASI 5 DESEMBER 2012
Sekarang kita bahas bagaimana makalah Mas Edy yang berlebihan menokohkan Bupati ke 1 Besoeki, Prawiroadiningrat tidak sesuai dengan fakta sejarahnya :
- Hari pelantikan Prawiroadiningrat mempunyai dasar hukum yang jelas dan tersimpan di gedung arsip nasional. Ini betul 100%.
- Atas jasa dan gagasan Prawiroadiningrat membangun Dam Seluis? Apakah mungkin seseorang yang bukan Insinyur teknik sipil membuat detil desain DAM? Sementara fakta di prasasti pengairan tertulis Pimpronya adlh Ir. Van Thiel dan penanggung jawab adalah Residen Besuki, Prawiroadiningrat memang disebut, tapi dalam kapasitas sebagai Bupati, pemilik wilayah yang tentunya berjasa pada Belanda dengan menyediakan logistik dan buruh kerja rodi. Tapi bukan pemilik ide ataupun pembuat detil desain. Jadi point 2 ini salah.
- Pemimpin yang visioner dengan penataan birokrasi yang bagus ada adipati, jaksa, sipir penjara, wedana, demang, petugas pabean. Struktur pemerintahan buatan Belanda seperti di Besoeki itu sudah ada sebelumnya di kabupaten lain. Pak Prawiro ya tinggal mengikuti Residen Belanda toh, Residen mengikuti Gubernur Jendral Hindia Belanda. Logikanya yang mengangkat bupati Prawiro adalah Belanda, urusan administrasi negara di Kabupaten Besoeki juga ikut Pemerintah Hindia Belanda. Pembagian tugas pemerintahan seperti itu belum ditemui pada pemimpin Situbondo sebelumnya. Waaah... ini pengkaburan sejarah namanya. Pada era Raja Vassal Patukangan yaitu Suradikhara 1359 M ketika Hayam Wuruk singgah di Patukangan dan Raja Santaguna 1500-an sudah ada struktur pemerintahan seperti itu malah ada Duta yang dikirim ke Cina. Jadi point 3 ini salah.
- Pemimpin yang revolusioner, memulai proletarisasi kebangsawanan di Tapal kuda, kaum ningrat terdidik sama dengan rakyat buta aksara. Revolusi apa yg dilakukan Pak Prawiro? (Bandingkan Revolusi Bung Karno dan Bung Hatta) sampai berkali kali dipenjara Belanda. Bagaimana proletarisasi kebangsawanan. Sedangkan Pak Prawiro sendiri pakai gelar Raden dan duduk manis di pendopo. Sementara rakyatnya kerja rodi (tidak dibayar, klo melawan dibunuh) proyek dam dan jalan, petani juga tanam paksa perkebunan tebu, Cultuur Stelsel untuk padi. Memang waktu itu Situbondo sukses perkebunan tebunya dan ekspor gula. Tapi yang kaya Belanda, bukan rakyat Situbondo. Jadi point 4 ini pengkaburan sejarah.
- Pada tahun 1820 M mendirikan / membuat sekolah modern ke 8 di Besoeki. Sudah saya bolak-balik arsip pendidikan, yang ada Belanda memulai membuat sekolah tahin 1816 M sejumlah 5 sekolah ELS ( Europesseche Lagere Schoel ), jika memang kita anggap yang ke 8 tahun 1820 ada di Besoeki. Ya tentunya ELS yang buatan Pemerintah Belanda. Bukan buatan pak Prawiro. Sebagai pembanding bahwa sekolah swasta Belanda yang dipelopori Van de Venter baru ada tahun 1856 M. Jadi point 5 ini juga pengkaburan sejarah, yang kerjaannya Belanda diakui sebagai karya Pak Prawiro.
KESIMPULAN
Jika dari 5 alasan prestasi Pak Prawiro yang diungkap mas Edy Burhan. Hanya 1 yang benar dan 4 salah, sementara rakyat waktu tahun 2012 masih Amnesia sejarah bagaimana ini?
Padahal mas Edy Burhan pemateri tunggal dan hasil sarasehan menjadikan dasar perda 2013 untuk penetapan Harjakasi tahun 1818. Apakah yang begini bukan penggiringan opini publik jadi satu warna yang terencana, masif dan terstruktur? []
____
Sumber Foto : http://areksitubondo.blogspot.co.id
Menanggapi Hari Jadi Kabupaten Situbondo
Reviewed by Redaksi
on
Agustus 15, 2017
Rating: 5
Tidak ada komentar