Festival Kampung Langai: Mengabdi pada Masyarakat atau Artistik

Salah satu penampil di Festival Kampung Langai 4
Festivalisation understood as a development of festivals and their influence on people and the surrounding space,… It is closely connected with the development of human culture,... (Klein and Blake 2002).
(Cudny, 2016: 11)
Oleh : Mei Artanto
Festival dan budaya, kini telah menjadi sepasang kekasih yang saling bercumbu mesra. Kemesraan yang terjalin seakan membuat konflik yang dihasilkan dari gesekan keduanya hanya menjadi bumbu pemanis. Hal ini tersirat dari kutipan di atas, di mana perkembangan yang terjadi dalam praktik festival tidak dapat dilepaskan dari pengaruh budaya. Indonesia, sebagai bangsa yang memiliki keberagaman budaya telah menjadi surga bagi para penggiat festival. Hal ini dapat kita simak melalui penelusuran salah satu laman di internet, seperti japungnusantara.org, yang menyediakan informasi perihal festival yang ada di Indonesia, secara spesifik festival yang sudah bergabung dalam jejaring tersebut. Dan Festival Kampung Langai merupakan salah satunya.
Festival yang berada di Desa Sumberkolak, Kecamatan Panarukan Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Pada 1-2 September 2017 telah menginjak tahun keempat. Festival yang dibalut seni pertunjukan dengan mengedepankan perayaan emosi dan rasa dari pembacaan lingkungan sekitar merupakan daya tarik dan kekhasan dari festival ini1. Hal ini dapat kita lihat dari repertoar yang ada di Festival Kampung Langai #1, #2, dan #3, di mana sajian yang ditawarkan amat beragam, seperti solo piano dengan karya musik klasik Barat, musik etnik dalam format traditional maupun band, tari, musikalisasi puisi, paduan suara, dan banyak lagi.2
Beragamnya dan campur baurnya menu yang ditawarkan oleh festival ini cukup disayangkan jika dilewatkan.
Festival sebagai Pertunjukan Budaya
Melihat repertoar yang ada di Festival Kampung Langai ##1, #2, dan #3, festival ini (mungkin) dapat kita maknai sebagai sebuah pertunjukan budaya. Pemaknaan ini merujuk pada pandangan Singer. Ia mengartikan pertunjukan budaya sebagai upaya menata, mentransformasikan, hingga mengorganisir struktur konten yang berakar pada muatan budaya dan tradisi, melalui media khusus, di waktu tertentu, dan dengan maksud dipertontonkan kepada khalayak umum maupun sesama (Murgiyanto, 2015: 28). Maka jika dicermati, bentuk festival semacam ini justru cerminan kehidupan masyarakat, tentu dengan melibatkan dan memunculkan potensi-potensi yang ada di masyarakat. Festival yang semacam ini dalam pandangan Cudny disebut sebagai community based festivals (Cudny, 2016: 36). Contoh community based festivals yang bisa kita cermati yaitu Festival Lima Gunung (FLG). Festival ini secara apik dapat mengelola dan menyajikan kesenian serta potensi yang berasal dari desa-desa di lima gunung. Lantas bagaimana dengan Festival Kampung Langai? Apakah sudah seutuhnya berkonten muatan budaya dan tradisi masyarakat? Jika sudah dilakukan, kiranya menjadi capaian yang menggembirakan.
Orientasi Artistik dan Estetis dalam Festival
Untuk community based festivals, Cudny menawarkan dua hal yang perlu dicermati terlebih dahulu, yaitu (1) sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan festival seperti orientasi artistik hingga capaian estetik, dan tata kelolanya, dan (2) hal-hal yang menyangkut sesuatu yang dapat dirasakan dan berdampak pada masyarakat, seperti ekonomi dan edukasi (2016: 19). Orientasi artistik hingga capaian estetik menjadi wilayah yang sering mendapat porsi lebih untuk dipikirkan dan dikelola sedemikian rupa. Bagaimana tidak, saat ini memang dalam beberapa penyelenggaraan festival, kebutuhan artistik yang megah seakan ingin mencapai sebuah pleasure yang begitu tinggi. Hal ini tidak dapat kita pungkiri, era yang serba sosial media, capaian artistik yang begitu megah dapat digunakan sebagai strategi ampuh untuk mendatangkan pengunjung, khususnya yang berada di luar wilayah penyelenggaraan. Akan tetapi terasa tidak begitu bijak jika capaian artistik yang begitu megah dan kerumitan teknik penggarapan malah meniadakan dampak pada lingkungan sekitar, terlebih bagi masyarakatnya.
Seklumit Tawaran
Ada hal yang menarik yang dilontarkan oleh Bambang Paningron pada serial diskusi Repertoar #5 yang bertema Geliat Festival dalam Langskap Pariwisata (18 November 2015). Menurutnya, sebuah festival yang baik kiranya tidak hanya menyajikan pertunjukan yang berkualitas saja, melainkan terdapat kegiatan yang memiliki nilai edukasi seperti diskusi dan workshop. Adanya diskusi dan workshop dari narasumber yang kompeten dapat dijadikan sebagai pemantik guna meningkatkan kualitas dan mengedukasi pengelola, pengunjung, dan masyarakat di sekitar kawasan festival. Dan melalui dua program ini, pada akhrinya nanti keseluruhan sajian dalam festival ini dapat berakar pada potensi-potensi desa sendiri. Jika memang dirasa perlu mendatangkan penyaji yang berasal dari luar, kiranya mereka dapat difungsikan sebagai sumber pengalaman dan pengetahuan bagi para pengunjung, pengelola, dan masyarakat. Artinya mereka tidak hanya sebagai penampil yang hanya memberikan pengalaman estetis semata, melainkan turut menambah wawasan dan pengetahuan lewat program diskusi dan workshop. Maka dalam upaya ini, kiranya perlu melakukan kurasi bagi para penampil yang ingin didatangkan dari luar, agar nantinya sesuai dengan sektor-sektor yang perlu dikembangkan dan diolah oleh pengelola dan masyarakat penyelenggara festival. []

Daftar Rujukan
Cudny, W. 2016. The Concept Origins and Types of Festivals. Festivalisation ofUrban Spaces, Springer Geography. Switzerland: Springer International Publishing.
Murgiyanto, Sal. 2015. Pertunjukan Budaya dan Akal Sehat. Jakarta: PenerbitFakultas Seni Pertunjukan-Institut Kesenian Jakarta dan Komunitas SENREPITA Yogyakarta.
____________. 2016. Kritik Pertunjukan dan Pengalaman Keindahan. Jakarta: Penerbit Pascasarjana-Institut Kesenian Jakarta dan Komunitas SENREPITA Yogyakarta
Narasumber
Bambang Paningron, dalam serial diskusi Repertoar #5 Geliat Festival dalam Langskap Pariwisata, yang diselenggarakan oleh Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa (PSPSR) Sekolah Pascasarjana, 18 November 2015.
Sumber Elektronik
1 http://kampunglangai.blogspot.co.id/2015/09/festival-kampung-langai.html
2 http://japungnusantara.org/titik-balik-menuju-festival-kampung-langai-2016/

Festival Kampung Langai: Mengabdi pada Masyarakat atau Artistik Festival Kampung Langai: Mengabdi pada Masyarakat atau Artistik Reviewed by Redaksi on September 03, 2017 Rating: 5

Tidak ada komentar