Langit Biru Cinta Searah
Oleh : Levana Azalika
Pada hembusan angin ini, aku
memberanikan diri menatap langit yang mulai mendung disertai dengan buliran air
yang orang sebut dengan rintik hujan.
Jika hujan saja berani turun
ke bumi, tapi kenapa aku tidak berani mengungkapkan perasaanku padanya?
Aku tidak punya keberanian
seperti gadis Jepang dalam mencintai seseorang. Dan aku bukan Bella yang rela
menjadi vampir demi ingin bersatu dengan Edward.
Aku ini hanya Shania. Shania
yang takut untuk sekedar mengatakan suka pada seorang Kakak kelas bernama
lengkap Akira Boby.
Aku suka dia karena dia
menarik.
Memang, kata terakhir itu
adalah alasan klasik dan tidak sepenuhnya bisa menjadi patokan untuk kita
mencintai seseorang.
Tapi yang namanya perasaan
cinta bisa tumbuh dengan hal- hal tak terduga.
Ku lihat Kak Boby mencoba
berjalan ke arah koridor yang saat ini menjadi tempat untuk aku berdiam diri.
“Apa harus sekarang?”tanyaku
di dalam hati.
Dengan helaan napas pelan,
aku memberanikan diri untuk menyapanya. “Kak Boby.”
Kakak kelas berkacamata yang
aku sukai memberhentikan langkahnya. “Bisakah kita bicara sebentar?”
Kulihat dia sekilas
mengerutkan dahinya dan tersenyum simpul sambil menarik pergelangan tangan ini.
Lapangan Bakset
“Kamu ingin bicara apa?
Jangan takut. Hanya gerimis kecil saja,”ujar Kak Boby dengan senyum hangat yang
membuat hatiku terasa tenang.
“Jika ada perempuan yang
menyukai Kakak. Kakak akan bereaksi seperti apa?”tanyaku yang membuatnya
mengangguk paham. “Kalau lelaki itu mengatakan bahwa si perempuan mengalami
yang namanya cinta searah. Bagaimana reaksi perempuan itu?”
Aku tahu jawaban dari pertanyaanku.
Dan aku pasrah akan hal itu. Ketika aku akan berjalan meninggalkan lapangan
basket, Kak Boby menahan tangan kananku.
“Shania, jawab dulu. Baru
Kakak akan menjawabnya juga,”ujar Kak Boby seduktif yang membuatku segera
menepis tangannya. “Menurutku, laki- laki itu bodoh. Tidak ada perempuan
seberani itu dalam mengungkapkan perasaan pada seorang laki- laki yang ia
cintai. Kebanyakan mereka akan menunggu. Tapi perempuan ini tidak.”
“Sama halnya dengan
jawabanmu. Laki- laki ini tidak akan melepaskan perempuan itu. Tapi dalam
konteks hanya menjadi Kakak dan Adik kelas saja,”ucap Kak Boby yang membuatku
langsung membungkukkan badan sekilas.
“Arigatou Senpai,”ujarku
sambil pergi meninggalkannya sendiri di lapangan basket.
Aku tahu, seharusnya aku
tidak bertingkah seperti itu.
Setidaknya, walaupun dia
menolak tapi dia tetap berbaik hati untuk menjadikan aku sebagai Adik kelasnya.
Memang, pasti Kakak kelas
akan menganggap angkatan di bawahnya itu sebagai Adik kelasnya.Tapi hal itu
tidak semua sih. Setidaknya aku benar- benar dianggap olehnya.
Daripada aku harus mengalami
yang namanya cinta dalam diam. Lebih baik aku mengutarakan perasaanku padanya.
Di tolak atau pun di terima, perasaan lega pasti ada di dalam benakku.
Rasanya seperti tidak ada
beban sama sekali.
“Aku ingin bisa menjadi
teman Kakak. Tapi kenapa Kakak hanya menganggapku sebagai Adik kelas
Kakak”ujarku sambil menunduk pada jalanan koridor kelas. “Seharusnya tadi kamu
jangan pergi dulu.”
Aku memberhentikan langkahku
saat mendengar suara Kak Boby dan reflek membalikkan badan menghadap ke
arahnya. “Kak Boby?”
“Shania, kamu tidak perlu
sedih seperti itu. Jangan hanya karena Kakak menolak kamu, kamu seperti tidak
punya arah tujuan lagi,”ujar Kak Boby yang membuatku tertunduk lemah.
“Aku sayang sama Kakak. Apa
aku salah kalau aku sedih karena ditolak sama Kakak?”tanyaku yang kaget saat
satu tangannya mengusap wajah sampingku dengan lembut.
“Tidak Shania. Kamu boleh
sedih, tapi jangan larut dalam kesedihan hanya karena satu orang seperti Kakak.
Kakak menolakmu, karena masa depan kamu masih panjang untuk kamu gunakan dengan
hal yang berguna kalau harus berpacaran dengan Kakak.”
“Apa Kakak akan menerimaku
kalau saja Kakak tidak memikirkan masa depanku?”tanyaku penuh harap. Sungguh,
sebelumnya hatiku tidak sesakit ini saat mencintai seseorang.
Tapi kenapa saat mencintai
Kak Boby selalu sakit yang aku rasakan. “Apa aku nggak pantas untuk bahagia
Kak?”tanyaku pada Kak Boby dengan mata berkaca- kaca.
Tangan kanan Kak Boby yang
mengusap wajah sampingku kini beralih menghapus cairan liquid yang mulai jatuh
di pelupuk mata ini. “Shania. Masa depan kamu masih panjang. Kakak tidak ingin
merusaknya. Apalagi Kakak akan lulus. Kakak tidak ingin kamu memikirkan Kakak
terus- menerus.”
“Walaupun kamu dan Kakak
tidak bisa menjalin kasih, setidaknya kita bisa menjadi sahabat. Kakak akan
berusaha membuat kamu bahagia. Tapi dengan bukti, bukan janji semata”
Senyumanku mengembang
mendengar penuturannya yang sangat tulus, dan aku tidak bisa menemukan
kebohongan di balik kacamatanya itu.
“Makasih ya Kak. Walaupun
cinta aku ini searah, tapi Kakak mengizinkan aku untuk ada di kehidupan
Kakak,”ujarku sangat bahagia. “Of course Shania. Kakak tidak akan
menyianyiakan seorang perempuan seperti kamu.”
Setidaknya, walaupun cinta
aku ini searah. Kak Boby sangat baik untuk menawarkan aku menjadi sahabatnya
dan dia berusaha untuk membuat aku bahagia lewat bukti- bukti nyata dan bukan
janji semata yang seperti dia katakan.
Tuhan, aku senang
mencintainya.
Aku fikir, Kak Boby adalah
orang yang jahat. Dia tega menolakku meskipun dengan cara halus.
Tapi dalam keadaan cuaca
yang berubah dan langit biru yang cerah ini, meskipun cintaku searah. Tapi aku
sangat bahagia.
Terima kasih Tuhan.
Semoga perasaanku ini akan terus berlanjut sampai kapan pun. Dan aku
berharap, kami dapat bersama terus- menerus. []
Langit Biru Cinta Searah
Reviewed by takanta
on
Desember 10, 2017
Rating: 5
Tidak ada komentar