Bekal Kepulangan dan Puisi Lainnya Karya Daffa Randai
Puisi Daffa Randai
Bekal Kepulangan
: N. Evani M.
untuk
kepulanganmu,
telah
kukemas sekotak puisi
sebagai
bekal selagi kau di jalan
─seandai kau sendiri
puisi-puisiku
dapatlah
kau
jelmakan sebagai teman.
Yogyakarta, 8 Juni 2018
Gerimis
Telanjang
Gerimis telanjang di sepanjang jalan,
dan rusuk parit yang keruh meluapkan
kenangan.
halte di tepi gedung, nyanyi biola, hari-hari
yang sedih terus terjadi dan berulang.
Aku tak berpayung, berbasah-basah
mencari kau yang tak beralamat.
lampu kota yang gigil, kaki gerimis yang
runcing, dan segala tentangmu yang sedih
; gagal membuatku berpaling.
Gerimis telanjang di sepanjang jalan,
dan aku musafir asing
yang tersesat di simpang kenangan.
halte di tepi gedung, denting piano,
hari-hari
sedih yang membikin hati terajang-terisis.
Rambu-rambu yang beku di samping
persimpangan buntu, arah di peta yang hilang,
dan segala tentangmu yang getir
; gagal kugubah ke dalam syair.
Yogyakarta,
22 April 2018
Jarak Cemburu
: N. Evani M.
andai
Tuhan menakdirkan
jarak
berjenis kelamin;
lelaki, misalnya
sudah
jadi barang tentu
aku
jadi hamba pertama
─paling cemburu
tiap
kali mata kita
terpaksa
tak bisa bertemu
Yogyakarta, 8 Juni 2018
[Kafe
Basabasi, Pukul 23.20 WIB]
Kepada Pemulung
Matahari terpijak, dan cahaya
meredup terbilas keringat.
jalan-jalan berlumpur, perkampungan
kumuh, dan kerlip sungai yang keruh
memuarakan nasibmu yang pilu.
Gugur nasi dan asin hidup,
malam panjang penuh debu dan debar
waktu di sisa-sisa usia; terpelihara
kau di bibir kesunyian kota, seorang saja.
Di batas senja, malam-malam dingin
berjatuhan meningkap tubuhmu,
dan lantai menggigil−kau mengunggun
cahaya melesat menembus batik,
betapa hidup membuatmu tersengal-tertatih.
Pagar-pagar kayu, seutas taman yang kering
berseberangan di lengan kirimu
yang dingin, tetapi kau tak bersedih.
malam-malam panjang, jalan berbatu kerikil
ketika nasi tersuap, Tuhan bagimu
; tetap Yang Maha Adil.
Yogyakarta, 22 April 2018
Ketidakberdayaan Mencintaimu
: N. Evani M.
aku,
burung pelatuk kesepian
melubangi
luka-luka
sendirian.
di
atas pohon waktu
kuukir
segala sakit
berulang-ulang.
dengan
separuh paruhku
mengucap
ketidakberdayaan
mencintaimu
ketidakbahagiaan
diri sendiri
sudah
terlanjur kupertaruhkan.
Yogyakarta, 8 Juni 2018
[Kafe
Basabasi, Pukul 23.35 WIB]
Sebelum Tiba di
Kamar
di luar kau tahu,
aku hidup berbaju kesia-siaan
pada tubuh yang tak semestinya
dapat sekali lepas
atas kau di bayang-bayang
bersikukuh. kau seluruh ada padaku
pada alir darah yang senantiasa
mendarakan kau, seutuhnya
sebelum tiba di kamar,
tak pada cermin, tak pada dirimu sendiri,
kau tahan tiada membagi
─buatku cuma, tanpa
kecuali
Yogyakarta, 25 Mei
2018
: N.
Evani M.
/1/
gelap menyampul kaca jendela
dan aku menulis puisi tentang kau;
bulir-bulir masalalu
yang kadang sering kurindu.
/2/
seperti malam yang asing, siangku
hilang terhalang mimpi-mimpi
dan pagi tak pernah benar-benar ada
terhitung sejak kau pergi.
/3/
gelap yang gagap menyelinap
di deru dadaku yang sesak,
tampak mengalir sebuah bayangan
seorang gadis bermata sipit
dengan rambut yang terurai
; nyaris menyerupai kau.
/4/
seperti hari-hari asing
yang berlalu tanpa kau kini;
tak seorang pun berhasil, dan aku
yang gagal melupakan kau, sekali lagi.
/5/
betapa puisi getir bergetar
di tubuhku yang sunyi,
dan kau garis
hitam masalalu
terlampau sulit kuhindari.
/6/
seperti siang yang asing,
tak terlihat satu pun jalan;
dan puisiku sedih mengingat
kau yang terpaksa harus tinggal
; di lesung laci kenangan.
Yogyakarta,
21 April 2018
TENTANG PENULIS
Daffa Randai, lahir di Srimulyo, Madang Suku II, Ogan Komering Ulu Timur, Sumatera Selatan pada 22 November 1996. Alumnus siswa SMA Negeri 1 Belitang (2015) dan detik ini sedang menempuh pendidikan tinggi di Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST) Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Salah seorang inisiator terbentuknya komunitas Pura-Pura Penyair. Pernah menjabat sebagai Wakil Pemimpin Redaksi (2016), Redaktur Pelaksana (2017) di Mading Wiyata, dan Pemimpin Redaksi (2017) di Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Pendapa Tamansiswa.
Puisi-puisinya tergabung dalam antologi bersama seperti, Tasbih-Tasbih Rindu (Wahid Media, 2017) Tematik Rindu (Sudut Sastra, 2017) dan Kepada Hujan di Bulan Purnama (Tembi, 2018). Beberapa karyanya juga tersiar di koran Sriwijaya Post dan media daring seperti: jejakpublisher.com, tembi.net, kibul.in, sukusastra.com, tulis.me, lampungmediaonline.com, binisbelta.id, dan lain-lain. E-mail: randaidaffa22@gmail.com, Facebook: Daffa Randai, Twitter: @randai_daffa, Line: @randaidaffa22, Ponsel: 0822-8245-2892, Blog: www.randaidaffa.wordpress.com.
Bekal Kepulangan dan Puisi Lainnya Karya Daffa Randai
Reviewed by takanta
on
Juli 15, 2018
Rating: 5
Suka sama puisi-puisinya kak. Terlebih puisi pertama "Bekal Kepulangan" diksi yg dipilih pas banget. Cocok di telinga. Kalimatnya sederhana tapi mengandung pesan yang kuat. Selain itu saya juga suka pada kalimat "gelap gagap menyelinap" di sana ada pengulangan bunyi konsonan yang dalam hal ini sangat menambah ritmis puisinya njenengan. Luar biasa menginspirasi.
BalasHapus