Ulas Buku : Perempuan, Politik, dan Pemilu
Oleh: Agus Hiplunudin
(Penggiat Wahana Demokrasi dan Akademisi Jalanan)
PEREMPUAN,
POLITIK, DAN PEMILU
PENULIS
: Agus Hiplunudin
ISBN:
978-623-7328-00-1
Penerbit
: Guepedia Publisher
Ukuran
: 14 x 21 cm
Tebal
: 81 halaman
Harga
: Rp60.000
Betina, jalang, daging, jablay, merupakan sedikitit dari sekian banyak lebel buruk yang diberikan pada makhluk indah ciptaan Tuhan yang disebut perempuan. Belum lagi pada masa kolonial kerap perempuan diberi lebel yang tidak mengenakan seperti nyai-nyai atau gundik, ban serep, bahkan disebut barbek alias barang bekas. Seiring waktu perempuan Indonesia terus bergeliat mencari jati dirinya sendiri melalui media sosial atau medos perempuan mereproduksi citranya menjadi selegram (selebritis Instagram) dalam politik perempuan menghadirkan tubuhnya sebagai perempuan parlemen dan perempuan kepala daerah tetapi ini baru sebatas permukaan belaka. Rupanya penderitaan perempuan terus berlanjut hingga kini lebel buruk pun tak pula hengkang dari perempuan baru-baru ini tersiar kabar perempuan berlebel sebagai pelakor atau perebut laki orang hingga merbaknya bisnis prostitusi online yang menyeret sejumlah nama sebritis perempuan Indonesia. Tidak pula dipungkiri pelecehan kerap terjadi pada perempuan dari mulai kasus kekerasaan psikologis hingga pemerkosaan. Ketika perempuan bekerja seringkali manajemen memberi upah yang rendah, ketika perempuan dalam rumah keberadaannya dipandang sebelah mata karena dianggap tidak memberi kontribusi dalam ekonomi keluarga.
Lantas apa akar dari permasalahan perempuan saat ini? Adakah solusinya?
Demikianlah hal yang dipaparkan dalam buku tersebut,
serta berusaha
mencari jawabannya.
Tabel: Perempuan vs Laki-laki
Laki-laki
|
Perempuan
|
Publik
|
Privat
|
Maskulin
|
Feninin
|
Rasional
|
Emosional
|
Politik
|
Egoistik
|
Altruistik
|
Narsis
|
Sumber: Analisis Penulis, 2019
Tabel di atas menunjukkan konstruksi sosial yang
diberikan pada perempuan terutama ketika dihadapkan dengan dunia laki-laki.
Konstruksi sosial inilah yang melahirkan sebuah konsep yang disebut “gender”.
Gender berbeda dengan sex atau alat
kelamin, jika alat kelamin merupakan sebuah warisan biologis atau bawaan lahir
namun lain halnya dengan gender yang merupakan hasil dari proses sosial
terhadap diri perempuan hingga terbentuknya persepsi yang membidani lahirnya
ketimpangan gender.
Tabel di atas menunjukkan bagaimana perempuan
dikonstruksi secara kontra diktif dengan laki-laki. Pertama, publik vs privat: Laki-laki berada di wilayah publik
sedangkan perempuan di wilayah privat; wilayah publik merupakan sebuah ruang
yang diidentikkan dengan kawasan bebas sedangkan wilayah privat diidentikkan
dengan ruang yang tersembunyi—atau dengan bahasa lain perempuan dilempar ke
dalam rumah (domestik) sedangkan laki-laki berada di luar rumah (non-domestik)
artinya perempuan bekerja sebagai ibu rumah tangga yang mengurus anak dan suami
dalam rumah sedangkan lelaki sebagai pencari nafkah di luar rumah. Image ini terus melekat pada
perempuan—sehingga perempuan dipersepsikan sebagai penguasa rumah dan laki-laki
penguasa kebebasan. Kedua, maskulin
vs feninin: laki-laki diidentikkan dengan sifat-sifat maskulin sedangkan
perempuan feminin, sifat-sifat maskulin merupakan perwujudan dari citra
keperkasaan, kejayaan, kehebatan, kemenangan, dan keberanian sedangkan feminis
mewakili cita yang lemah-lembut, keibuan, penyabar, mengalah, dan air mata.
Konstruksi sosial ini terus melekat hingga di wajah kaum perempuan. Ketiga, rasional vs emosional: Laki-laki
tercitrakan sebagai makhluk yang rasional yang mengedepankan akal pikirannya
dalam pengambilan keputusan sesangkan perempuan menggunakan emosinya ketika
mengambil keputusan yang berujung pada keputusan laki-laki lebih bisa
diandalkan dari keputusan perempuan. Keempat,
laki-laki merupakan aktor politik sedangkan perempuan aktor agoistik pengertian
secara umum aktor politik senantiasa memikirkan kebaian bersama berbeda dengan
aktor egoistik ia hanya memikirkan kebaikan untuk dirinya sendirinya. Kelima,
altruistik vs narsis: laki-laki dicitrakan sebagai sosok yang altruistik ia
senantiasa memikirkan kebaikan orang lain di atas kepentingan dirinya sendiri,
lain halnya dengan perempuan yang narsistik ia terlalu cinta pada dirinya
sendiri sehingga tidak peduli pada kepentingan orang lain atau kepentingan
laian selain kepentingan dirinya sendiri.
Konstruksi sosial tentang perempuan di atas terus
direproduksi dari zaman ke zaman dan diwariskan dari generasi ke generasi yang
pada akhirnya disepakati sebagai nilai dan norma yang memang keberlangsungannya
harus dijaga dan dilestarikan.
Dalam hal ini penulis hendak mengajak pada segenap
pembaca untuk memahami perempuan sebagaimana adanya, sehingga perempuan
memiliki peluang yang sama untuk berekpresi seperti halnya laki-laki teritama
dalam domain ekonomi dan politik. Selain dari itu buku ini mengulas perihal
politik dan pemilu di Indonesia yang bertujuan agar pembahasan dalam buku ini
lebih holistik, menyeluruh. Adapun isi dalam buku ini mengulas tentang APA
KABAR PEREMPUAN, DOMINASI PATRIARKI
DAN KONSTRUKSI TUBUH PEREMPUAN, WARIA
DAN KEMENANGAN KAUM FEMINIS, ENVIRONMENTALISME DAN EKSISTENSI KAUM FEMINIS, HANTU
KUNTI LANAK DAN KELONG WEWEK MENCITRAKAN , KARAKTER PEREMPUAN selanjutnya berbica tentang; INSTAGRAM,
LESBIAN, DAN KEBEBASAN SEKSUALITAS MASA
DEPAN POLITIK PEREMPUAN INDONESIA PADA PILEG 2019 DAN FEMINIS POST KOLONIALISME, SUDUT PANDANG
MARKETING POLITIK; 30 PERSEN KETERWAKILAN PEREMPUAN DALAM PARLEMEN; ANTARA HARAPAN DAN KENYATAAN DI PILEG 2019, PEREMPUAN
DALAM PUSARAN KONFLIK AGRARIA DI INDONESIA
RUMAH SUMBER PENDERITAAN BAGI PEREMPUAN? Didedikasikan untuk Hari Perempuan
Internasional 8 Maret 2018 MASIH LEMAHNYA PERAN POLITIK PEREMPUAN DI PILEG 2019
selain dari itu ulasan politik akan membahas mengenai; TINGKAT KEPERCAYAAN MASYARAKAT TERHADAP PARPOL DIUJI PADA
PEMILU 2019, HAK POLITIK PARA
KORUPTOR PADA PEMILU 2019, SUKU JAWA MENJADI KUNCI KEMENANGAN POLITIK
PADA PILKADA SERENTAK 2018 DAN PILPRES
2019. Selamat membaca!
TENTANG PENULIS
Agus Hiplunudin
1986 lahir di
Lebak-Banten, adalah lulusan
Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas
Sultan Ageng Tirtayasa
Serang-Banten, Jurusan ADM Negara sudah lulus dan bergelar S. Sos. Dan,
pada April 2016 telah menyelesaikan studi di sekolah Pascasarjana Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta, Jurusan Ketahanan Nasional, bergelar M. Sc. Kini
bergiat sebagai staf pengajar Mata Kuliah Filsafat Ilmu di STISIP Stiabudhi
Rangkasbitung sekaligus sebagai Kepala Studi Pengembangan Wawasan Kebangsaan dan
Pancasila STISIP Setia Budhi Rangkasbitung-Banten Adapun karya penulis yang
telah diterbitkan yakni:
Buku yang Telah Dipublikasikan
Politik Gender 2017, Calpulis:
Yogyakarta
Politik Identitas di Indonesia
dari Zaman Kolonialis Belanda hingga Reformasi
2017, Calpulis: Yogyakarta
Politik Era Digital 2017, Calpulis: Yogyakarta
Kebijakan Birokras
dan Pelayanan Publik
Suatu Tinjauan Kritis
Ilmu Administrasi Negara 2017, Calpulis: Yogyakarta
Filsafat Eksistensialisme
2017, Graha Ilmu: Yogyakarta
Filsafat Politik Plato dan
Ariestoteles 2017, Graha Ilmu Yogyakarta.
Perempuan, Politik, dan
Pemilu, 2019 Suluh Media, Bogor
Buku Sastra yang Telah Dipublikasikan
Kumpulan Cerpen Edelweis yang
Merindu 2019, Spektrum Nusantara
Kumpulan Cerpen Lelaki Paruh
Baya yang Menikah dengan Maut 2019, Spektrum Nusantara
Kumpulan Cerpen Uke Damarwulan
2019 Suluh Media
Novel Dendam yang Indah 2018,
Jejak Publisher
Kumpulan Puisi Nya 2019,
Spektrum Nusantara
Novel Orang Terbuang 2019,
Spektrum Nusantara
Novel Derita 2019, Spektrum
Nusantara
Novel Cincin Perak 2019,
Spektrum Nusantara
Novel Awan 2019, Spektrum
Nusantara
Keilmuan yang sekarang
ditekuni, yakni; Ilmu Politik, Filsafat, Pelayanan Publik, Ilmu Budaya,
Kebijakan Publik dan Kewarganegaraan.
Alamat Sekarang:
Kp Parakan Mesjid, RT 04/04,
Kec. Rangkasbitung, Lebak-Banten.
Hp : 081-774-220-4
Ulas Buku : Perempuan, Politik, dan Pemilu
Reviewed by Redaksi
on
Mei 26, 2019
Rating: 5
Tidak ada komentar