Pandemi dan Air Mata Driver Aplikasi Joker
Oleh: Imam Sufyan*
Pandemi
Covid-19 ini mengubah segenap tatanan aspek kehidupan manusia. Misalnya di
bidang ekonomi. Pandemi menghantam segala macam profesi. Tak terkecuali profesi
yang saya jalani saat ini. Sebagai driver
roda dua di Aplikasi Joker, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jasa
ojek, kurir dan delivery ini juga mengalami perubahan suasana kerja yang tak menentu.
Oiya, sebelum lanjut, perlu Anda
tahu bahwa Aplikasi Joker, dalam tatanan pelaksanaannya masih semi tradisional.
Karena tidak 100 persen full
aplikasi. Aplikasi Joker masih memberi ruang kepada masyarakat khususnya di Situbondo
untuk memesan keperluannya menggunakan SMS maupun via WA.
Menurut
saya, ada tiga manfaat keberadaan aplikasi Joker di Bumi Shalawat Nariyah ini.
Jika pembaca menganggap ada tujuh, sepuluh, atau lebih yaaa no problem. Saya tetap menganggap ada
tiga. Selebihnya terserah pembaca. Hehe.
Pertama,
menjadi kepanjangan tangan kepentingan masyarakat yang enggan atau sibuk keluar
rumah dan males berpanas-panasan di bawah terik matahari atau takut badan
menggigil karena dinginnya cuaca malam yang berpotensi bikin hidung meler plus
bersin lalu orang-orang akan menganggap Anda terindikasi Positif Covid-19. Menyebalkan
kan? Untung kamu sabar, Dik. Emmuah.
Kedua,
di sisi yang lain Aplikasi Joker juga menjadi sebuah harapan terhadap
masyarakat yang memang membutuhkan pekerjaan. Pasanganmu bisa saja sekadar memberi
harapan yang basa-basi, Dik. Tapi Aplikasi Joker, tidak. Yakin, Dik. Suer. Menunggu orderan di Aplikasi Joker
ngga seperti menunggu kekasih yang
sedang sibuk dandan dan tidak pula seperti omongan pria yang ngaku otw padahal
otw ke kamar mandi. Syedih.
Ketiga,
Aplikasi Joker menjadi solusi pekerjaan sampingan untuk tetap menjaga
kestabilan ekonomi masyarakat yang sudah berkeluarga. Sebagai pekerjaan
sampingan yang berfungsi mengokohkan bukan menghancurkan macam perselingkuhan
loh. Syedih lagi.
Hingga
tahun 2020, wabil khusus di Situbondo, kurang lebih 500 driver yang bernaung di
Aplikasi Joker. Ada tiga titik sentral/daerah bagi masyarakat yang ingin
menggunakan jasa Joker. Asembagus sebagai tempat awal berdirinya Joker,
Situbondo sebagai Jantung yang bergerak dan mengalirkan orderan ke grup. Dan
Besuki sebagai representasi wilayah barat. Dan sedikit memberi kabar, Aplikasi
Joker sudah mewabah ke daerah-daerah tetangga macam Banyuwangi, Bondowoso dan
masih akan bergerak ke Jember. Semoga saja.
Sejak
berdiri tahun 2016, tren elektabilitas (cieee) terus meningkat yang tidak
saja dilihat dari kenaikan orderan tetapi juga jumlah masyarakat Situbondo yang
bekerja di Joker. Dan... Dari sini masalah mulai muncul. Sebagaimana pepatah semakin tinggi pohon, semakin lebat buahnya,
angin yang menerpa juga semakin kuat. Mulai dari tidak jujurnya driver
dalam pelaporan orderan yang ditujukan langsung kepada driver dari pelanggan
membuat kenaikan orderan mandek dan tidak sehatnya persaingan antar kompetitor
ojol lokal.
Kepada
driver yang tidak jujur ini aplikasi Joker sempat dibuat kelimpungan. Pasalnya,
sulit sekali untuk dibuktikannya. Sekalipun sudah dibuatkan peraturan yang
tegas, tetap saja, yang namanya tidak jujur, sebagaimana yang Bung Hatta
katakan sulit diperbaiki. Syedih lagi syedih lagi.
Pihak
menejemen Aplikasi Joker menyebutnya order gelap. Tidak ada keuangan yang masuk
ke pihak Joker. Karena menggelapkan orderan menguntungkan kepentingan pribadi
driver. Padahal, tindakan menggelapkan
orderan adalah upaya mengiris kulit menjadi luka. Semua aliran tubuh akan
mengalami kesakitan. Satu persatu organ-organ tubuh mulai digerogoti. Berkali-kali
pihak Aplikasi Joker menginformasikan kepada pelanggan agar pesan sesuai jalur
yang benar. Tanpa harus japri kepada driver. Dengan memesan sesuai jalur,
barang yang retak, hancur atau rusak macam hati orang yang sedang galau karena
ditinggal pas sayang-sayangnya akan diganti oleh pihak Aplikasi Joker. Kamu yang berbuat, aku yang menanggung salah? Hiks.
Dan
hari ini, di tengah pandemi Covid-19, daya beli masyarakat turun drastis.
Pelaku ojol yang digadang-gadang akan mendapatkan kesempatan baik atas himbauan
#dirumah aja atau Work From Home (WFH)
jauh panggang dari api. Karena momentum berkumpul dengan keluarga, masyarakat
merasa lebih baik masak sendiri di rumah. Syedihhhh dehhh...
Dalam
kasus ini yang diuntungkan tentu saja pelaku orderan gelap atau offline. Sebagai orang yang mencari
nafkah di tempat ini seyogyanya mulai berpikir, bahwa Aplikasi Joker adalah
ladang kita bersama. Sawah kita bersama. Tempat kita menanam dan memetik
hasilnya. Sulit sekali menemukan perusahaan yang bergerak di bidang jasa dengan
sistem seperti yang dijalankan Aplikasi Joker. Dengan sistem yang masing-masing
drivernya diberikan BPJS Ketenagakerjaan dan tanpa membayar modal terlebih
dahulu sebagaimana perusahaan yang bergerak di bidang yang sama.
Terlebih
dengan semakin menjamurnya perusahaan yang bergerak di bidang yang sama seperti
Aplikasi Joker. Jika tidak diimbangi dengan pelayanan yang baik maka sudah
barang tentu akan menggerus pendapatan para drivernya.
Sebagai
salah satu driver yang sempat berstempel "Driver Karismatik" sebelum akhirnya menjadi buruh negara, perlu
juga saya sampaikan kepada kompetitor yang sudah menjamur di Situbondo jangan bikin saya menangis deh.... SO,
"HARGAI
PARA PESAING ANDA, SEBAB DIA PEMICU SEMANGAT ANDA."
Salam satu istri eh...
aspal. ___________________
*) Penulis merupakan driver Aplikasi Joker dan pendiri Gerakan Situbondo Membaca (GSM).
Pandemi dan Air Mata Driver Aplikasi Joker
Reviewed by takanta
on
Mei 15, 2020
Rating: 5
Sebagai seorang mantan driver ojol saya sangat ngerti dengan semua itu... karena itu merupakan proses yang nikmat😁
BalasHapus