Ulas Buku: Novel Anak Bersudut Pandang Banyak
Oleh:
Thomas Utomo
Judul: Tibu,
Kucing Kesayangan Syifa
Pengarang: Amalia Dewi Fatimah dan Haya Nayla
Zhafirah
Penerbit : Indiva Media
Kreasi
Cetakan: Pertama, Maret 2019
Tebal: 144
halaman
ISBN
: 978-602-495-088-0
Novel
ini adalah karya duet ibu-anak asal Probolinggo. Isinya menceritakan tentang
Syifa, seorang anak SD yang ingin memelihara kucing. Tapi, keinginan itu sulit
terlaksana, karena Ayah dan Ibu melarang.
Kendati
mendapat larangan, Syifa tidak putus asa. Dia gigih mewujudkan keinginannya.
Secara
keseluruhan, novel ini menyajikan konflik sederhana yang niscaya mudah dicerna
anak-anak. Klimaks dan leraiannya pun mudah, membuhul kepada ujung yang
menyenangkan.
Kaitannya
dengan tugas orang tua dan guru untuk menyediakan bacaan berkualitas bagi
anak-anak, novel ini dituturkan menggunakan lima sudut pandang secara
bergantian, yakni sudut pandang Syifa, Bunda, Bude, Ayah, dan Tibu. Mungkin
tampak rumit, namun sebetulnya tidak. Justru, dengan penggunaan sudut pandang
yang banyak itulah pembaca anak-anak dapat diasah nalar, logika, serta
kemampuan mencerna secara adaptif saat membaca bab demi bab yang penceritanya
silih-berganti.
Dalam
bab-bab bersudut pandang Syifa, anak-anak diajak berpikir dan memposisikan diri
sebagai seseorang yang berkeinginan besar memiliki hewan peliharaan. Sementara
dalam bab-bab yang dituturkan Bunda, anak-anak dapat memahami dilema seorang
ibu antara memenuhi keinginan anak dan mematuhi keputusan suami. Sedangkan
dalam bab-bab dengan sudut pandang Ayah, anak-anak bisa mengerti alasan-alasan
sang kepala keluarga melarang anaknya memelihara hewan.
Hal
yang perlu dicatat serta diberi garis bawah adalah, dalam bab-bab yang
dituturkan Syifa dan Tibu, pengarang menggunakan point of view (PoV) aku
atau orang pertama. Sedangkan bab-bab yang disampaikan Bunda, Bude, dan Ayah, menggunakan
PoV dia—nama orang.
Dampaknya,
pembaca anak-anak mampu menghayati nilai keakuan
atau personalitas Syifa dan Tibu. Anak-anak secara lebih mudah menjelma menjadi
kedua tokoh ini. Seolah-olah Syifa dan Tibu adalah diri mereka sendiri—pembaca anak-anak.
Sementara
ketika membaca bab-bab dari sudut pandang Bunda, Bude, dan Ayah, dampak psikologis
yang bisa dirasakan anak-anak adalah adanya jarak antara mereka sebagai pembaca
dan para tokoh cerita. Anak-anak dapat memahami argumentasi ketiga orang dewasa
ini, namun segi keintiman rohani kurang didapat, disebabkan penggunaan sudut
pandang yang telah disebutkan, tadi.
Catatan
penting berikutnya, dalam bab-bab bersudut pandang Syifa dan Tibu, cara
penuturannya lebih sederhana, layaknya pola pikir anak-anak. Sedangkan bab-bab
yang bersudut pandang Bunda, Bude, dan Ayah, tidak. Meski bukan berarti bab-bab
bersudut pandang ketiga orang dewasa ini terbaca rumit alias sulit dicerna
anak-anak. Yang jelas, jika dicerna perlahan, terasa rentang perbedaan daya
ungkap dua golongan tersebut.
Namun,
sudut pandang tiap-tiap bab yang sengaja dibuat silih berganti, mungkin membuat
fokus pengarang—saat menulis—agak meleset. Misalnya, dalam halaman 99, paragraf
keenam. Di sana, digunakan PoV orang ketiga, padahal seharusnya PoV orang
pertama. Untungnya, kekeliruan semacam itu, tidak banyak dan tidak mengganggu
proses membaca.
Terakhir,
sebagai informasi, pada Desember 2019 silam, novel ini diganjar Pena Award dari Forum Lingkar Pena Wilayah
Jawa Timur.
Biodata Penulis
Thomas Utomo lahir di Banyumas, 1
Juni 1988. Mulai Maret 2019, bertugas sebagai guru di SDN 1 Karangbanjar,
Purbalingga.
Selain menggeluti profesi guru, juga
menekuni kegiatan tulis-menulis. Karyanya, baik fiksi maupun nonfiksi,
dipublikasikan di sejumlah media lokal dan nasional antara lain Annida, Buletin Jejak, Derap Perwira,
Fatawa, Halo Nanda, Koran Jakarta, Kreasi, Nikah, Potret, Radar Banyumas, Sang
Guru, Satelit Post, Serambi Ummah, Story, dan Suara Muhammadiyah.
Buku-bukunya yang telah terbit
adalah Petualangan ke Tiga Negara
(Indiva Media Kreasi, 2018), Cerita dari
Asrama Tentara (Bitread, 2017), Lepas
Rasa (Loka Media, 2017), Aku Bukan
Gay (Loka Media, 2016), Misteri Nenek
Pemuntah Darah (Pro U Media, 2016), Catatan
dari Balik Jendela Sekolah (Elex Media Komputindo, 2015), dan Hikayat Tanah Beraroma Rempah (Pustaka
Puitika, 2015).
Untuk antologi bersama, karyanya
hadir di Kembang Glepang (Dinas
Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata Kabupaten Banyumas, 2018), Bunga Rampai Pemenang Lomba Karya Tulis
Fiksi Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Kabupaten Banyumas, 2017), dan Creative
Writing (Sekolah Kepenulisan STAIN Press, 2013).
Novelnya Petualangan ke Tiga Negara masuk nominasi Buku Islam Terbaik,
Kategori Fiksi Anak pada ajang Islamic
Book Award 2019 yang dihelat Ikatan Penerbit Indonesia. Cerpennya Lelaki Kata-Kata meraih Juara I Lomba
Cerpen Islamic Fair 2018 Tingkat
Barlingmascakeb. Sedang cerpennya berjudul Sesungging
Senyum Maria menjadi Juara I Lomba Karya Tulis Fiksi Peringatan Hari
Pendidikan Nasional 2017 Tingkat Kabupaten Banyumas.
Dapat dihubungi lewat nomor
085802460851 atau surel utomothomas@gmail.com. Dapat pula ditemui di tempat
tinggalnya, Jalan Letnan Kusni nomor 10 RT 2 RW 6, Bancar Badhog Centre, Kelurahan Bancar, Kecamatan Purbalingga, Kabupaten
Purbalingga kode pos 53316.
Ulas Buku: Novel Anak Bersudut Pandang Banyak
Reviewed by Redaksi
on
Juni 12, 2020
Rating: 5
Tidak ada komentar