Puisi: Catatan Malam
Puisi-puisi Mohammad Cholis
Catatan Malam
Lampu-lampu berkejaran mendaki bulan
Angin menyusui malam dalam temaram
Lalu bintang pun jatuh seperti letupan rindu
Memanggil sesuatu yang terkubur seratus tahun lalu
Terbentanglah langit menerangi jejak duka
Dan aku menemukan sisa kisah kita
Di bawah rerimbun pohon yang kita tanam dengan doa-doa
Dan kau masih saja ingin ada meski hanya pada cerita
Yogyakarta, 2020
Detak jam berusaha kuhentikan
Supaya matahari tak dulu tenggelam
Dengan beribu-ribu kepedihan
Dan bulan tak lagi berenang
Pada batang tangisan
Tapi jantung membangun riuh laut
Seperti hal-nya ikan membaca syair pelaut
Hari-hari nyaris basi
Ketika kata merencanakan kematian puisi
Yogyakarta, 2020
Untuk sebuah kabar
Sajak ini kutulis untuk sebuah kabar
Bahwa kematian telah selesai kutinggalkan
Selebihnya hanyalah kecemasan
Dari dua jalan menuju kenangan dan kerinduan
Pagi mengajariku cara merangkak menelan jarak
Sedang malam mencipta sudut ruang untuk tuhan
Waktu terus memutar angka-angka yang sama
Hingga ingatan kembali bangkit
Menuliskan kisah perempuan penanam benih keringat
Dan seorang lelaki penyebar penyakit
Kemana aku mencari
Di hatimu tempat membasuh diri
Cermin 1
Mereka tak tahu
Kecuali hembusan nafas cermin
Menyelinap menghitung jumlah kusut gerai rambut
Seperti mendengar cerita paling rahasia
Saat kisah daun-daun runtuh
Sebelum mengenal isyarat maut
Sementara mereka tetap saja membatu
Mendekap di bawah laju aliran sungai
Yang bercita-cita menjadi langit
Yogyakarta, 2020
Cermin 2
Sekarang aku dan kau sama-sama bertukar pandang
Huruf-huruf kerinduan dari segala arah berkejaran
Membunuh kemarau di kedalaman mata kita
Lalu hujan jatuh membasahi perjumpaan
Di wajahmu
Ada banyak ciparatan debu sisa permainan kemarin:
Permainan petak umpet yang berusaha menyembunyikan kita
Dari bumi dan serabut akar rumput pembawa petaka
Bisiknya sebagian kucatat sebagai azimat
Ketika aku hendak berjalan jauh
Sejauh ibu mencintaiku
Yogyakarta, 2020
Raktherak
Selepas sunyi membunuh kata
Aku adalah pagi menghampar riuh kota
Menyalakan detak waktu pada batu-batu
Lalu,
Ku kemas setumpuk halaman masa depan
Sebagai alas bantal dari mimpi yang panjang
Selamat pagi telenteyan
Yogyakarta, 2020
Aku Membayangkan
Aku membayangkan
Tubuh kita sebuah sungai
dengan ribuan ikan-ikan
Dan di tepinya seorang perempuan gila penebar jala
Yogyakarta, 2020
Penulis:
Mohammad Cholis lahir di kampung Telenteyan, Longos, Gapura,
Sumenep, pernah nyantri di PP. Annuqayah daerah Lubangsa Raya, sekarang tinggal
di asrama Garawiksa Yogyakarta.
sumber gambar: <a href="https://www.freepik.com/photos/tree">Tree photo created by wirestock - www.freepik.com</a>
Tidak ada komentar