Mengangkat Adat Istiadat Nenek Moyang: Keunikan Jogo Tonggo di Temanggung
freepik |
Oleh:
Dwi Mustika*
“Jogo
Tonggo” tersusun atas dua kata Bahasa Jawa, yaitu “jogo” artinya menjaga dan
“tonggo” berarti tetangga merupakan gerakan untuk saling menjaga antar
tetangga, bahu membahu dan bergotong royong dalam mengahadapi krisis pada masa pandemi
Covid-19. Jogo Tonggo pertama kali didirikan pada 29 Mei 2020 di Dusun Jetis,
Desa Gambasan, Kecamatan Selopampang, Kabupaten Temanggung.
Bermula
warga desa yang mambuat warung sembako tanpa penjual dan gratis tanpa dipungut
biaya serupiah pun. Karena penasaran Ganjar Pranowo menyempatkan diri untuk
datang langsung ke Desa Gambasan. Beliau mengapresiasi kemudian diadakan lomba
antar desa di Temanggung seperti Jogo Tonggo, kebersihan desa dengan
menyediakan air di depan rumah untuk cuci tangan, dan menanam sayuran di
sekitar rumah. Pada akhirnya sampai saat ini kegiatan tersebut masih berjalan setiap
hari Jumat, mengingat pandemi yang belum berlalu. Warga dengan suka rela
memberikan sumbang sih berupa bahan pokok walaupun tidak banyak dan dapat
diambil bagi yang membutuhkan. Penjual sayuran juga tidak dirugikan karena
warga membeli bahan pokok di tempat penjual tersebut. Dengan demikian, kegiatan
ini dapat membantu kebutuhan warga yang kurang mampu.
Hal
tersebut secara tidak langsung masih memegang adat istiadat nenek moyangnya
karena dulu masyarakat desa sudah terbiasa saling memberi sesama tetangga, seperti
yang Ganjar katakan; semisal ingin memasak tetapi tidak mempunyai garam tinggal
membuka jendela dan tanpa sungkan meminta kepada tetangga. Begitu pula
sebaliknya, jika tetangga tidak punya sesuatu yang dibutuhkan, tetangga lain
tidak sungkan untuk memberikan sesuatu
yang dibutuhkan tetangga tersebut. Menyediakan air di depan rumah ternyata juga
sudah ada sejak dahulu. Gentong berisi air di depan rumah yang berguna untuk
mencuci muka, tangan, kaki, dan alat pertanian setelah digunakan sepulang dari
sawah. Seiring perkembangan zaman, kegiatan ini tidak akan memudarkan keaslian
nilai dari sebuah desa.
Pemerintah
Kabupaten Temanggung menganakan kegiatan ini diikuti 289 desa/kelurahan dengan
1472 satgas jogo tonggo dan sekitar 16.000 relawan yang tersebar di seluruh
kecamatan yang ada. Tak lupa, pemerintah juga membagikan jogo tonggo KIT yang
terdiri dari seperangkat alat pelindung diri (APD), masker, thermogun, face
shield, sarung tangan, disinfektan, sprayer, hand sanitizer, sepatu boat, dan
peralatan lain demi memenuhi kewajiban protokol kesehatan saat pandemi
Covid-19.
Dilihat
dari aspek sosiologi, Jogo Tonggo mampu memperkuat integrasi sosial seperti
yang dikatakan William F. & Meyer Nimkoff anggota masyarakat merasa bahwa
mereka berhasil saling mengisi kebutuhan-kebutuhan mereka. Masyarakat
menyumbang apa yang mereka punya dan mengambil apa yang mereka butuhkan sudah
memenuhi syarat terjadinya integrasi sosial. Efektifitas komunikasi yang
terjalin antar masyarakat desa merupakan salah satu faktor mempercepat
berlangsungnya integrasi sosial. Bisa dilihat pada waktu menawarkan dengan
senang hati apa yang disumbangkan dan tidak sungkan untuk mengambil apa yang
dibutuhkan. Dalam diri setiap warga yang mengamalkan kegiatan Jogo Tonggo
dengan baik akan memunculkan kepedulian atau rasa menjaga antar tetangga,
tenggang rasa, bahkan ketenangan jiwa yang mereka peroleh setelah membantu seseorang
yang membutuhkan. Oleh karena itu, Jogo Tonggo dapat memperkecil terjadinya disintegrasi
sosial di masyarakat.
Jogo
Tonggo sudah terhitung membantu kegiatan pemerintah dalam mempertahankan
kegiatan perekonomian di Temanggung. Disamping masyarakat yang kurang mampu
dapat terbantu, penjual sayuran juga tidak pernah sepi pembeli. Begitu pula
petani yang panen sayuran dapat dijual dan disumbangkan pula di posko Jogo Tonggo.
Dengan jogo tonggo kegiatan jual beli berjalan dengan lancar dan roda
perekonomian berputar dengan baik. Meskipun hal kecil, jogo tonggo sudah
memberikan sumbangsih kepada pemerintah Temanggung.
Dari
pandemi banyak sekali muncul kreativitas bagaimana menghadapinya antara lain
pemanfaatan pekarangan produktif. Masyarakat menanam sayuran di pekarangan yang
tidak terpakai dan sayuran dapat dimasak sebagian diletakkan di posko jogo
tonggo. Selain segar dipandang, sayuran yang ditanam di depan rumah juga
memperindah lingkungan. Hikmah lain dari Jogo Tonggo tertentu adalah
mendapatkan pahala karena kegiatan ini cenderung bersedekah sesama yang
membutuhkan.
Jogo
tonggo menghadirkan banyak manfaat secara langsung maupun tidak langsung bagi
kehidupan bermasyarakat. Keuntungan akan diperoleh secara maksimal apabila
kegiatan ini berjalan tanpa berhenti. Berharap desa lain yang belum
mencanangkan kegiatan ini segera mencontoh karena banyak manfaat yang akan
didapatkan baik untuk sosial, individu, kelompok, terlebih membantu pemerintah
dalam memperlancar roda ekonomi saat pandemi.
*) Mahasiswa Sosiologi Agama
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Tidak ada komentar