Ulas Buku: Narasi Nasib Sastra Untuk Anak
Bacaan untuk anak akan menjadi kenangan paling
diingat. Sebab anak anak masih menyimpan memori begitu kuat. Jika hari ini
orang tua masih bingung sejak kapan harus memberikan anak bacaan yang baik,
seharusnya bisa dimulai sedari dini. Buku ini mengisahkan tentang tujuh penulis
bersama kenangan buku buku yang dibaca sejak masa kanak kanak, remaja, hingga
menjadi kebiasaan yang tidak terpisah dari kegiatan sehari hari. Bagi ketujuh
penulis, membaca merupakan ruang intensif kehidupan yang perlu dinikmati setiap
jengkalnya.
Ketujuh penulis cerita itu diantaranya Murti Bunanta,
Danny I. Yatim, Ari Ambarwati, Iksaka Banu, Jane Ardaneshwari, Kurnia Effendi,
Mudji Sutrisno SJ. Nama Murti Bunanta seperti tidak asing ia seorang cerita
anak. Hari hari belakangan ini memang buku anak cukup darurat, berganti
kepentingan industri penerbit yang berhitung margin pendapatan. Kisah yang
tertulis dalam buku ini bukan sekedar prosa biasa melainkan silsilah bacaan
yang tertanam sejak anak anak. Bahkan ingatan mereka masih cukup kuat untuk menerka
buku pertama yang menjadi bacaan sehingga menelurkan rasa penasaran untuk terus
berliterasi..
Kisah tujuh penulis ini akan berguna bagi orang tua
untuk menyajikan bahan bacaan kepada anak. Menekankan bagaimana pentingnya
membaca buku sejak anak anak. Penulis adalah pembaca yang tekun, tulis Murti
Bunanta. Ketekunan dibangunnya sejak anak anak, hingga menulis buku anak
berkelas internasional. Jane Ardaneshwari berpendapat jika ulasan kilas balik
perjalanan literasi membuatnya yakin waktu yang paling efektif untuk melakukan
pengisian bank data dalam otak manusia adalah pada saat berusia di bawah 21
tahun. Meski hanya bersifat dugaan, apa yang ditulis Jane hampir banyak
kesamaan dengan cerita para penulis anak lainnya.
Danny I. Yatim melakukan kritik pada kebiasaan
mahasiswa saat ini. Bagaimana kaum intelektual dengan membaca sebagai salah
satu kewajiban justru menyatakan kurang tertarik pada bacaan. Hal itu diduga
sebagai pola kebiasaan yang dibangun sejak anak anak, bahwa bacaan itu penting
sejak dini sebab akan berlalu hingga dewasa. Refleksi juga dituliskan oleh Ari
Ambarwati bahwa tantangan masa kini ialah praktik membaca menjelma
pergumulan memaknai pengalaman berlimpah, sekaligus kritis mempertanyakan fakta
dalam bacaan (hal 45). Dari beberapa narasi yang dibangun buku ini pantas
dimiliki siapa saja, terutama orang tua yang sedang dan akan mempersiapkan
bacaan bagi anaknya, atau remaja yang mulai keranjingan bermain gawai. Betapa
di masa lalu cerita mereka memukau sebab sudah akrab dan dekat dengan berbagai
karya sastra. Kisah mengenai bacaan pertama bagi Kurnia Efendi memang tidak
istimewa, tetapi karena melampaui usia ia dapat melampaui ingatan tentang buku
buku yang pernah terbaca.
Ketujuh penulis yang sudah melalang buana di dunia
cerita anak itu menarasikan semangat literasi dengan alun indah. Semangat yang
dibawa tidak melalui jargon berat, atau kritik akan realitas saat ini, mereka
lebih memilih jalan reflektif. Bercerita tentang silsilah bacaan yang dilakukan
sejak anak anak, remaja, hingga dewasa. Pembaca akan hanyut dalam kisah itu,
selain memperkaya bacaan semangat yang dibawa para penulis membawa pada fragmen
di tahun 90-an. Mudji Sutrisno SJ menghantam ingatan pembaca dengan keberadaan
bukan catatan harian ‘diary,’ yang mungkin saat sudah jarang dimiliki. Buku diary,
pada masa itu bermakna sebagai saksi bisu, ruang cerita yang dapat menampung
seluruh keluh kesah, doa doa, harapan, hingga mimpi masa depan.
Secara eksplisit beberapa penulis menuliskan tentang
isu gender, dan ras. Bagaimana itu kedua isu harusnya dipahamkan pada anak
anak. Seperti yang dituliskan Iksaka Banu, pada masa dulu bahan bacaan
sangat lekat dengan pembaca. Salah satu alasannya keabadian itu sebab buku
dapat terbaca semua kalangan tanpa pemisah agama dan gender (Hal 55).
Membaca buku memang harus menjadi kesenangan sejak anak anak, bukan hanya
karena membaca adalah jendela dunia. Lebih dari itu, membaca buku sebagai
bagian dari kehidupan yang lebih bermakna, mengingat setiap jengkal
bacaan seperti mengingat hal hal yang telah terlewat dalam hidup. Mengingat
bacaan sebagai refleksi, bahwa waktu selalu dan akan terus berjalan. []
Judul Buku: Berkelana Lewat Buku: Kisah Tujuh Penulis
Penulis: Murti Bunanta dan Kawan- kawan
Tahun terbit: Cetakan I, Januari 2021
ISBN: 978-602-341-321-8
Penerbit: PT. Bestari Buana Murni (Anggota IKAPI)
Ukuran: 14 X 20 cm
Halaman: 104 halaman
Biodata
Muhammad Afnani Alifian, penggerak Taman Baca Gerilya
Literasi yang terpaksa tutup akibat pandemi.
Nomor Telp/WA: 082338868178
Facebook: Dani Alifian
Instagram: @dani_alifian
Twitter: @dani_alifian
Alamat saat ini:Jl Mertojoyo Selatan, Blok C No.18 A,
Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang
Tidak ada komentar