Menaksir zikir
Ihda Asyrofi
Di persimpangan jalan
Dua katup mata nyalang memandang
Lekat menatap ke atas tajam
Kepada langit, ia meminta lindung
Menyesap isak terasing dari renjana
Di atas biduk terhampar
Dua katup mata lelah meruah bergulu-gulut
Terambang pasrah alur merajut
Terbisik dalam dekap
Sunyi gemericik
Di selasar ruang mengiba
Dua katup mata mengalun
Menerima pesan harsa bagaskara
Pelan kemudian terpejam
Mengecap salam tanpa suara
: untuk bertafakkur
Sarang, 2020
Menghamba Keharibaan
Ihda Asyrofi
Dari bilik jendela
Hamba mendekap lelap
Terikat kantuk
Mendenghur halus merdu tulus
Netra terjegal
Mengintip keelokan purnama
Melekat pijar sayup-sayup
Menawan indah wujudnya nirmala
Dalam hadirat durja
Hamba menjadi tiada
Gelap tak tersinari
Benderang tiada dihargai
Tersadar akan diri sendiri
Hamba mengenal sepi
Memahami sunyi
Mendekat ilahi
: untuk mati
Hamba kembali
Sarang, 2020
Sunyi Sejatinya Isi
Ihda Asyrofi
Kala malam mulai terpejam
Manusia perlahan fana
Lengang menjadi abadi
Saat itu pekat memetik
Penghuni beralih ganti
Peraduan beranjak
KepadaNya ia kembali
Tersandar diantara tiada
Sepi tak bisa diatur
Nestapa kemudian berdaya
Mengunci segala ruang rasa
Terwujud dalam sedu lunglai berserah
Kala malam tengah terpejam
Peluh menelintir tiada henti
Semesta ramai bernyanyi
Sunyi sebenarnya isi
Sarang, 2020
Kesunyian
Ihda Asyrofi
Jangan ramai
Suaramu mengigau
Itu bising yang menganggu
Ketiadaanmu sedang menjalin hubungan dengan keberadaanmu
Maka diamlah
Di selasar renjana, mereka arif
Terajut cakrawala mereka ada
Tanpa bentuk tanpa suara
Rasakan, tiada ketenangan bersarang kecuali saat mereka bertandang
Mereka yang menciptakan
Sarang,
2020
Rindu Yang Bertandang
Ihda Asyrofi
Dari balik jendela, malam ini turun hujan. Teriring suara
gemericik, aroma tanahpun mengudara. Rindu-rindu yang
bertandang, tak lama, kemudian dipulangkan. Ia tertolak, merujuk kembali kepada
tuan.
Bagaikan kabut dibelah petir, di tengah jalan, rindu mendadak gamang. sendiri
di kolong langit, memijit takutnya sendiri. bimbang jika harus pulang.
tak kuasa, ia memilih bersembunyi. tersandar di antara ranting yang daunnya
telah kuyub itu.
Sementara di seberang, tuan lama menanti. dibiarkannya gelisah menampik sapa,
alis mengeryit deras. ia menunggu kedatangan rindunya sendiri, untuk kembali
menepi.
Sarang, 2020
Data Penulis
Ihda Asyrofi, kelahiran Magetan, 13 Maret 1999. Mahasiswa sekaligus aktivis yang
suka ngobrol, ngopi dan jalan-jalan. Menulis puisi juga sesekali cerpen. Saat
ini bergiat di komunitas MADILOG bersama beberapa mahasiswa lain.
Tidak ada komentar