freepik |
Perkembangan zaman kian kini semakin
berkembang, bukan semakin gemuk karena kebanyakan makan atau jarang olahraga
karena asik rebahan karena gak ada kerjaan. Itu gendutan namanya.
Bukan itu, tetapi berkembangnya teknologi dan pengetahuan dari segala sisi
kehidupan baik secara langsung dan tidak langsung sudah mengalami perubahan.
Sebagai pe-nyuplai kebutuhan pokok manusia (pangan) bidang
pertanian tidak luput dari lirikan para insinyur dan ilmuan untuk melakukan
perbaikan-perbaikan, baik secara teknologi maupun pengetahuan. Yang tentunya,
segala bentuk perubahan dari perkembangan teknologi tersebut memiliki tujuan
yang baik yaitu tercapainya kebutuhan pangan masyarakat dunia dan Indonesia
khususnya.
Untuk membahas ini, penulis sebenarnya
sedikit malu untuk memberikan pandangan tetapi akan lebih banyak malunya jika
sebagai lulusan dibidang pertanian nga memiliki pandangan apapun terkait
pertanian di Indonesia. Nga ambisi juga untuk mendapatkan perhatian terhadap
pandangan ini, akan tetapi mungkin menjadi wawasan dan pengetahuan dari
pandangan ini untuk petani indonesia dan petani baru khususnya.
Pertanian di Indonesia baru-baru ini
dapat udara segar dan akan hidup lebih lama karena bertambahnya jumlah petani
menurut mentan Sahrul Yasin Limpo sebanyak 8 juta petani baru akibat pandemi
Covid-19 kemarin. Mengikuti perkembangan zaman, informasi tersebut penulis
dapatkan dari media online detik.com edisi Jumat 2 april 2021. Nga
hanya itu, pertanian Indonesia dalam hal teknologi sudah di era 4.0 yaitu
memanfaatkan kecerdasan buatan untuk membantu semua permasalahan dibidang
pertanian secara teknis dan non teknis. Belum secara keseluruhan memang
penyebarannya, tetapi perlu perhatian khusus bagi petani lama dan petani baru
untuk memahami perkembangan teknologi dan bisa memanfaatkan teknologi tersebut
dengan baik.
Petani lama yang penulis maksud adalah
petani yang sudah melakukan kegiatan budidaya sejak lama (sebelum Covid-19
menyerang) dan Petani baru adalah petani yang berkegiatan budidaya baru-baru
ini (setelah Covid-19). Dari sumber yang sama, Ono Surono politikus PDIP
mengatakan bahwa banyak pemuda menjadi petani karena selama pendemi covid-19
nga ada perusahaan yang melakukan recruitment sehingga pemuda tersebut memilih
menjadi petani. Sehingga bisa dikatakan jumlah petani baru sebanyak 8 juta
tersebut di dominasi oleh petani muda yang memiliki semangat dan sumber
informasi yang kuat dan luas. Masalah krisis petani di Indonesia dalam hal ini
sudah mencapai titik terang dan perluasan teknologi 4.0 dibidang pertanian akan
semakin cepat dengan adanya petani muda ini. Alhamdulillah.
Tentunya, udara segar ini nga ingin
hanya di nikmati dalam waktu sesaat saja. Sangat disadari bahwa udara di
pedesaan lebih segar daripada perkotaan yang sudah penuh dengan polusi. Nga
heran jika masyrakat kota ketika berkunjung ke desa atau kampung-kampung merasa
hidung mereka mulus tanpa debu yang masuk ketika hirup dan buang nafas. Namanya
juga bertani, banyak petani apalagi petani hortikultura yang bilang “bertani
itu kaya taruhan” karena memang harga hasil pertanian hortikultura daya
fluktuatifnya sangat tinggi sehingga petani yang sudah lama beraktivitas budidaya
sudah sadar akan hal itu dan memiliki antisipasi mental dalam lingkup spritiual
(konsep rejeki) agar nga stres ketika nilai modal nga sebanding dengan nilai
yang dihasilkan atau tanaman yang gagal panen akibat serangan hama penyakit
ataupun bencana.
Penulis nga ada maksud mengatakan bahwa
Petani baru tersebut memiliki mental lemah atau mengatakan petani baru tersebut
sebagai petani kebetulan. Menurut pandangan penulis entah itu petani betulan
dan petani kebetulan adalah sama saja, sama-sama memiliki peran penting untuk
keberlanjutan petani dan sama-sama berjuang sebagai petani dalam arti Tatanan
Penyangga Negara Indonesia.
Petani baru maupun Petani lama perlu
menyisipkan nilai-nilai spiritualitas dan budaya dalam proses budidayanya.
Karena bagaimanapun, bertani bukan hanya sekedar mengolah lahan, menanam lalu
memetik hasilnya akan tetapi bagaimana kita (petani) memanfatkan dan sadar ada
peran Tuhan ketika berbudidaya. Tentunya tanah yang subur ini adalah nikmat
yang perlu kita syukuri dan kita jaga kesuburannya, benih-benih yang tumbuh
ketika ditanam adalah perwujudan dari kebesaran Tuhan yang Esa,
Serangga-serangga yang kita sebut hama adalah makhluk ciptaan Tuhan juga, yang
menurut ilmu ekologi kita kenal dengan rantai makanan. Dengan begitu petani
lama maupun petani baru paham dan sadar, sehingga dalam rasa karsa bertaninya
tetap menjaga keseimbangan alam.
Penulis rasa, dalam pertanian modern
ini dengan ideologi Sustainabe Agriculture atau pertanian
berkelanjutan adalah hasil buah pikir insinyur dan ilmuan untuk berbuat terbaik
kepada alam dan manusia. Sehingga, perlu rasanya mengkampanyekan ideologi sustainable
agriculture ini melalui pendekatan spiritual dan budaya selain
pendekatan sosial, ekonomi dan lingkungan kepada petani lama maupun petani
baru.
Pembangunan pertanian harusnya bukan
hanya berfokus pada pembaharuan teknologinya, akan tetapi perlu perhatian juga
membangun manusianya. Membangun manusia sama saja membangun peradaban karena
hanya manusia yang ber-evolusi melalui pikiran dan seluruh apa isi kepalanya.
Bukan hanya manusia dengan pikiran ekonomi, pengetahuan dan sosial tetapi juga
spiritual. []
Tidak ada komentar