Wajah Kemiskinan di Perkotaan dan Implikasi Penanggulangannya
Oleh
: Oktira Indah Cahyani
Wajah
dan Perkembangan Kemiskinan
Kemiskinan
selalu menjadi ancaman yang menakutkan bagi setiap masyarakat, hal demikian selalu
dihindari oleh tiap orang untuk tetap menikmati dan menjalankan pola hidup yang
normal dan stabil. Berbicara kemiskinan, di Indonesia sendiri sudah merasakannya
sejak lama, bahkan nenek moyang semua orang telah hidup dan berjibaku dengan kemiskinan
itu sendiri. Dari tahun ke tahun, angka kemiskinan tetap berada di skala yang besar,
dengan melihat realitasnya hal ini bisa jadi tamparan besar bagi bangsa Indonesia
sendiri.
Badan
Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa persentase penduduk miskin pada maret 2020
sebesar 9,78 persen, meningkat 0,56 persen poin terhadap September 2019 dan meningkat
0,37 persen poin terhadap Maret 2019. Jumlah penduduk miskin pada Maret 2020 sebesar
26,42 juta orang, meningkat 1,63 juta orang terhadap September 2019 dan meningkat
1,28 juta orang terhadap maret 2019. Melihat statistik tersebut, tentu sangat mengenaskan
membayangkan berjuta-juta penduduk masih dalam balutan kemiskinan yang tentu hal
itu tidak mereka inginkan.
Kementerian
Dalam Negeri (Kemendagri) menyatakan jumlah penduduk Indonesia hingga Desember 2020
mencapai 271.349.889 jiwa. Dari kalkulasi keseluruhan angka kemiskinan tersebut,
sekitar 27 juta orang di Indonesia tergolong miskin. Kemiskinan tersebut berimbas
terhadap menurunnya kualitas sumber daya manusia sehingga produktivitas dan pendapatan
yang didapatkannya cukup rendah. Salah satu yang berpengaruh terhadap kehidupan
manusia adalah sumber daya manusia yang rendah, hal demikian barangkali yang bisa
menjadi hambatan orang-orang untuk lebih inovatif dan kreatif dalam menumpahkan
segala ide cemerlangnya.
Kemiskinan di Perkotaan ii
Tingkat
kemiskinan di perkotaan dari tahun ke tahun masih menjadi perbincangan hangat bagi
semua kalangan. Kemiskinan masih menjadi salah satu perhatian besar bagi pemerintah,
namun masih sedikit yang mampu mengentaskan masalah tersebut. Pada dasarnya, kemiskinan
yang terjadi di kota terbentuk karena tidak adanya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan
pokok dan tidak adanya keterampilan. Seyogyanya, setiap orang memiliki keterampilan
masing-masing di dalam dirinya, namun hanya saja terkadang dari setiap orang tersebut
kurang inisiatif dalam menggali keterampilan yang mereka punya agar dapat berpenghasilan.
Angka
kemiskinan masyarakat perkotaan dalam Badan Pusat Statistik (BPS) tercatat bahwa
persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada September 2019 sebesar 6,56
persen, naik menjadi 7,38 persen pada Maret 2020. Sementara persentase penduduk
miskin di daerah perdesaan pada September 2019 sebesar 12,60 persen, naik menjadi
12,82 persen pada Maret 2020. Dibanding September 2019, jumlah penduduk miskin Maret
2020 di daerah perkotaan naik sebanyak 1,3 juta orang (dari 9,86 juta orang pada
September 2019 menjadi 11,16 juta orang pada Maret 2020). Sementara itu, daerah
perdesaan naik sebanyak 333,9 ribu orang (dari 14,93 juta orang pada September 2019
menjadi 15,26 juta orang pada Maret 2020).[1]i
Sebagai
perbandingan, tingkat kemiskinan negara berkembang yang ada di Asia adalah Thailand.
Bank Dunia menyatakan, angka kemiskinan di Thailand terus menunjukkan kenaikan selama
beberapa tahun terakhir. Hal itu terungkap dalam laporan bank dunia terkait ketimpangan
di negara dengan ekonomi terbesar kedua di Asia Tenggara itu. Laporan Bank Dunia
tersebut menyebutkan angka kemiskinan di negara Gajah Putih naik menjadi 9,8 persen
dari 7,2 persen selama 2015-2018. Bank Dunia juga melaporkan jumlah penduduk miskin
naik lebih dari 6,7 juta jiwa dari 4,85 juta jiwa pada periode yang sama.[2]
Dari
persentase angka kemiskinan di kedua negara tersebut mereka sama-sama dari negara
berkembang. Suatu negara dapat dikatakan sebagai negara maju jika diukur dari tingkat
kemiskinan yang ada. Kemiskinan di negara-negara berkembang khususnya Indonesia
dan Thailand memang masih menjadi masalah yang serius. Masalah kemiskinan yang ada
di Indonesia tergolong cukup memprihatinkan. Karena ada sekitar 11,16 juta orang
yang digolongkan sebagai orang miskin. Dalam hal ini, pengentasan masalah kemiskinan
harus diprioritaskan kepada pembangunan ekonomi baik dalam jangka panjang maupun
jangka pendek.
Faktor dan Penanggulangan
Dalam isetiap iperistiwa iyang iterjadi iselalu iada ifaktor iatau ipenyebabnya, ibegitupun iyang iterdapat ipada ikemiskinan. iAdapun ifaktor-faktor iyang imelatarbelakangi ikemiskinan iini iterjadi iyaitu iada ibeberapa ihal ipertama ipendidikan iyang irendah idapat imenyebabkan iseorang iindividu ikurang imempunyai idasar iilmu iatau iketerampilan iyang idiperlukan idalam isetiap ikehidupannya. iKedua, imalas ibekerja ijika isikap imalas isudah itercermin isejak iawal imaka iakan imenjadi imasalah idalam ikepribadian iseseorang. iKetiga, iketerbatasan isumber ialam iapabila isumber ialam itidak iada imaka imasyarakat iakan iterus idilanda ikemiskinan isebab itidak ilagi imemberikan ikeuntungan ibagi ikehidupan imereka. iKeempat, iterbatasnya ilapangan ipekerjaan i idapat imempengaruhi ikemiskinan ikarena ijika itidak iada ilapangan ipekerjaan imaka iakan isemakin ibanyak iorang imenganggur. iDan ifaktor iyang iterakhir iadalah ibeban ikeluarga, isemakin ibanyak ianggota ikeluarga imaka iakan isemakin ibertambah ituntutan ibiaya iatau ibeban ihidup iyang iharus idipenuhi.
Dari
beberapa faktor di atas, garis besarnya adalah kemiskinan terjadi karena ketimpangan
sosial di masyarakat. Upaya paling ideal dalam penanggulangan kemiskinan ini adalah
menciptakan pemberdayaan ekonomi di masyarakat wajib dilakukan untuk meningkatkan
sumber daya manusia lebih baik lagi. Terlepas dari itu, pemerintah juga perlu menyediakan
ruang gerak untuk masyarakat miskin agar dapat memanfaatkan potensi dan kreatifitas
yang dimiliki, dengan kata lain di sini masyarakat juga harus mendapatkan hak-hak
keadilan yang semestinya. Cara lain yang bisa dijadikan alternatif dalam penanggulangan
ini adalah memulai memanfaatkan kesadaran diri semaksimal mungkin agar dapat menyesuaikan
diri dengan keadaan global yang makin hari bertambah pesat perkembangannya.
Daftar
Pustaka
Harsono, H. (2009). Kemiskinan di perkotaan: studi kasus peningkatan
ekonomi masyarakat miskin kota di Bogor. Jakarta: repository.uinjkt.ac.id
Prawoto, N. (2008). Memahami
kemiskinan dan strategi penanggulangannya. Jurnal Ekonomi & Studi Pembangunan. journal.umy.ac.id
Kurniawan, D. (2009). Kemiskinan
di Indonesia dan Solusinya. Gema Eksos. https://media.neliti.com
Biodata Penulis
Oktira
Indah Cahyani. Mahasiswa Universitas Sunan Kalijaga Jurusan Sosiologi Agama.
Sekarang bergiat di komunitas “Lensa”.
Tidak ada komentar