Puisi: Kepada yang Selalu Aku Nanti Kabarnya
PUISI-PUISI FARIS AL-FARISI
SEBENTAR LAGI ANNUQAYAH
Di sini, aku adalah kita
Yang saling menukar rasa
Pada kelembutan sutra keluarga
Dari serabut benang rapuh
Hingga tersulam kedamaian teduh.
Anak-anak berlari
Mengejar bahagianya sendiri
Sesekali menyapaku lewat candanya
Lalu mengundang tawa dengan sengaja.
Di tanah ini aku menyecap sari
kebersamaan
Dengan menghadirkan kumbang-kumbang
ingatan
Serta menaggalkan madu dalam kenangan
Sebentar lagi Annuqayah
Aku akan lepas dari pangkuanmu
Namun bukan untuk melupakan
Melainkan untuk menabur benih-benih
ilmu yang kau titipkan.
Lubtatara. 2021
RATAPAN SEORANG NURIL HAROMAIN
Bagaimana harus kulepas wajah ini
Tanpa amarah, gelisah dan juga dukungan
pasrah
Bagaimana caraku untuk melupakan?
Aku lebih suka dijadikan babu
Yang senantiasa mematuhimu
Bahkan walau hanya dalam permainan
cintamu
Aku rela taktahu menahu.
Namun aku mohon jangan kau paksa aku
Untuk meniggalkan
Karena aku terlalu rapuh
Untuk sekadar menerima kenyataan.
Annida!
Betapa busuk tanaman di balik dadamu
itu
Hingga kau tega
Merenggut aura kehidupan dalam
langkahku
Yang begitu mengharap sebuah temu.
Kini aku hanyalah sandal jepit
Yang rela trinjak–injak dalam senangmu
Dan harus menerima nasib terlantar
Setelah kau putus harapku.
Lubtara. 2021
KEPADA YANG SELALU AKU NANTI KABARNYA
Berbulan-bulan aku melipat waktu
Agar dengan segera aku dapat kembali
merangkulmu
Dalam suara
Juga dalam tawa
Namun itu menjadi fatamorgana
Karena kini aku hanya bisa mendekapmu
Dalam sabar
Tanpa kabar
Tanpa mengira rasa yang mulai memudar
Pada matamu
Akan aku berikan kejujuran
Bahwa diriku tak ubahnya sepotong baju
Yang tak layak kau kenakan
Sebagai seorang pengundang rindu.
Apakah aku bosan padamu?
Tidak!
Aku tidak pernah bosan padamu
Bahkan aku tak mengenal kata bosan
dalam tubuhku ini
Aku hanya takut
Kelak di kemudian hari
Kau tak ingin tahu baju kusut ini lagi
Dan ketakutan ini
Perlahan membawaku
Pada penderitaan paling pilu.
Lubtara.2021
SEBUAH PERMOHONAN
Dalam tengadah tanganku ini
Selalu terselip namamu yang masih abadi
Menjamah air mata kerinduan
Yang semakin mengakar dalam ingatan
Izinkan aku memelihara tubuhmu
Dari balik bingkai jendela berdebu
Dengan usaha menyimpan senyum
Pada wajahmu yang ranum
Izinkan aku merawat bulu matamu
Dengan puisi yang tersulam dari rindu
Agar semua orang tahu
Bahwa keindahanmu adalah candu bagiku.
Lubtara. 2020
PERSEMBAHANKU UNTUKMU
Ketika puisi ini menyapamu
Kuharap kau tak lagi ragu
Pada langkahku yang bisu
Dan kuharap kau tak lagi bertanya
Tentang setia yang kuungkap melalui
tinta
Lubtara. 2020
FARIS
AL-FARISI,
lahir di Sumenep, 14 Juli 2003. Pernah meraih juara 2 dalam event cipta puisi Nasional
yang diadakan Penerbit Ruang Pustaka, harapan 3 dalam event cipta puisi Nasional
yang diadakan Salam Pedia. Karyanya terkumpul dalam antologi bersama; Potret
Kemiskinan Negeri;2020, Dalam Genggaman Kenangan;2020 dan Untukmu; 2021. Penulis sekarang masih tercatat
sebagai santri tugas PP. Annuqayah Lubangsa Utara Guluk-Guluk-Sumenep, yang
sedang mengabdi di PP. Darul Ulum Azzaini Bunten Barat Ketapang-Sampang.
Tidak ada komentar