Oleh
Mashudi*
Data Buku
Judul :
Fiqih Itu Asyik
Penulis : Herry Nurdi
Penerbit : DAR! Mizan
Cetakan
: I, 2004
Jumlah : 174 halaman
Buku
dengan lima bagian ringkas ini, berisi pokok-pokok penting dalam memahami ilmu
fiqih.
Pada
bagian satu: Kenapa Fiqih?, menjelaskan bahwa fiqih adalah ilmu tentang ilmu
atau mother of knowledge. Penjelasan
ini diperkuat karena keseluruhan hidup adalah ibadah. Dan fiqih adalah ilmu
tentang tata cara menjalankan roda
kehidupan agar tetap pada jalur yang baik dan benar juga tidak tersesat dalam
perjalanan.
Bagian
dua, berisi tentang pendefinisian apa itu halal, haram, makruh, sunnah, mubah
dan shahih-bathil. Juga dikenalkan beberapa sumber pengambilan hukum Islam,
yakni Al-Quran sebagai Sumber Segala Sumber(SSS), selanjutnya Sunnah Nabi, juga
ijma' dan qiyas.
Selanjutnya
pada bagian empat; Berdiri di Atas Pundak para Raksasa, raksasa yang dimaksud
adalah 4 mazhab fiqih yang paling digandrungi: Imam Hanafi, Imam Malik, Imam
Syafi'i dan Imam Hambali. Pada bagian ini penulis menceritakan dengan sangat
ringkas nan padat biografi 4 pendiri mazhab tersebut.
Betapa
luar biasanya perhatian Imam Hanafi atau Imam Abu Hanifah pada ilmu fiqih
dengan mendirikan sebuah komite yang bertugas menyusun hukum-hukum Islam pada
saat itu. Menurut Al-Khawarizmi, Imam Hanafi telah mengeluarkan 83.000 fatwa,
38.000 diantaranya tentang hukum-hukum Islam dan 45.000 lagi tentang hukum
perdagangan.
Imam
Malik, meski tak pernah keluar dari kota kelahirannya-Madinah-sampai akhir
hayat, namun dengan keteguhan prinsip dan kecintaannya akan ilmu mampu
menciptakan mahakarya sekelas Al-Muwaththa' yang sampai saat ini menjadi
referensi penting dalam sejarah keilmuan.
Imam
Syafi'i sang Pemuda Gemilang, yang sejak kecil sudah dilihat (ramal) oleh
beberapa ahli ilmu, termasuk sang guru Imam Malik, bahkan oleh ahli nujum bahwa
kelak Imam Syafi'i akan menjadi manusia yang memiliki pengaruh besar bagi
dunia. Muhammad, nama pemberian ibunda Imam Syafi'i, memiliki silsilah
keturunan yang juga bertautan dengan kanjeng Nabi Muhammad. Saking cemerlangnya
Imam Syafi'i, pada usia 9 tahun sudah mampu menghafal 30 juz Al-Quran dan pada
usia 10 tahun beliau mampu menghafal Al-Muwaththa' karya sang guru, Imam Malik.
Terakhir
Imam Ahmad bin Hambal atau Imam Hambali yang dijuluki pemburu ilmu. Imam
Hambali muda tak pernah berhenti membawa tempat tinta dan kertas untuk mencatat
pelajaran apa saja yang ditemuinya. "Aku akan bersama7 dawat tinta hingga
ke liang lahat", begitu kata beliau. Imam Hambali adalah salah seorang
murid yang paling dikasihi oleh sang guru, Imam Syafi'i. Dalam beberapa
keterangan, Imam Hambali disebut-sebut menghafal hampir satu juta hadis.
Al-Musnad adalah salah satu karya beliau yang sampai saat ini dijadikan
pegangan para ulama.
Menengahi
Pertikaian, sebagai judul dari bagian lima sekaligus penutup adalah bagian
dimana nasihat dan peringatan mendominasi di dalamnya.
Bagaimana
seharusnya bermazhab dan penjelasan bahwa mazhab-mazhab fiqih ini bukanlah
sekte juga bukan agama dalam agama melainkan sebuah sudut pandang terhadap
islamic jurisprudence atau aplikasi atas hukum, berada di dalamnya. Jangan
sampai fanatik dalam bermazhab! Karena fiqih juga bermakna pemahaman, maka
fanatisme pada satu mazhab pertanda kurang mendalamnya pemahaman dalam
bermazhab. Fanatik pada satu mazhab berarti perlu diuji kembali
pemahamannya dalam memahami mazhab.
Penulis
juga menuturkan di era sekarang ini ada semacam gelombang kebodohan yang
terjadi pada pemuda-pemuda generasi Islam. Karena tak banyak yang mempelajari
dan memahami ilmu-ilmu agama secara mendalam, apalagi dengan benar. Dan
satu-satunya jalan keluar ialah belajar tentang kebaikan. Kebaikan-kebaikan
yang kita bisa lacak dan konsisten bisa dijadikan teladan.
Penulis
mengakhiri tulisannya dengan memanjangkan doa yang diajarkan Rosulullah:
Allahumma inni audzubika minal
hammi wal hazni
Wa audzubika minal 'ajzi wal
kasali
Wa audzubika minal jubni wal
bukhli
Wa audzubika minal qalabatiddayni
wa qahrirrijal
Juga
gubahan peringatan bak puisi:
Tak
ada kemuliaan tanpa hilangnya rasa takut, kecuali kepada Allah dan kebenaran.
Karena itu, ketakutan harus dibakar hingga jadi arang.
Tak
ada kemuliaan tanpa habisnya rasa sedih. Dan hanya dengan berjihad dan menuntut
ilmu, sedih akan terobati.
Tak
ada kemuliaan tanpa dibunuhnya kelemahan dan kemalasan karena kemalasan dan
kelemahan hanya akan membuat kita tak lebih berharga dari kotoran.
Bagian
tiganya mana...?!
Yaaa...!!!
Bagian
tiga sengaja saya siapkan di akhir, karena bagi saya ini adalah inti dari buku
"Fiqih Itu Asyik".
Pada
bagian ini penulis menceritakan perjalanan fiqih yang awalnya asyik, praktis
dan mudah kemudian muncul keruwetan, kejlimetan, yang pada akhirnya diformulasi
kembali agar menjadi asyik dan praktis seperti semula. Pada generasi awal
Islam, fiqih terasa sangat ringan dan mudah, karena pada generasi ini; yakni
generasi Rasulullah dan para sahabat adalah generasi dimana sumber-sumber pokok
fiqih masih orisinil dan waktunya pun berdekatan dengan kehidupan Rasulullah.
Generasi berikutnya, yakni generasi tabi'in mulai menitikberatkan pada sikap
kehati-hatian dalam pemikiran maupun fatwanya. Sampai generasi tabi'it tabi'in
sikap kehati-hatian semakin terasa memberatkan juga membelenggu kaum 'awam
dalam memahami fiqih. Selanjutnya, pada generasi kelima(ulama-ulama
kontemporer) inilah akhirnya diformulasi kembali dari sikap kehati-hatian yang
semakin memberatkan menjadi lebih sederhana, dibikin asyik, agar 'awam merasa
fiqih itu mudah dan asyik untuk dipelajari juga diamalkan.
Penulis
menaruh perhatian lebih pada salah seorang ulama besar, Syaikh Yusuf Qardhawi.
Ulama pada generasi kelima ini membuat penulis terkejut juga senang karena
dalam beberapa karya dan pemikirannya yang kontemporer dan modern terutama
dalam ilmu agama, fiqih. Fatwa-fatwa Kontemporer, Fiqih Prioritas, Fiqih
Praktis adalah beberapa buku beliau yang berusaha memahamkan dengan cara
sederhana namun tak mengurangi esensi. "Untuk urusan ini(fiqih), kita perlu
menulis dengan bahasa yang mudah dicerna dan redaksi yang sederhana, dan tidak
menggunakan bahasa yang berbelit-belit dan redaksi yang dibuat-buat,"
begitu tulisnya dalam Fiqih Praktis.
Terakhir
Dr. Yusuf Qardhawi juga memberi nasihat bahwa dalam masyarakat modern
penyederhanaan terhadap usaha memahami fiqih menjadi mutlak. Beliau mengatakan,
"ada dua hal yang seharusnya menjadi konsentrasi pengembangan dunia fiqih
dalam kehidupan modern. Pertama, mempermudah pemahaman fiqih Muslim kontemporer
yang disibukkan dengan urusan pribadi dan melimpahnya pengetahuan juga
informasi seperti sekarang ini. Kedua, memudahkan hukum-hukum itu sendiri untuk
dilaksanakan dan diaplikasikan dengan menghindari sikap yang memberatkan."
Bagi
saya buku Fiqih Itu Asyik ialah gerbang awal(pengantar) untuk sedikit saja
memahami tentang apa itu fiqih dan bagaimana fiqih bekerja dalam keseharian
kita. Dengan ringkas dan padatnya wawasan fiqhiyyah pada buku ini mampu memberi
motivasi, setidaknya kepada saya pribadi, untuk minimal mempelajari, memahami
dan mengamalkan hal-hal penting dalam ilmu fiqih. Dan karena itu juga yang saya
rasa kurang dari buku ini adalah kutipan berbahasa Arab yang sama sekali tak
dituliskan di dalamnya. Padahal saya kan juga ingin tahu redaksi aslinya.
________
*) Penulis merupakan penikmat kopi dan musik. Saat ini tinggal di Sumberanyar.
Tidak ada komentar