Puisi: Minggu Pagi di Ruang Depan
freepik |
Puisi-Puisi Servasius Hayon*
KEMUNGKINAN
Kau adalah maklumat
yang memungkinkanku
gagal beristirahat.
Pernyataan sering
menjadi ketidakpastian.
Yang pasti hanya
satu.
Besok aku akan
bersembunyi dari pikiranmu.
2021
BATAS
Malam segera tiba.
Tampak seperti siang
saja.
Aku jadi ingin tidur
siang
ketika waktu
beranjak
pukul enam.
Batas antara sore
dan malam.
Batas antara terang
dan gelap.
Batas yang sudah
lama tak jadi batas.
10 September 2021
PANGGILAN VIDEO
Siang telah naik.
Tapi kau masih
berkutat pada
malasmu
yang tak juga usai.
Aku ingin jadi
selimut yang
memanaskan tubuhmu.
Agar kau
bangun dan keluar,
melihat langit yang
lapang
dan awan yang serupa
wajahku.
Tapi panggilan video
berhenti seketika
ketika urusan mama
selesai.
“Nanti saya telepon
lagi.”
Kata-kata terakhir
sebelum panggilan
berakhir.
Sangatta 2021
PERJALANAN PANAS
Panas mampir di
pergelangan tangan.
Numpang minum
keringat peras dingin.
Perjalanan masih
jauh.
Ketika mendung
datang,
ia sudah harus tiba di
tujuan.
2021
TERBIASA
Panas mengguyur
jalanan.
Kendaraan ramai lalu-lalang.
Pada pandemi tidak
lupa.
Tapi hidup kian
terbiasa.
September 2021
HUJAN DI MALAM
MINGGU
Nah, ternyata benar.
Panas menghujan.
Gemuruh memeriahkan
malam minggu.
Orang-orang siap berpacaran
lewat chatan.
Yang terlanjur
berkencan menikmatinya dengan kehangatan.
Hujan tidak
membuyarkan apapun.
Baik harapan maupun
ikatan.
11 September 2021
MINGGU PAGI DI RUANG
DEPAN
Sinar matahari
tempias. Memberi warna ungu pada gorden.
Kau tinggal pilih
sembunyi di baliknya atau tinggal di hatiku.
Ada kipas angin
diwarnai debu dengan warna hitam.
Sering meniup
gelisahku, namun anginnya tidak terasa
karena lupa
dibersihkan.
Kau seperti ibu yang
fotonya terpampang
di bawah salib. Di
sebelahnya ada bapak. Ada aku. Kita berdampingan.
Kita sepasang suami
istri yang kelak. Ruang depan ini akan jadi tempat
kita saling
bermanja-manja. Kita tertawa dan berbagi duka.
Sesekali berdebat
atas pandangan yang berbeda.
Ini hari Minggu,
adakah kau ke gereja untuk mendoakan kita?
Di ruang ini aku
duduk mengingat kemarin aku batal ke gereja.
Bersama dengan motor
yang bermasalah, tujuanku ke gereja patah.
Sangatta 2021
*) Servasius Hayon. Lahir di Bontang 27 Agustus 1996.
Tinggal di Sangatta, Kalimantan Timur. IG : @servasius_hayon, FB: Servasius
Hayon.
Keren
BalasHapus