Resensi: Jejak Kelahiran Manusia Lewat Adaptasi Grafis
Judul : Sapiens Grafis
Penulis
: Yuval Noah Harari, David Vandermeulen
Ilustrator
: Daniel Casanave
Alih
bahasa : Damaring Tyas W. Palar
Penerbit
: Kepustakaan Populer Gramedia
Tahun
terbit : 2021
Tebal
: 248 halaman
Sapiens
adaptasi grafis membuka ruang ingatan manusia tentang jejaknya sendiri, jejak
identitas yang barangkali telah dibuang begitu saja dari memori atau enggan
untuk diulik kembali. Hal ini disebabkan mempelajari sejarah seringkali memiliki
kesan yang membosankan. Namun, buku ini jauh dari stereotip tersebut.
Ahli
sejarah Yuval Harari yang berkolaborasi dengan David Vandermeulen berhasil
mengonversikan edisi buku Sapiens
aslinya agar lebih ramah disimak lewat format yang menarik, menggelitik, dan cerita
yang sangat renyah, Pembaca akan lebih mudah memahami alur cerita kelahiran
umat manusia dengan ilustrasi atraktif berwarna dari awal hingga akhir yang
dibuat oleh kartunis Daniel Casanave. Keseluruhan buku setebal 248 halaman ini
terbagi dalam empat bab dengan pokok pembahasan yang berkaitan.
Kisah
dimulai dari terjadinya Big Bang yang melatari segala asal-usul lahirnya entitas.
Bumi hadir setelah rangkaian panjang proses fisika dan kimia, sedangkan lahirnya
biologi ditandai dengan munculnya organisme pertama oleh molekul-molekul yang berpadu
membentuk struktur amat rumit. Evolusi kemudian mendorong lahirnya beragam
spesies, termasuk kita, manusia. Kehidupan berkelompok membuat manusia saling
berinteraksi, sehingga menghasilkan berbagai budaya. Sejarah kemudian menjadi
bidang ilmu yang meneliti perkembangan budaya dan peradaban di mana kedua
konteks ini berlangsung lama dan terjadi secara perlahan.
Penulis
lulusan Universitas Oxford itu mengungkapkan, sekitar 50.000 tahun lalu
terdapat setidaknya enam spesies manusia yang menghuni planet kecil ini: Homo Erectus, Homo Floresiensis, Homo
Luzonensis, Homo Neanderthalensis,
Homo Denisova, dan Homo Sapiens. Hingga saat ini, hanya
Sapiens—makhluk pinggiran dari sabana—yang menjadi satu-satunya spesies manusia
yang masih eksis bertahan.
Apa
yang membuat Sapiens berhasil menjadi unggul di antara yang lain? Gagasan
Harari dan sejumlah peneliti mengatakan bahwa semua berakar dari revolusi
kemampuan kognitif, terutama kemampuan berkomunikasi dan bekerja sama dalam
jajaran yang sangat besar. Kerja sama sosial merupakan kunci kelestarian yang menggiring
perubahan drastis. Perubahan tersebut dapat dilihat dari bagaimana awalnya
manusia hanya memproduksi tombak mata batu hingga bisa membuat hulu ledak
nuklir, dari membangun piramida hingga melakukan pendaratan di Bulan.
Lebih
lanjut menurut buku ini, kemajuan itu terjadi karena manusia pada kenyataannya pandai
menciptakan “konstruksi sosial” dan “realitas yang dikhayalkan” sebagai alat
penting untuk perantara bekerja sama dan memenuhi kebutuhan spesiesnya. Manusia
dapat merancang realitas yang diimajinasikan dari bahasa, memungkinkan banyak
orang yang tak saling kenal bekerja sama secara efektif dan masif. Perniagaan
global merupakan salah satu bukti yang didasari oleh kepercayaan manusia
terhadap entitas fiktif tersebut. Demikian Sapiens berhasil memenangkan
pertarungan, tidak seperti lima spesies homo
lain yang telah punah. Mereka kalah telak dalam membangun kepercayaan dan merangkai
kumpulan fiksi.
Sapiens
memang terkenal dengan prestasinya yang membanggakan, tetapi kita jugalah yang
menyebabkan bencana ekologis terbesar yang pernah menimpa kingdom hewan. Bumi
yang awalnya rumah yang ramah bagi tiap makhluk hidup, menjadi tak nyaman lagi ‘tuk
dihuni. Pada bab terakhir, tampaknya benar bila Harari menyebut kita sebagai
pembunuh berantai antarbenua. Dengan kekuatan dan kekuasaan yang dimiliki,
manusia merampas hak hidup sehingga menyebabkan kepunahan masal spesies-spesies
purba.
Pembaca
akan diajak berkelana melintasi awal zaman pra-sejarah ditemani oleh berbagai
tokoh karakter yang membantu menyelami isi pikiran Harari dari sudut pandang
sejarah dan ilmiah. Ada Zoe yang berperan sebagai keponakan Harari, Profesor
Saraswati yang fokus pada penjelasan biologi dan zoologi, Pastor Klüg berbicara
soal arkeologi dan teologi, dan karakter-karakter pendukung lainnya.
Sapiens
Grafis mengupas tuntas evolusi manusia dari zaman batu hingga abad ke-21. Bagaimana
manusia melakukan persebaran? Mengapa ada perang di mana-mana? Dan, agenda apa
saja yang telah terjadi? Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat ditemukan
di sini. Bahasanya ringan dan memikat bagi awam, tidak seperti buku-buku
sejarah lain yang bertele-tele. Meski informasi yang disajikan tak sepadat buku
Sapiens versi non-grafis, tetapi karya Harari dan kawan-kawannya ini sudah
cukup menghapus keingintahuan masa lalu. Lebih-lebih, Damaring Tyas menrjemahkannya
dengan apik.
Membaca
buku ini layaknya menarik ulang waktu. Tiap lembarnya membawa pembaca pada asal-usul
dirinya sendiri dan bagaiman artinya menjadi ‘manusia’ yang seharusnya. Berpikirlah
kembali, apakah kita sudah cukup pantas untuk menyandang gelar “Sapiens” yang
bijak?
Identitas
Peresensi
Nama : Monique Clariza
No.
HP : 08979693989
Akun
media sosial : @moniqcla (Instagram)
Biografi
singkat : Penulis lepas dan pembaca buku
Tidak ada komentar