Investasi dan Hal-Hal yang Perlu Direnungkan Kembali
Oleh
Akhmad Idris
Investasi kini tak hanya digeluti oleh orang-orang yang berusia matang, sebab banyak anak-anak ‘setengah matang’ yang juga mulai menjajal dunia saham maupun kripto. Hal ini bukanlah hal yang salah. Hanya saja, investasi bukan sesuatu yang dipilih untuk mengikuti trend semata, tetapi sebagai bagian rencana jangka panjang manusia. Selaras dengan hakikat dari investasi itu sendiri, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dimaknai sebagai penanaman uang atau modal dalam suatu proyek atau perusahaan yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan. Satu kata kunci yang perlu digarisbawahi dari investasi adalah “penanaman”. Artinya, investasi itu dapat diibaratkan seperti menanam yang hasilnya baru dapat dinikmati kala musim panen.
Begitu
pula investasi yang memang didesain untuk keuntungan jangka panjang. Oleh sebab
itu, sebelum melakukan investasi, seseorang harus benar-benar siap bahwa ia
baru saja menanam dan dapat memetik hasilnya ketika memasuki musim panen. Tak
hanya masalah tentang musim panen, satu hal lain yang harus diperhatikan adalah
setiap penanam memiliki dua kemungkinan. Kemungkinan pertama adalah hal
menyenangkan yang berupa sukses panen, sedangkan kemungkinan kedua adalah hal
menyedihkan yang berupa gagal panen. Dalam berinvestasi, tak ada yang
benar-benar bisa memastikan bahwa investor akan mendapatkan keuntungan karena
investasi itu penanaman―bisa
sukses atau gagal panen.
Jika
sudah memahami dua hal mendasar tersebut, hal yang perlu direnungkan kembali
adalah uang yang hendak diinvestasikan. Karena bersifat keuntungan jangka
panjang, maka uang yang hendak diinvestasikan adalah uang yang berkategori
‘dingin’, bukan ‘uang panas’. Maksud dari ungkapan metaforis dingin dan panas
adalah nilai kegunaan uang tersebut. Uang dingin berarti uang yang nganggur alias uang di luar kebutuhan
harian maupun bulanan. Sementara uang panas berarti uang yang tidak bisa
dipegang lama-lama di tangan, sebab ia harus dialokasikan untuk kebutuhan wajib
harian maupun bulanan. Atas dasar inilah investasi wajib menggunakan uang
dingin, karena jika memaksa menggunakan uang panas, maka yang terjadi
selanjutnya adalah ‘bencana alam’.
Kendati
bersifat jangka panjang, para investor tak perlu takut keburu tua dan akhirnya
lupa untuk menikmati hasilnya gegara sudah pikun.
Percayalah, setua apapun usia manusia, ia tetap tak akan bisa melupakan
hartanya. Hal ini mengingatkan saya pada perkataan Cicero, seorang cendekiawan
Romawi kuno bahwa orang tua memang pelupa (pikun),
namun mereka tidak akan pernah lupa tempat penyimpanan harta. Simpulannya, usia
tidak akan menjadi penghalang untuk mengingat-ingat ‘rupiah’.
Tak Ada Uang Dingin,
namun Tetap Ingin Berinvestasi
Lalu,
adakah solusi lain bagi yang tetap ingin berinvestasi, tetapi di dalam sakunya
tidak memiliki uang dingin? Jawabannya, tentu saja ada. Satu hal yang perlu
diingat-ingat adalah investasi tidak melulu berhubungan dengan uang, tetapi
juga bisa berkaitan dengan keterampilan; sosial; maupun spiritual. Kabar
baiknya lagi, tiga jenis investasi tersebut tidak memiliki risiko kerugian
secara materi. Investasi keterampilan dapat dilakukan dengan cara mengikuti
pelatihan-pelatihan yang berhubungan dengan bakat dan minat⸻kabar manisnya lagi,
banyak sekali pelatihan-pelatihan secara virtual gratis. Andai memang tidak
dapat menemukan pelatihan gratis, seseorang tinggal menuju ke perpustakaan
daerah, lalu membaca buku-buku yang sesuai dengan bakat dan minatnya. Sungguh
ini merupakan investasi yang tidak diancam dengan kerugian. Lalu investasi
sosial dapat dilakukan dengan senantiasa berbuat baik kepada sesama manusia. Percayalah,
terkadang pintu rezeki kerap datang lewat tangan-tangan orang yang tak terduga.
Orang yang baru kita kenal saat nongkrong di warung kopi kemarin sore misalnya.
Oleh sebab itu, jangan pernah bosan memerluas jaringan sosial. Terakhir,
investasi spiritual dapat dilakukan dengan cara memerdalam keyakinan atau
keimanan. Memang investasi jenis ini terlihat sama sekali tidak memiliki
korelasi dengan materi, namun keyakinan dan keimanan yang memadai akan membuat
setiap orang menjalani kehidupan dengan hati yang bahagia. Bukankah rasa percaya yang membuat manusia tetap bertahan di tengah
badai musibah yang seolah enggan mereda?
Akhir
kata, mari berinvestasi dengan cerdas serta dengan hati yang jernih.
TENTANG
PENULIS
Seorang
lelaki lulusan Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang terdampar
di Bumi dengan selamat Sentosa pada tanggal 1 Februari 1994. Saat ini menjadi
seorang dosen bahasa Indonesia di Sekolah Tinggi Ilmu Bahasa dan Sastra Satya
Widya Surabaya. Seorang lelaki pecinta wanita, tetapi bukan buaya; sebab tiada
kesalahan dalam mencintai. Seorang lelaki yang mencintai dunia kepenulisan,
meskipun tulisan-tulisannya biasa-biasa saja. Dapat dihubungi di 082139374892
(akun gopay) dan 089685875606 (WA), fb Akhmad Idris, dan ig @elakhmad &
@wnkuri_official. Nomor rekening: 0471136434 , BNI atas nama Akhmad Idris,
0652040764 (bank Jatim atas nama Akhmad Idris), dan 9000024439755 (Mandiri atas
nama Akhmad Idris). Karya solonya yang telah diterbitkan adalah buku kumpulan
esai dengan judul Wasiat Nabi Khidir
untuk Rakyat Indonesia (2020). Baru-baru ini ia lolos dalam seleksi terbuka
peserta Musyawarah Nasional Sastrawan Indonesia (MUNSI) yang ke-3 yang diadakan
oleh Balai Bahasa, juga dalam seleksi kurasi masterclass penulisan scenario
film yang diadakan oleh Kemenparekraf.
Salah
satu cerpennya menjadi juara 2 kategori umum dalam lomba menulis cerita fiksi
berlatar sejarah yang diselenggarakan oleh Dinas Kubudayaan dan Pariwisata Jawa
Timur. Cerpennya yang lain juga pernah menjadi juara haparan 3 dalam lomba
penulisan cerpen Pekan Budaya 2016 oleh HMJ Sastra Indonesia Universitas Negeri
Malang. Beberapa cerpen juga pernah dimuat di beberapa media cetak seperti
Harian Rakyat Sultra, Solo Pos, Bangka Pos, Sinar Indonesia Baru, Radar
Mojokerto, Majalah Pewara Dinamuka, dan beberapa media online seperti
Ayobandung.com, Himmah Online milik
Universitas Islam Malang, Mbludus.com, dan Majalah Pewara Dinamika milik Universitas Negeri Yogyakarta.
Selain
cerpen, puisinya yang berjudul Rindu
Palestina 3 menjadi puisi terbaik menurut Emirbooks (Penerbit Erlangga)
dalam lomba yang bertema “Kerinduan pada Palestina”. Puisinya dengan judul Teruntuk Kau yang Kusebut Perempuan
dimuat di web menjadimanusia.id. Puisi lainnya yang berjudul Kepada Kamu yang Ditunggu Ibu juga
dipilih oleh @kata.puan untuk diajak berkolaborasi, Puisi-puisi Teruntuk Kamu yang Kusebut Ayah dimuat
di pilardemokrasi.com milik Universitas Islam Indonesia, Puisi membunuh pagi dimuat di Litera, dan
puisi Merdeka itu Tak Pernah Ada di
Majalah Pewara Dinamika milik Universitas Negeri Yogyakarta. Beberapa puisi
yang lain juga pernah dimuat di media cetak seperti Harian Riau Pos, Bangka
Pos, BMR Fox, dll.
Baru-baru
ini esainya yang berjudul Kasidah Burdah,
Lara, dan Nusantara lolos kurasi dalam seleksi pembicara yang diadakan oleh
Komunitas Salihara 2021. Esai tentang batik Pariangan meraih predikat Juara 2
pada lomba menulis yang diadakan Bank Indonesia Tasikmalaya. Esai tentang
rempah-rempah menjadi terbaik ke-3 pada sayembara menulis sedunia yang diadakan
oleh Wangsamudar dan BPCP Jambi. Esainya tentang kuliner juga meraih Juara 1
dalam kompetisi yang diadakan Qraved, juga esainya tentang kegelisahan hidup
menjadi Juara Harapan 3 dalam kompetisi yang diadakan Sediksi. Esai tentang
menulis dan kesehatan mental menjadi juara 2 pada lomba opini yang diadakan
oleh Universitas Brawijaya.Beberapa esai ringan tentang isu-isu pendidikan,
sosial, dan budaya juga dimuat di beberapa media cetak seperti Harian Surya,
Kompas, Jawa Pos, Harian Fajar, Radar Bromo, Rakyat Sumbar, Harian BMR Fox,
Harian Sultra, Rakyat Sulteng, New Malang Pos, dan beberapa platform digital.
Esai tentang kesusastraan di tegas.id, susahtidur.net, dan catatanpringadi.com.
Esai tentang kebudayaan dimuat di etnis.id dan prodeo.id, esai tentang
kependidikan dimuat di gubuktulis.com dan siarpersma.id, esai tentang isu-isu
sosial pernah dimuat di arnolduswea.com, nyimpang.com, ibtimes.id, kawaca.com,
dan doripos.com, serta esai-esai tentang keislaman pernah dimuat di
kalimatunsawa.id, LP Ma’arif NU Jawa Tengah, Web Masjid Jendral Sudirman
Yogyakarta, iqra.id, islami.co,sufinesia.com, dan alif.id. tulisan-tulisan
tentang cerita perjalanan dimuat di kurungbuka.com, brisik.id, dan brilio.net. Baru-baru ini, esainya lolos kurasi
dalam Festival Literasi Tangerang Selatan tahun 2019. Beberapa opininya juga
pernah dimuat di beberapa majalah dan buletin, seperti buletin Perspektif edisi satu tahun 2020 milik
Universitas Brawijaya Malang dan buletin Manunggal milik Universitas
Diponegoro.
Beberapa
artikel ilmiah juga pernah dimuat di dalam Jurnal Pena (Universitas Jambi),
jurnal Salingka (Kemendikbud), Jurnal Telaga Bahasa (Kemendikbud), Jurnal Medan
Makna (Kemendikbud), Jurnal Pembelajaran Bahasa & Sastra (Universitas
Negeri Malang), dan Jurnal Efektor (Universitas PGRI Kediri).
Selain
menulis, Ia juga sering mengisi beberapa kepelatihan Jurnalistik. Baginya,
“Menulis adalah mengukir nama di dunia yang sudah lama fana”.
ILUSTRATOR
Ahmad
Zaidi, lahir dan tinggal di Situbondo. Penjaga gawang di lapak @mellebuku
Tidak ada komentar