Mas Rio Buronan: Dari Wano Menuju Situbondo
Belum lama ini, saya dan seorang kawan menonton episode One Piece yang belakangan sedang hype. Yap, seperti yang nakama sekalian ketahui. Episode 1071. Episode yang menjadi titik balik perlawanan Baka Senchou menggebuk Kaido. Episode munculnya Gear 5 yang ramai dijadikan bahan perdebatan dan membuat saya terheran-heran, orang-orang itu kenapa, sih? tinggal tonton dan nikmati jalan ceritanya aja, kok susahnya minta ampun.
Namun
memang demikianlah kita yang barangkali memiliki suatu gen bakat khusus mengomentari
sesuatu bahkan untuk persoalan anime. Dari komentar yang ada, komentar kawan
saya tersebut sungguh berbeda.
Ha?
Apaa? Kamu nanyea?
Baiklah..baiklah.
Tak lama setelah Episode itu selesai, kawan saya bertanya, “Kamu sadar nggak,
kalau episode ini sangat relate dengan Situbondo?”
Saya
yang kurang setuju dengan cocok- logi-gotak-gatik-gatuk tersebut hanya mendengarkan.
Jadi
begini, kata kawan saya.
Situbondo
dan Wanokuni
Wano
diceritakan sebagai sebuah negeri yang terisolasi dari dunia luar. Akses jalan
menuju Wano amatlah sulit. Dikuasai oleh seorang Shogun licik bernama Orochi
yang bersekongkol dengan Kaido, salah satu Yonkou, yaitu orang-orang kuat di dunia
One Piece, untuk melanggengkan kekuasaannya. Wano yang semula dipenuhi dengan
nuansa damai perlahan hancur dan dihantui dengan kecemasan. Orang-orang yang
menolak kekuasaan Orochi diasingkan ke dalam penjara. Tak cukup dengan itu,
kebudayaan yang ada sebelumnya diganti secara paksa sehingga Wano berubah
menjadi seperti yang Orochi inginkan. Kelaparan menjalar di setiap penjuru,
menularkan ketakutan.
“Lalu,
apa hubungannya Wano dan Situbondo?” tanya saya.
Kawan
saya memperlihatkan sebuah foto dan berbisik lirih, “Mirip Orochi, kan?”
Kegelisahan
dan Munculnya Generasi Terburuk
Dalam
kisah-kisah di mana kesewenang-wenangan lahir, selalu ada respon berbentuk
perlawanan. Di Wano, muncul kelompok nine akazaya yang beraliansi dengan
kelompok Baka Senchou untuk membebaskan Wano. Rencana pembebasan itu melibatkan
beberapa orang yang disebut Generasi
Terburuk dalam One Piece. Sementara di Situbondo, belakangan muncul anak-anak
muda yang gelisah dengan kondisi kota yang mereka cintai. Mereka berkumpul, dan
menciptakan sebuah arus yang kelihatannya cukup berdampak dan gemanya cukup
dahsyat.
Saya
menyela dan bertanya, “Apakah kamu akan menyebut anak-anak muda ini sebagai
Generasi Terburuk juga?”
Kawan
saya balik bertanya, “Apa salahnya?”
Kesedihan
dan Harapan
Mungkin
kalian tidak sepakat dengan kawan saya itu. Atau bahkan sedang menyiapkan
pendapat tandingan. Atau jika perlu, ingin mengajak kawan saya berdebat. Itu
boleh saja. Akan tetapi alasan kawan saya menghubungkan kisah tentang Wano dan
Situbondo pastilah mempunyai dasar. Mungkin, dari saking cintanya ia dengan
kabupaten ini, ketika menyaksikan penderitaan penduduk Wano, langsung terbesit
keluhan-keluhan tetangganya, betapa hari ini, hidup di Situbondo amatlah nelangsa.
Pernah
salah seorang kawan kami yang pegawai di desa bercerita, dirinya belum menerima
honornya lantaran belum selesai dengan tugas tambahan untuk memungut pajak.
“Bayangkan,
kamu sudah bekerja dua bulan, angsuran bulanan belum terbayar, stok beras
habis, susu anakmu habis, tapi belum boleh menerima honor lantaran setoran
pajak belum mencapai target. Sakek, mo.”
Berdasarkan
cerita-cerita itulah, mungkin kawan saya merasa terwakili dengan apa yang terjadi
di Wano. Lalu, sebagaimana penduduk Wano ia mulai berharap, bahwa Situbondo,
kota yang ia cintai ini tak lama lagi akan segera dibebaskan.
Situbondo
dan Joyboy
Situbondo,
bagi kawan saya bukan lagi menjadi kota yang dengan bangga akan ia ceritakan ke
sana kemari. Kondisi jalannya rusak. Angka kecelakaan tinggi. Tingkat
kesejahteraan masyarakat di sini rendah. Pariwisata tidak berkembang dan susah
bersaing sama kota-kota tetangga. Hampir tidak ada investasi yang masuk. PNS-nya
suka mengeluh karena tunjangan kinerja tidak naik-naik. Pemimpinnya malah asik
nge-vlog ditambah gimmick-gimmick tidak jelas. Memang siapa sih, tim
kreatifnya?
Bila
sekilas memikirkan kondisi tersebut, tentu alasan kawan saya
menghubung-hubungkan Wano dan Situbondo ada benarnya. Mereka punya kemiripan
dan penderitaan yang serupa.
Jika
penduduk Wano berharap kepada Luffy Baka Senchou untuk menjadikan Wano
kembali seperti sedia kala, maka kawan saya menaruh harapannya kepada Mas Rio,
yang belakangan ramai diperbincangkan.
“Kenapa
harus Mas Rio?” tanya saya.
“Kamu
perhatikan tangan membentuk X di dada, Mo.”
“Ada
apa dengan itu?”
“Aku
yakin, Mas Rio adalah Joyboy.”
Penulis
Mat
Rais, pengamat jalan rusak dan pendengar curhatan tetangga
Tidak ada komentar