Kumpul Komunitas: Merdeka Belajar dan Belajar Merdeka
Oleh: Moh. Imron
Saya dihantui rasa khawatir sepanjang perjalanan dari
Situbondo menuju Surabaya untuk menghadiri undangan BBPMP Jawa Timur. Mulanya
saya mengira undangan itu adalah penipuan. Menjelang siang, saya tiba di hotel
Movenpick, harus menunggu 2 jam lagi untuk registrasi memastikan kegiatan ini
benar-benar ada.
Dua hari sebelumnya saya menerima e-undangan lewat
whatsapp yang saya kira penipuan, hanya membaca sekilas. Saya meminta istri,
sebagai guru yang pernah diundang bimtek oleh BBPMP Jatim untuk memastikan
undangan tersebut bukan penipuan. Kemudian saya memastikan barcode TTE apakah
asli, pranala barcode mengarah ke aplikasi sinde.kemendikbud dengan domain
ekstensi go.id, berarti beneran.
Dari daftar undangan ada nama saya dan Wilda dari
Situbondo. Kemudian ada nama Ali dari sutera.id yang saya tahu dia pegiat
sastra di Jember tapi saya tidak mengenalnya. Beberapa anggota takanta atau
yang sedang kuliah di Unej sering nimbrung bersama sutera.id. Hari itu saya langsung
menghubungi Ali dan Wilda apakah akan hadir di acara ini. Saya yakin di acara
ini akan medapat sesuatu yang baru—entah apa itu.
Sehari sebelum berangkat saya sudah mempersiapkan barang
bawaan dan berkas atau kelengkapan administrasi yang perlu dibawa. Sesuai
jadwal travel dari Situbondo, saya berangkat pukul 5 pagi, mewakili Takanta ID
dan Wilda mewakili Komunitas Penulis Muda Situbondo (KPMS).
Jam 12 lebih, saya langsung registrasi di lantai 3.
Ada perasaan lega setelah mengetahui kegiatan ini benar-benar ada. Saya
menyerahkan berkas, mengisi formulir, dan mendapatkan buku tulis, pen, kaos,
buku panduan acara dan tas. Untuk check in masih pukul 1 siang, panitia
menyarakan untuk makan siang terlebih dahulu dan bergabung grup whatsapp
melalui barcode yang telah disediakan. Acara ini akan berlangsung mulai
tanggal 19 – 21 Juni 2024 dengan tema “Kumpul Komunitas dan KOL Lokal dalam Rangka
Komunikasi Program Prioritas Ditjen PDM Tahun 2024”.
Saya makan siang, menikmati kue dan buah di lantai
7, disuguhkan pemandangan langit cerah, rumah-rumah, bangunan menjulang tinggi,
dan lalu-lalang kendaraan dari atas. Pikiran saya sesekali ikut mengembara ke
mana-mana. Terbayang keluarga di rumah, teman-teman ngopi atau tempat kerja.
Selesai makan siang, saya masuk kamar, rupanya di
dalam sudah ada seorang. Saya saling berkenalan dan
berbincang-bincang sejenak. Namanya Pak Lukman, ia menyerahkan 3 buletin yang sudah
ditekuni selama ini. Saya membaca sekilas.
Pak Lukman ke kamar mandi. Saya berencana pindah kamar,
soalnya tidak boleh merokok. Saya tidak sempat berpamitan karena takut tidak
dibolehkan oleh resepsionis. Di loby saya janjian sama Ali sembari menyerahkan
barang titipan. Dia meminta kamar yang boleh merokok, rupanya kamar yang saya
tempati boleh ditukar dan sekamar dengan Ali. Saya kembali ke kemar untuk
mengambil barang, ingin pamit, rupanya Pak Lukman tidak ada di kamar. Saya
sedikit membayangkan nanti Pak Lukman akan kaget ketika saya berubah menjadi
sosok lain yang masuk ke kamar itu.
***
Acara pembukaan, menjelaskan maksud dan tujuan
kegiatan, kebijakan pemerintah dan program prioritas Kemendikbudristek. Saya
merasa senang bisa diundang untuk saling belajar, menambah wawasan, menguatkan
komunitas dalam mendukukung pemerintah terkait kurikulum merdeka.
Hari pertama selesai sekitar pukul 9 malam. Saya
lanjut ngobrol santai dengan beberapa teman dari Madura di kolam renang, sembari
menikmati malam, melihat lampu-lampu di beberapa sudut Surabaya, cuaca tampak
dingin tapi obrol kami makin hangat, berbicang literasi, saling berbagi cerita,
budaya dan ide-ide yang akan dikerjakan.
Saya rasa semua teman yang hadir di kegiatan ini merasakan
hal yang sama, saling silang gagasan, curhat pribadi, mengenalkan
kenangan-kenangan yang berkualitas tentang sesuatu yang digeluti termasuk aktivitas
komunitas baik teman sekamar ataupun teman lainnya. Barangkali cerita itu bisa saling
menyemangati, menginspirasi dan pasti ada sesuatu pelajaran yang bisa dipetik. Ini
semacam bonus yang saya rasa itu sangat penting sebagai salah satu bekal setelah
acara ini.
Di hari kedua, paginya terasa lesuh, suntuk, mata terasa sepet, akibat kurang tidur semalaman. Tapi materi yang dibawakan oleh Cak Mus membuat saya selalu terjaga, teman-teman yang lucu, penuh tawa, suasana ruangan lebih hidup dan peserta lebih aktif. Membahas peran komunitas dalam implemetasi kurikulum merdeka. Di forum Cak Mus, kita juga bisa saling mengenal berbagai macam komunitas: kegitan, tantangan, kendala dan senangnya berkomunitas
Tetapi bukan itu yang membuat saya semangat dan
antusias mengikuti apa yang disampaikan Cak Mus. Di awal Cak Mus pernah bilang,
peserta hadir pikiran dan raganya. Pikiran tidak boleh ke mana-mana. Melihat Cak
Mus yang berkecipung di dunia permainan tradisional, sosoknya seperti prasasti
masa lalu. Membawa ke masa-masa kecil, suara-suara itu terngiang.
Dulu di tahun 2014, saya pernah membuat list
nama-nama permainan tradisonal zaman kecil di blog. Dari daftar yang saya
posting, saya share lagi di grup-grup facebook untuk meminta mereka
untuk memberikan komentar terkait permainan-permainan yang belum masuk daftar,
rupanya list nama permainan bertambah. Saya ingin mendokumentasi, alat
dan cara bermainnya atau barangkali bisa mengajak anak-anak di desa bisa
bermain itu lagi. Akan tetap keinginan saya terbengkalai hingga sekarang saya
sudah melupakan itu. Melihat Cak Mus, mau tidak-mau saya harus memecah raga ke
masa-masa kecil yang benar-benar menyenangkan, zaman tidak ada gawai atau
internet masuk desa.
Cak Mus mungkin menjadi
salah satu pelestari permainan tradisional yang masih giat. Mungkin saatnya
untuk memulai juga. Dengan kemajuan teknologi ini menjadi tantangan tersendiri.
Apabila dibiarkan ancamannya yaitu permainan tradisional mulai tergerus, jarang
dimainkan atau bahkan ada sebagian yang sudah hilang. Tergantikan dengan permainan modern yang barangkali lebih canggih, seru dan menantang.
Di akhir acara, saya mengahampiri Cak Mus,
berbicang-bincang dan foto bersama. Hari itu juga saya sedikit membayangkan
diri saya berdiri lalu menjura kepada Cak Mus—seperti dalam film-film kanuragan—salam
hormat.
Pemateri dilanjut sama Bu Hilda. Jika di media sosial saya
sering mengikuti konten-konten bapak2id kali ini anggap saja versi ibu-ibu atau
ibu-ibu profesional. Cukup seru, interaktif, dan penuh kejutan. Isu ibu-ibu
bagi saya bukan sesuatu hal yang tabu. Forum bu Hilda bisa menjadi amunisi
untuk mendukung istri dalam meningkatkan karir, kualitas rumah tangga dan
mendidik anak bersama.
Di sesi coffe break, saya menghampiri Pak Lukman,
sedang menuang kopi atau teh, saya lupa..
“Mohon maaf kemarin saya pindah kamar, Pak Lukman.”
“Lah iya, kemarin saya saya heran kenapa ganti orang yang
masuk kamar, loh temen saya sebelumnya mana.”
“Haha, Gak bisa merokok di sana, Pak. Saya mau pamit sampean
gak ada di kamar.”
“Oh begitu, Kalau kena asap rokok saya bisa batuk.”
Kemudian kami berbincang hal lainnya tentang
kegiatan-kegitan komunitas. Pak Lukman termasuk orang yang aktif di forum.
***
Menjelang pukul 10 malam, acara sudah selesai, saya
sedikit pusing, mungkin gara-gara tidur tidak cukup, atau mungkin karena ada
pekerjaan pribadi yang belum selesai. Saya kembali ke kamar, menyeduh bubuk
kopi —saya bawa dari rumah—berharap malam ini masih bisa terjaga untuk
menyelesaikan tugas Cak Mus untuk membuat video.
Kopi terasa pahit, saya tambah gula aren, malah tetap
pahit, saya tambah gula aren, lagi-lagi masih pahit. Sudahlah, saya mengerjakan
pekerjaan satu persatu, menghabiskan waktu di depan laptop dan saya juga menyelesaikan
editing video. Terasa lega. Jam udah berada di angka 1 dinihari, sudah
waktunya terlelap.
Terbangun jam 5 pagi, mata terasa berat, saya
membersihkan sampah di meja, baru tahu semalam bukan menambah gula aren tapi
kopi bubuk stik yang disediakan hotel.
Hari ketiga di pagi hari mungkin adalah hari
perpisahan. Saya mengikuti materi lanjutan Pak Mamuk setelah semalam banyak
berbicara optimalisasi dan management media sosial, kali ini membedah hasil tugas
video yang dibuat berkelompok. Kami menerima banyak masukan sebagai amunisi
untuk membuat konten positif atau praktif baik di berbagai platfom media
sosial. Sesi berikutnya adalah penutupan, bagi-bagi hadiah, foto bersama, bersalaman
antar peserta dan panitia. Gak terasa acara sudah selesai. Udah dulu.
***
Saya berpamitan sama Ali, yang dari awal menjadi teman
diskusi di kamar. Sampai jumpa lagi. Selamat tinggal kamar hotel nomer 219.
Sesuai jadwal travel saya berangkal pulang dari hotel Movenpick
pukul 3 sore. Surabaya macet, jam 9 malam baru sampai rumah. Capek dan lelah tapi
terbayar dengan acara yang seru dan membawa amplop pengganti transport dan harian. Sesekali kepingan kenangan selama kegiatan
menghampiri. Membekas.
Satu hal yang saya dapat dari beberapa teman yang
mewakili komunitas ialah spirit berbagi kepada masyarakat atau generasi muda di
dunia pendidikan (alternatif) dengan berbagai cara dan bidang masing-masing. Dan
mungkin suatu hari nanti bisa berkolaborasi antar komunitas.
Terima kasih untuk acara yang luar bisa ini kepada
BBPMP Jatim: menghadirkan narasumber keren dan mempertemukan dengan teman-teman
unik, konyol, nekat, gigih dan penuh kehangatan.
Seperti kata Cak Mus, mari bertepuk tangan
berkali-kali di atas kepala, kemudian bilang sukses yang keras sembari di
arahkan ke diri sendiri sebagai perwakilan komunitas. Ulangi lagi kali ini di
arahkan kepada penyelenggara BBPMP Jawa Timur. SUKSES 1.000 x.
Tentang Penulis
Moh. Imron, lahir dan tinggal di Situbondo. Penulis
Buku Putri Tidur: Kiasah dari Situbondo (2018). Direktur Penerbit Takanta Suara
Kenangan. WA 082245453832.
Tidak ada komentar