Desember dan Musik yang Sendu



Oleh: Supriyadi

Desember telah tiba. Tentu saja beserta panorama yang menggumulinya. Hujan, dingin, badai, juga sendu yang tak kunjung reda. Sendu itu berasal dari lagu-lagu yang berkumandang. Pasar, kedai kopi, jalanan, hingga lorong-lorong kampung seolah bermufakat memainkan nada-nada melankoli itu.

Desember tak cukup jika hanya dibaca sebagai rentetan waktu. Ia adalah bulan perayaan tentang kesenduan. Tak sedikit lagu yang berterma Desember. Lihat saja lagu Koes Plus yang bertajuk “Desember” (1973). Liriknya “Masa bercinta yang paling indah, walaupun penuh penderitaan” yang diulang-ulang itu seolah menekankan tentang perasaan yang didera. Bagi Koes Plus, Desember adalah kenangan tentang kebahagiaan sekaligus penderitaan bersama mantan kekasihnya.

Tak jauh berbeda, Aka Grup juga menganggit lagu bertajuk “Badai Bulan Desember” (1974). Badai itu adalah keributan yang berujung perpisahan. Si lelaki telah ingkar atas janji yang diikrarkan terhadap pasangannya. Desember adalah waktu peristiwa itu terjadi. Bagi Aka Grup, Desember adalah patah hati.

Maju ke satu dekade, ada lagu dari Tetty Kadi yang bertajuk “Kenangan Desember” (1996). Dengan suara yang halus dan merdu, Tetty Kadi berhasil menyampaikan kisahnya yang menyedihkan. Ia ditinggalkan oleh kekasihnya. Bulan Desember adalah pertemuan terakhir Tetty Kadi bersama kekasihnya itu. Akhirnya, Tetty hanya bisa merintih dan mengenang kebersamaan itu melalui “Kenangan Desember”.

Yuni Shara tak ketinggalan. Pada tahun 2000, ia menganggit lagu bertajuk “Desember Kelabu”. Yuni dijanjikan bulan madu bersama suaminya. Tetapi, janji hanya tinggal janji. Sang suami ingkar dan malah pamit untuk berpisah. Kisah kelabu itu terjadi pada Bulan Desember, teriring hujan deras dan angin yang menusuk tulang.

Sendu bulan Desember bukan tentang asmara saja. Efek Rumah Kaca (ERK) membawa sendu untuk meratapi bencana. Melalui lagu bertajuk “Desember” (2007), ERK membekukan peristiwa tentang banjir yang melanda Jakarta pada tahun 1999. Puluhan orang wafat pada peristiwa tersebut. Lagu ini dijadikan katalisator ERK untuk mendoakan para korban. Tak hanya itu, ia juga menyemangati keluarga korban melalui lirik “semoga ada yang menerangi sisi gelap ini, menanti seperti pelangi setia, menunggu hujan reda”.

Karnamereka—grup indie asal Yogyakarta juga membawa sendu Desember pada dimensi yang berbeda. Grup ini menggubah lagu bertajuk “Desember Kelabu” (2015) untuk meratapi diri. Kesalahan, kegagalan, juga kesedihan harus segera disudahi. Melalui lagu “Desember Kelabu”, Karnamereka mengajak untuk merenung dan berefleksi.

Desember beserta kesenduannya tak hanya berkumandang di dalam negeri. Tak sedikit juga penyanyi luar negeri yang menggunakan terma itu. Lihat saja penyanyi kawakan macam Taylor Swift. Ia menganggit lagu bertajuk “Back to December” (2010). Lagu ini berkisah tentang kerinduannya kepada mantan kekasih. Ia meminta maaf atas kesalahannya selama menjalin asmara.

Di tahun yang sama, Miley Cyrus juga menelurkan lagu beraroma Desember, yakni “Permanent December” (2010). Lagu berkisah tentang penyesalan karena telah mengabaikan seseorang yang mencintainya. Penyesalan juga termuat dalam lagu Demi Lovato bertajuk “Rembember December” (2010). Kisahnya tentang penyesalan perempuan yang telah kehilangan kekasihnya. Ia tidak bisa melupakan kenangan indah yang telah terajut sebelumnya.

Neck Deep dengan “Desember” (2015) juga tak kalah sendu. Lagu ini mengisahkan tentang orang yang sedang patah hati di Bulan Desember. Si perempuan telah berselingkuh dengan laki-laki lain. Linkin Park dengan lagunya “My December” (2000) berada pada tataran yang berbeda. Linkin Park mengisahkan tentang kerinduan terhadap “rumah”. Banyak orang yang berspekulasi tentang makna rumah itu. Ada yang memaknainya kekasih, rumah berwujud bangunan, juga Sang Ilahiah. Terlepas dari makna itu, “My December” terasa begitu pedih musiknya.

Lagu dengan terma Desember tidaklah sedikit. Terma itu senantiasa aktual dari masa ke masa. Waktu adalah parameter paling ideal untuk mengukur nilai dari sesuatu. Dalam hal ini, Desember bukan hanya tentang rentetan bulan, namun melampaui itu. Ada nilai yang termuat dalam Desember. Mencermati lagu-lagu yang ada, Desember adalah momentum kesenduan. Asmara, perenungan, hingga sosial dirayakan dengan nada-nada sendu. Tak hanya dalam negeri, penyanyi luar negeri juga telah melegitimasi hal itu. Maka, perlu dipertanyakan, bagaimana relasi antara Desember dan kesenduan itu?

 

Sendu

Desember menjadi bulan paling akhir dalam kalender masehi. Kalender itu laksa buku. Ada bagian awal, isi, hingga akhir. Bagian akhir adalah konklusi yang memuat poin-poin penting bagian sebelumnya. Saya rasa, Desember juga demikian. Ia adalah bagian akhir atas laku hidup tahunan. Poin-poin penting termuat di sana. Karir, sosial, ekonomi, hingga percintaan adalah wujudnya.

Desember menjadi momentum sakral untuk merefleksi capaian-capaian itu. Tak heran jika ingatan atas laku hidup dari Januari hingga November muncul kembali. Kebahagiaan, kesedihan, kesalahan, juga kegagalan kembali terngiang. Ingatan itu lantas direnungi sebagai bekal perbaikan hidup di tahun mendatang. Berkat perenungan itu, maka lahirlah resolusi.

Perenungan di Bulan Desember menjadi lebih magis karena dibarengi musim dingin. Musim dingin nyatanya punya pengaruh cukup besar terhadap kondisi emosional seseorang. Denissen, dkk (2008) dalam penelitiannya bertajuk “The Effect of Weather on Daily Mood: A Multilevel Approach” menyatakan bahwa suhu dingin membuat kadar serotonin—hormon pengatur mood turun. Turunnya kadar serotonin ini berimbas pada kondisi emosional yang galau, bahkan depresi.

Ada anekdot menggelitik bahwa hujan itu 1% air, 99% kenangan. Anekdot ini adalah realitas. Hawa dingin kala hujan akan menuntun seseorang pada kenangan. Bayangkan saja jika perenungan di Bulan Desember diadu dengan kondisi emosional yang sendu. Tentu saja perenungan bisa berujung rintihan bahkan tangisan yang tak kunjung reda. Renungan yang tadinya berupa letupan, akhirnya membesar dan mendalam.

Desember pada akhirnya dijadikan momentum oleh para penulis lagu. Di tangan mereka, hasil renungan diejawantahkan menjadi musik dengan lirik-lirik puitis. Yuni Shara, Tetty Kadi, hingga Miley Cyrus mendendangkannya dengan begitu romantis. Para penikmat juga demikian. Mereka merasa terwakili oleh lagu itu. Walhasil, mereka merayakan kenangan indah bersama mantan dengan turut berdendang. Tak dirasa, air mata menetes dengan derasnya. Selamat datang Desember! Selamat merayakan kesenduan yang mendalam!

Desember dan Musik yang Sendu Desember dan Musik yang Sendu Reviewed by Redaksi on Desember 27, 2024 Rating: 5

Tidak ada komentar