Sports-Sciences: Kolaborasi Pembelajaran Olahraga dan Fisika



Oleh: Jamilatul Hasanah

Kegiatan Sekolah Menulis dalam Jaringan (SEMEJA DARING) kembali diselenggarakan oleh Penerbit Jagat Litera pada hari Jumat (21/2). Kegiatan yang mengangkat tema “Dari Teori ke Aksi : Menyusun Pembelajaran Mendalam yang Teintegrasi” dimulai dari jam 19.00 WIB hingga 21.20 WIB. Penerbit Jagat Litera menghadirkan pemateri yang luar biasa dengan segudang pengalaman yaitu Bapak Sugiono, M.Pd. Latar belakang pemateri sebagai guru fisika di SMAN 1 Panarukan, pengajar praktik, sekaligus fasilitator guru penggerak Kemendikbudristek. Materi yang disampaikan adalah “Sports - Sciences : Pembelajaran Kolaboratif, Efektif, dan Asyik”. Peserta pelatihan berjumlah 35 orang yang terdiri dari Guru SMAN 1 Panarukan, MGMP Fisika Kabupaten Situbondo, dan guru dari berbagai daerah.

Bapak Sugiono berbagi pengalaman dalam menerapkan pendekatan pembelajaran kolaboratif antara guru fisika dengan guru olahraga. Beliau mempunyai keinginan untuk menggabungkan konsep di dalam materi pembelajaran terhadap contoh nyata di lapangan, sehingga siswa dapat belajar lebih bermakna. Sebelum membahas materi secara rinci, pemateri mengawalinya dengan memberikan pertanyaan pemantik kepada seluruh peserta. Setiap pertanyaan memiliki dua pilihan jawaban. Dalam hal ini, tidak ada jawaban yang salah. Seluruh peserta diberikan kebebasan untuk menjawab, baik dengan raise hand dan memberikan jawaban secara langsung maupun melalui kolom komentar. 

Selain itu, Bapak Sugiono juga memaparkan tentang tantangan-tantangan pendidikan saat ini. Beliau tidak hanya menyajikan tulisan saja, melainkan juga beberapa gambar pendukung. Beliau juga mengajak seluruh peserta untuk mengamati dan menganalisis ketiga gambar yang disajikan. Gambar 1 menunjukkan sebuah karakter animasi buku membantu seorang anak laki-laki yang terbaring dan memuntahkan simbol-simbol media sosial dari mulutnya. Gambar 2 menunjukkan sebuah buku yang tergeletak di permukaan lantai dan dikerumuni oleh banyak orang, serta melihat buku seperti “benda aneh yang baru pertama dilihat”. Gambar 3 menunjukkan seorang laki-laki dewasa yang bergelantungan di tembok dan hanya berdiri di atas tumpukan tangga, sehingga tidak bisa melihat apa yang ada dibalik tembok tersebut.  Keterkaitan antara ketiga gambar tersebut adalah seseorang yang jarang atau bahkan tidak membaca buku, lebih sering menggulir ponsel untuk menikmati konten yang tersaji di berbagai media sosial. Sehingga mengganggap buku seperti barang aneh. Karena tidak pernah membaca dan menikmati isinya. Hal tersebut dapat berdampak terhadap cara seseorang dalam mengelola kemampuannya. Kesempatan yang ada, tapi tidak digunakan dengan baik. Tidak menggunakan alat sesuai dengan fungsinya.

Tantangan yang terjadi di era digital yaitu munculnya perilaku dan gaya hidup baru. Contohnya pertama yaitu phubbing. Seseorang yang mengalami kebosanan saat berbincang secara langsung saat bertatap muka, sehingga beralih secara daring melalui smartphone. Kedua yaitu FOMO (Fear of Missing Out). Di mana seseorang merasa takut tertinggal karena tidak mengikuti aktivitas tertentu. Ketiga yaitu game addict (kecanduan game). Keempat yaitu bazar global culture yang mengancam jati diri keindonesiaan. Kelima yaitu krisis moral di kalangan pelajar. Perilaku dan gaya hidup baru tersebut menimbulkan tantangan sendiri bagi guru di era sekrang. Guru harus benar-benar memberikan perhatian terhadap siswa. Agar siswa tetap fokus dalam pembelajaran dan keberadaan guru di kelas tidak teralihkan dengan ponselnya.

Karakteristik peserta didik saat ini yaitu terbiasa pemrosesan informasi cepat, tumbuh dan belajar dalam era teknologi digital, dan memiliki kecenderungan tehadap tampilan visual yang menarik. Sehingga membutuhkan usaha keras dari guru agar pembelajaran tetap berjalan dengan efektif. Guru dapat menerapkan  pendekatan pembelajaran yang berfokus terhadap siswa. “Didiklah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup bukan di zamanmu” (Ali bin Abi Thalib). Sebuah kalimat pengingat bagi guru dalam mendidik siswa di sekolah. Terkait dengan perkembangan teknologi, informasi, dan komunikasi, mendorong guru untuk terus berinovasi dalam pembelajaran. Inovasi guru menjadi kunci hasil belajar siswa. Peran dan fungsi guru saat ini tergantikan oleh kemajuan teknologi. Dalam hal ini, guru dapat membangun relasi, semangat, dan menginspirasi siswa dalam proses pembelajaran. Ketiga unsur tersebut menjadi kekuatan guru di masa sekarang dan tidak dapat digantikan dengan kemajuan teknologi.

Kolaborasi adalah hubungan alami antara orang dewasa di sekolah memiliki pengarug yang jauh lebih besar terhadap perencanaan murid serta karakter dan kualitas sekolah tersebut dibandingkan dengan faktor lainnya. Membangun interaksi positif; murid merasa aman dan nyaman; ikatan dan saling percaya antara siswa dan guru; serta ketertarikan, keterlibatan, dan rasa memiliki dalam pembelajaran. Lima prinsip inovasi berdasarkan Peter M. yaitu inovasi memerlukan analisas, bersifat konseptual, sederhana, dimulai dari yang kecil, dan menjadi suatu pelopor dari suatu perubahan. Guru dapat menerapkan sebuah inovasi dengan melakukan kolaborasi antara mata pelajaran yang diajarkan dengan guru mata pelajaran lain yang saling berkaitan satu sama lain. Dalam hal ini, Bapak Sugiono melakukan kolaborasi mata pelajaran fisika dengan olahraga pada materi fluida yang diterapkan pada olahraga renang. Sehingga siswa bisa membuktikan dan mempraktikkan secara langsung penerapan teori dari materi fluida terhadap gerakan renang.

Desain pembelajaran kolaboratif : Sport - Science yaitu identifikasi konseptual, menentukan tujuan pembelajaran, planning tools, konfirmasi area multidisiplin, pertanyaan panduan, pengetahuan dan skill prioritas, identifikasi strategi/pengalaman belajar, asesmen dan kriteria, serta refleksi dan umpan balik. Salah satu peran guru adalah menciptakan lingkungan belajar yang mengundang untuk belajar. lingkungan belajar yang mengundang adalah tempat di mana siwa dapat merasa diterima, dihargai, dan terdorong untuk belajar secara aktif. Selain itu, mendapat tantangan belajar yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan belajarnya. Siswa merasa aman mencoba hal baru dan tidak takut melakukan kesalahan.

Selama kegiatan berlangsung, pemateri sangat jelas dan bahasa mudah dipahami dalam menyampaikan materi. Aktif melakukan tanya jawab dengan peserta. Saling berbagi kisah inspiratif dan pengalaman mengajar siswa di sekolah. Peserta mendapatkan tugas untuk mengumpulkan karya berupa esai maupun kisah inspiratif sesuai ketentuan. Selain itu, peserta mendapatkan apreasiasi berupa sertifikat peserta dan sertifikat kontributor penulis. Buku antologi merupakan produk akhir dari kegiatan pelatihan ini.

Sports-Sciences: Kolaborasi Pembelajaran Olahraga dan Fisika Sports-Sciences: Kolaborasi Pembelajaran Olahraga dan Fisika Reviewed by Redaksi on Februari 27, 2025 Rating: 5

Tidak ada komentar