Avatar admin

Tentang Penulis

  • Pilkada Situbondo: Kamu Pilih Siapa, Bro?

      Oleh: Sainur Rasyid Beberapa minggu kemarin, ada seorang teman yang berkunjung ke rumah, sebut saja namanya Iink. Saya mempersilahkan masuk dan mempersilahkan Iink duduk. Sebelum duduk seperti biasa dia menanyakan kabar saya dan keluarga.  “Alhamdulillah baik, bro”, Saya jawab singkat dan mempersilahkan Iink untuk duduk. Kita baru saja duduk, Iink langsung melontarkan pertanyaan. “Bro……

  • Puisi: Celurit yang Tergantung

      Sumahya   Di ruang hatimu Kutemukan hujan lihai mencipta kata-kata untuk kita Untuk puisi, untuk matahari yang gagal meminang pagi Dan kita adalah bocah-bocah kecil yang senang menanam gigil Dan waktu akan memetik kita sebagai kemuning daun pohon mati   Yogyakarta, 2020         Di Sebuah Cafe   Di sebuah cafe Sebuah…

  • Cerpen: Matinya Penyair Bukad

    Saranku, cerita ini tidak boleh dibaca oleh orang-orang yang bercita-cita atau paling tidak berkeinginan menjadi penyair. Sebab itu berbahaya, bisa-bisa ia mengurungkan hasrat untuk menjadi penyair. Mula-mula orang yang berkeinginan menjadi penyair akan melakukan apa saja, mengorbankan semua cara. Aku takut kalau cerita ini dibaca oleh orang yang punya keinginan sama sepertiku dulu, menjadi penyair,…

  • Cerpen: Riwayat Kedurhakaan

      Siapa yang sebenarnya durhaka, Bu? Tidakkah kau ajarkan apa arti dosa dan rindu? [1] Joe tersenyum penuh kemenangan, di pinggir pantai ia memandangi nyiur-nyiur yang melambaikan ketenangan. Tiba-tiba seorang perempuan cantik datang menghampirinya membeli beberapa ikan hasil tangkapannya itu. “Sepuluh ribu saja, Mbak,” ucap Joe. Perempuan itu langsung mengeluarkan dompet dan memberi uang bergambar…

  • Puisi: kusisiri kota ini dengan puisi

      kusisiri kota ini dengan puisi   kusisiri kota ini dengan puisi sampai ke laut hanya berbatas samudra hindi mencari sisa-sisa masa lalu yang mesti dibanggakan atau kenangan yang kelak diceritakan   tapi ada yang hilang terbawa angin atau sengaja dihilangkan bagai suara-suara aktivis yang mesti dibungkam-hilangkan dan menyisakan getir kenyataan menghubungkanku dengan sungai-sungai di…

  • Cerpen: Panarukan, Sepotong Kenangan

    “Tunggu sampai malam melumat senja, dan kau boleh tidak mengingatku lagi.” *** Jika kau melewati jalan raya pos tepat di kilometer 1000, kau akan menemukan sebuah pelabuhan bernama panarukan. Seperti kenangan yang tak lagi diperbincangkan, begitupun dengan pelabuhan panarukan, ia hanya sebuah pelabuhan paling kesepian di antara ramainya suara ombak. Kata orang, di pelabuahan panarukan…

  • Puisi: Untuk Gadis

      Untuk Gadis Kubaca sejak─sajakku yang pula kau baca, jari kecil bergerak, gerangan menangiskah tertawa? ada perjurit di barak, sungguh jalang puan tak bisa tentang, memoarnya dirusak, namun luka lama pun makin riang.   Gadis kecil, bernyali kecil, sudah besar rupanya dia! pulang ke kolong langit, berbekal senyum dibalik duka, di kering suka, di ambang…

  • Puisi: “Status 1: Apa yang Anda Pikirkan?”

    Ahmad Zaidi Status 1 : Apa yang Anda Pikirkan?   Dalam keriuhan ini kita kerap terjungkal ke dalam kubang validasi dan tali yang menjulur di tubir pengakuan sebagai uluran tangan itu terputus oleh diri sendiri. Kita mewakafkan diri sebagai murid yang berkhidmat pada reputasi.   Kita menikmati bagaimana orang bertepuk sorai dalam pesta perayaan. Gelegar…

  • Cerpen: Aku Tahu Kau Masih Ingin Hidup Lebih Lama Lagi

      Kau terjaga dengan kepala pengar dan depresi menyuruh kau gantung diri di halaman belakang rumah. Hujan turun sejak subuh. Udara dingin. Suasana muram semacam ini, konon banyak berpengaruh terhadap kondisi emosi seseorang. Kau jadi bertanya-tanya apakah penguin, beruang kutub dan hewan musim dingin lain punya sifat sedih yang abadi? Sewaktu kecil kau ingin membeli…

  • Surat tentang Salju Abadi

    Hari ini tertanggal 9 Juni 2050, sinar matahari telah menyelinap masuk melalui jendela kamar hingga menyentuh wajah. Suara alarm tak henti-hentinya berdering menunjukkan pukul 9 pagi. Laki-laki itu terbangun dari tidur dan mimpi yang telah dilewatinya sepanjang malam.  Drenggg… dreengg… drengggg…. Dengan setengah sadar ia menggosok-gosok mata lalu mematikan suara alarm di sampingnya. Laki-laki itu…