Kategori: Alif Febriyantoro

  • Cerpen: Bunga-Bunga Berwajah Ibu

    Oleh: Alif Febriyantoro Sejak ibumu pergi meninggalkan kita, tiba-tiba saja kau menyukai hal-hal baru. Apalagi sejak kau tahu dongeng-dongeng indah yang dulu sering kau dengarkan dari ibumu itu sudah habis dan kau menolak jika aku mengulanginya, maka kau akan memintaku untuk membeli buku-buku baru lantas membacakannya. Dan sejak kau tak betah sekolah di taman kanak-kanak,…

  • Cerpen: Apakah Rumah Perlu Dikosongkan?

    Oleh: Alif Febriyantoro Malam larut dengan gerimis yang biasa. Tetapi di dalam kepalamu, rintik-rintik itu menjelma menjadi jarum-jarum yang menusuk otakmu. Selama perjalanan pulang, tatapanmu kosong dan pikiranmu berlarian ke mana-mana; penjualan buku yang menurun, mesin cetak yang rusak, harga kertas naik, dan notifikasi terakhir pada layar ponselmu: apakah rumah perlu dikosongkan? Kemudian kau membayangkan…

  • Cerpen: Fragmen Ingatan

    Oleh: Alif Febriyantoro Tentang Bola dan Rumah Tua Usiaku masih enam tahun ketika dulu aku berlari ke arah rumah tua di depan rumahku. Aku berlari karena bola yang kutendang melayang ke atas dan masuk ke rumah tua itu. Namun langkahku terhenti, teriakan mamaku sangat keras. “Nikolas, jangan main ke sana. Berbahaya!” “Ayo pulang!” “Tapi, Ma.…

  • Cerpen: Untuk Seorang Perempuan yang Hanya Kepadanya Kesedihan Bertempat

    Oleh: Alif Febriyantoro Perempuan itu selalu bersedih, wajahnya selalu terlihat murung, setiap hari, dari pagi sampai malam, dalam keadaan sadar maupun dalam keadaan bermimpi. Ia bersedih di mana-mana; di rumah, di kantor, di pasar, di taman, di toko baju, atau semua tempat yang biasa perempuan kunjungi. Maka semua orang di kota ini pun mengenalnya. Dan…

  • Cerpen: Kota Air Mata

     Oleh: Alif Febriyantoro “Menangislah, Naila! Sebab air mata itu menyembuhkan,” ucap seorang pemulung kepada anak gadisnya, di sebuah terminal yang lengang, di sebuah trotoar jalan yang retak. Pada siang yang teriknya menembus kepala, mereka berteduh di bawah pohon Angsana. “Menangislah, tidak apa-apa.” “Ayah sudah janji!” Laki-laki itu hanya diam. Dan setelah hampir 30 menit gadis…

  • Cerpen : Tentang Kota dalam Pikiran

    Oleh : Alif Febriyantoro “Jadi, beginikah perasaan seseorang sebelum mengalami perpisahan?” tanya wanita itu kepada kekasihnya, di sebuah bangku taman yang melingkar, di bawah sinar bulan yang keperak-perakan, bersama angin, bersama dingin. Angin meminta mereka untuk saling menggenggam tangan. Dan dingin meminta mereka untuk jangan sampai saling melepaskan. “Tenang saja, pada setiap malam akan selalu…

  • Kosong dan Sajak-Sajak Lainnya Karya Alif Febriyantoro

    Gadis dan Kota Ini kota, yang katamu punuh dengan jalan-jalan yang berliku. Lorong, tangga, tanah yang ditumbuhi gedung-gedung raksasa, semua sudah kutelusuri bersamamu. Tapi semua sama saja, ketika hujan membasahi, tak ada yang terlewati. Semua akan menjadi basah. Takdir menjadikanmu sebagai gadis kota, salah satu penghuni kota. Dengan serangkaian peristiwa yang sedikit melankolis. Dan sudah…

  • Cerpen : Lidah

    Oleh: Alif Febriyantoro Suara rel riuh. Subuh hampir dekat dengan matahari. Dan kota terbangun, bersama sisa hujan semalam. Seorang wanita mengenakan kembali pakaiannya yang berserakan, lalu meninggalkan Pasar Kembang dengan membawa beberapa lembar uang di tangan. Tapi siapa ia kenali? Lampu kota? Harum embun pada peron? Atau sepasang anak yang menanti kepulangannya, di sebuah desa…

  • Cerpen : Percakapan Malam Hari

    Oleh: Alif Febriyantoro “Apa yang akan kau lakukan ketika suatu saat aku ketahuan selingkuh?” Tanya seorang suami kepada istrinya. Di sebuah malam yang dingin. Di hadapan meja bundar yang memamerkan secangkir kopi. “Kau sungguh menanyakan hal itu kepadaku?” “Tentu saja.” “Aku tidak tahu.” “Tapi kau harus menjawabnya.” “Apa yang membuatmu menanyakan hal itu? Apakah kau…

  • Cerpen : Dua Anak Kecil yang Menyeberang

    ytimg.com Oleh: Alif Febriyantoro Tujuh hari sebelum banjir melanda kota ini, saya bermimpi menemukan dua anak kecil sedang menyeberang ke arah utara, lalu menghilang. *** Tiga hari ini saya belum juga mengerti dengan cuaca yang begitu membingungkan. Langit masih mendung dengan air hujan yang terus berjatuhan setiap saat. Banjir sudah melanda kota Situbondo sejak sehari…