Kategori: Cerpen
-
Cerpen: Pengilon Kembar
Oleh: Dody Widianto Seusai ia melekatkan kedua telapak tangannya di dada, dalam dengung suara yang hanya bisa didengar desau angin, bibirnya pelan merapal mantra, “Gusti Sang Langgeng Mulyo, kawulo mung sadermo mobah-mosik kersaning hyang sukmo. Ngeluruk tanpa bala, menang tanpa ngasorake, sugih tanpa bandha, sekti tanpa aji-aji. Suro dira jayaningrat, lebur dening pangastuti.” Dari kedua…
-
Cerpen: Bersetia
Oleh: Thomas Utomo Dua pekan lagi ulang tahun pernikahan kami—aku dan Nani—yang kedua. Sejak hampir satu bulan lalu, istriku itu sudah ribut. “Mas, pokoknya sebelum tanggal ulang tahun pernikahan yang kedua, aku maunya kita udah bikin foto after wedding di studio. Kemarin sih, aku udah tanya-tanya ke temen-temenku. Katanya, di Purwokerto, ada studio yang bagus.…
-
Cerpen: Sebuah Kisah Patah Hati yang Kelak Tertulis dalam Headline Berita
Oleh: Raisa Izzhaty Tahun-tahun berlalu. Tapi aku merasa semuanya terjadi begitu tiba-tiba. Kemarau tiba- tiba hujan, siang tiba-tiba malam, basah tiba-tiba kering. Lalu kekasihmu, tiba-tiba menjadi istrimu. Barangkali aku hidup terlalu lama dalam sebuah ruang yang kedap waktu. Atau, merujuk istilah yang dikemukakan Bhre, sahabatku, ruang itu bernama masa lalu. Aku tertawa mendengarnya, sekaligus sebal…
-
Cerpen: Ingar-bingar Pemakaman
Oleh: Puji M. Arfi Di tempat pembaringan terakhirku, aku bangun pada malam pertama ketika telah menjadi mayat. Kupikir, kuburan ini akan sepi ketika malam harinya, ternyata setelah bangun, mataku langsung terbelalak melihat teman-temanku yang l ainnya sedang asyik-asyiknya bermain. Di sudut sebelah kanan dari pembaringanku, terlihat para tuyul, kunti, dan gendruwo sedang bermain gaple. Sedangkan…
-
Cerpen: Cumi-cumi
Oleh: Tara Febriani Khaerunnisa Hujan turun memaksa beberapa pengendara sepeda motor seperti aku, dan kekasih baruku, harus menepi ke salah satu resto seafood. Aku melihat sekitar, sepertinya beberapa mahasiswa juga terpaksa berteduh di tempat ini. Jam dua, sudah sedikit melewati waktu makan siang. Seafood bukan pilihan ramah bagi kantong mahasiswa, terlebih lagi untuk makan siang.…
-
Cerpen: Lelaki Yang Bercita-cita Jadi Tukang Sihir
Oleh: A. Warits Rovi Ki Mat Rombu mati lima belas tahun silam, ketika aku masih duduk di kelas 3 SD. Ia dibunuh beramai-ramai pada suatu pagi yang disisir gerimis. Dengan modal payung darurat dari selembar daun jati, aku menyempatkan diri sejenak menatap orang-orang yang beringas menyeret Ki Mat Rombu. Wajah mereka memerah, serasi dengan tatap…
-
Cerpen: Gelas, Pion dan Lukisan Picasso
Oleh: Dody Widianto Dengan bekas luka yang membusuk dan bernanah di dada, kukira aku akan cepat mati. Nyatanya tidak. Dari lubang koreng itu, belatung-belatung seolah gesit menggeliat, merambat cepat ke kepala. Mereka mengingatkan, setahun lalu, di depan pintu, kamu pergi dengan meninggalkan bekas sayatan pisau di dada. Bibirmu merah biji saga. Tubuhmu terbungkus blus sekuning daging…
-
Cerpen: Di Langit, Sore Masih Jingga
Oleh: Aldi Rijansah Putra Semua hal di sekelilingnya berantakan, tercerai-berai, dan berbau kematian. Bus terbalik dan terbakar. Mayat-mayat penumpang yang tergeletak, serta banjir darah merah gelap. Hal pertama yang dia lihat ketika membuka mata adalah langit sore yang jingga, dengan kepulan asap hitam yang membumbung tinggi ke cakrawala. Samar-samar dia juga mencium aroma daging hangus.…
-
Cerpen: Waktu yang Pecah di Balik Pintu
Oleh: Hana Yuki Tassha Aira Pukul lima sore. Pintu terbuka dengan kencang dari luar. Bagian dalamnya membentur tembok dengan keras. Bersama bayang pohon yang turut hadir dalam kamar itu, kamu berjalan tergesa ke arahku. “Capek, benar-benar lelah aku berasa diperas setiap hari. Kerjaan sana sini, mengaku sudah selesai dengan pekerjaan sebelumnya langsung dikasih kerjaan baru.…
-
Cerpen: Biru
Oleh: Aldi Rijansah Langit begitu biru dan burung-burung terbang di langit yang begitu cerah tanpa perlu memusingkan tentang apa yang tengah terjadi di bawah bumi sana, di antara para manusia yang egois dan saling menyingkirkan satu sama lain. Dan di sanalah kamu, seorang gadis bergaun biru, yang birunya serupa warna langit itu sendiri. Berbaring kaku…