Kategori: Cerpen

  • Cerpen: Malam Panjang Naq Kerinying

    Oleh: Arianto Adipurwanto Begitu Naq Kerinying membuka mata tengah malam yang pertama terdengar olehnya adalah suara derit-derit lasah berugak. Suara itu bertahan cukup lama. Ia juga mendengar suara berat seperti napas orang yang sangat kelelahan. Baru ketika suara itu berhenti, ia bisa mendengar suara-suara lain: desau angin dan jerit burung hantu di kejauhan.            Naq…

    selengkapnya…

  • Cerpen: Rajam

      Oleh: Aliurridha Memasuki daerah ini pikiranku langsung dihinggapi perasaan cemas. Ada sesuatu yang tak terjelaskan, di luar kebingunganku tentang mengapa pertemuannya mendadak pindah lokasi ke tempat yang jauh dari pemukiman. Jalan masuknya saja berupa lorong kecil yang dipenuhi belukar dan pepohonan liar. Jalan ini kelihatannya sudah sangat lama sejak terakhir dilewati manusia. Apa yang…

    selengkapnya…

  • Cerpen: Nyallai Siwok

      Oleh: Dody Widianto Kemarin, utusan dari Pekon[1] Way Nipah datang demi melihat bocah pembawa kutukan. Sejujurnya Ron malah tak percaya. Entah ia percaya tentang ramalan itu atau tidak, tetapi Daff seolah dalam bahaya. Maka dini hari itu ia buru-buru datang ke rumahku. Mengajakku serta menuju pelabuhan. Mengejar waktu menuju pulau pelarian. Sumatra. Daff baru saja…

    selengkapnya…

  • Cerpen: Pelet Sodik

    Hari menjelang sore. Ruman duduk termenung di atas balai-balai, di halaman depan rumahnya, sembari mengisap sebatang rokok. Tak beberapa lama kemudian, ia melihat Arman melangkah menghampirinya dengan wajah tersenyum. Ia sontak merasa senang, sebab pemuda itu selalu mampu membuatnya terhibur dengan lelucon-lelucon kecil, atau sekadar menemaninya bergosip dan bermain catur. Karena kedekatan mereka, Ruman telah…

    selengkapnya…

  • Cerpen: Kirana

      Langit malam ini begitu gelap, Kira. Lihatlah! Bulan pun terlihat muram tanpa bintang-bintang yang biasanya berlarian di sekitarnya. Bahkan cahaya petromaks yang mulai berkedip-kedip seperti bocah yang sedang mengantuk saat mengaji tak kalah muram dari cahaya bulan di atas sana. Apa kau juga melihatnya? Menepati janji kita yang akan selalu memandangi rembulan sambil saling…

    selengkapnya…

  • Cerpen: Pelabuhan Jangkar dan Kapal yang Dikenang

    Oleh: Moh. Imron Di Pelabuhan Jangkar Situbondo, angin berembus lirih, lembaran ombak  bergulung-gulung, sebagian menerpa penyangga dermaga, senja tampak memudar, memulangkan nelayan yang tengah menangkap ikan, perahunya menepi di dekat pelelangan, berjejer di pinggir pantai. Pembatas besi dermaga pelabuhan kini berwarna kuning lusuh, sebagian berkarat. Pelabuhan itu memang sudah lama ada, menjadi saksi atas perahu-perahu…

    selengkapnya…

  • Cerpen: Jurang Ludruk

    Oleh: Fajar SH Meskipun tahu usahanya akan gagal, Jarot tetap mencegahnya, meminta Kuswan agar sedikit lebih tenang dan menjelaskan beberapa kemungkinan jika ia tetap bersikeras ingin pulang. Pertama, jarak rumahnya yang cukup jauh. Jarot mengingatkan Kuswan bahwa tadi malam mereka baru tiba di kediamannya ketika waktu menunjukkan pukul sebelas lewat setelah melakukan empat jam perjalanan…

    selengkapnya…

  • Cerpen: Budak!

    Oleh: Ira Atika Putri* (Mahasiswa Prodi Sastra Inggris, Fakultas Humaniora, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang)   Muram sekali, sepertinya cahaya matahari pun enggan bertemu dengan wanita itu. Pakaiannya yang serba hitam dengan rambut yang disanggul  rapi. Garis-garis halus bawah matanya yang mulai menghitam, sepertinya ia ahli begadang atau hanyalah seorang wanita pengidap insomnia. Ia berjalan menuruni…

    selengkapnya…

  • Cerpen: Bidadari Berhati Baja

      Ketika dua insan telah dipersatukan maka akan ada ribuan cinta dan kasih sayang yang secara tiba-tiba meyakinkan untuk bisa hidup bersama hingga akhir hayat. Aku Mira, malaikat kecil yang diciptakan Tuhan untuk Ayah dan Mama. Di masa balita aku hidup dengan kasih sayang orang tua. Di mana kala itu setelah mama melahirkanku dan Ayah…

    selengkapnya…

  • Cerpen: Pada Suatu Dermaga

    “Kadang ada kisah yang sebaiknya kamu rahasiakan saja, Hanum. Termasuk perasaanmu padanya dan hal-hal lain yang telah terjadi padamu,” ujar Bima pada suatu dermaga besar di kota mereka. “Laut tahu diri untuk tak menceritakan perasaannya pada langit. Begitu juga sebaiknya kamu terhadapnya, Hanum.” Hanum mengangguk. Mengiyakan perkataan lelaki yang duduk tepat di sampingnya. Namun ia…

    selengkapnya…