Kategori: Cerpen

  • Cerpen: Masalah Ketika Ingin Menjadi Dewasa

    Dengan cepat kau menyulut sebatang rokok yang terselip di sudut bibirmu. Sementara layar ponsel di depanmu menyala tapi tidak berbunyi. Barangkali sengaja kau senyapkan. “Bagaimana?” Kau membuka pesan di ponselmu dan memulai membacanya tanpa suara. “Kapan kau akan menikahiku?” “Jika kau macam-macam, aku akan mengadu kepada orangtuaku!” Barangkali itu pesan dari kekasihmu, yang sering kau…

  • Cerpen: Jejaring Mimpi

      Adik perempuanku yang masih berumur tujuh tahun sedang merengek karena dipaksa memakan semangkuk sayur bayam, sementara tanpa sepengetahuannya, diam-diam aku memperhatikan layar mimpi yang mengambang di atas kepalanya: Padang rumput. Sesekali angin menggerakkan rambut panjangnya yang tergerai. Ada satu pohon besar. Ia berada di bawahnya. Sekumpulan rusa sedang khidmat memakan rumput. Tak ada singa.…

  • Cerpen: Balada Kesibukan

    Mata perempuan itu terbuka. Tangannya menarik selimut, lantas mematikan lampu duduk. Dia baru bangun tidur dari malam yang melelahkan sekaligus juga memuaskan baginya. Gemericik air terdengar dari ruang yang tak jauh dengan tempat berbaring perempuan itu. Dia mengedar pandang, dilihatnya dua gelas dan sebotol anggur yang masih sedikit tersisa. Berserak juga kulit apel yang dimakannya…

  • Cerpen: Batu Bolemeta

    Waktu itu musim kemarau demikian berat. Para lelaki nyaris putus asa, para perempuan sama saja. Mereka berjalan jauh untuk sekadar mendapat air yang tak seberapa. Mereka tidak pernah lupa berdoa. Mereka juga tak sekali-kali malas berusaha. Tapi nampaknya usaha dan doa-doa mereka tertahan di udara. Pada masa yang sama, kudeta terjadi di pusat kota. Junta…

  • Cerpen: Sebuah Cerita di Hari Pernikahanmu

    19 Mei 2019, 17:20 WIB   Jam dinding terus berdetik: tik… tik… tik…. Hujan mengguyur di luar. Di atas kursi kayu, seorang laki-laki tua memalingkan pandang ke luar jendela loteng. Matanya menatap begitu jauh—bahkan melebihi jarak mata dan benda-benda. Sangat jauh. Dan kosong. Namun ada suatu putaran perasaan menariknya; seolah-olah membuatnya ingin melompat ke dalamnya:…

  • Cerpen: Sepasang Pemburu di Mata Ibu

    Secepat anjing pemburu, aku berlari di atas jembatan layang, melewati orang-orang. Sesekali menoleh ke belakang, sadar tak ada yang mengikuti. Pikirku begitu. Lantas memutuskan berjalan pelan, hingga kemudian langkahku berhenti tepat saat melihat pria bertopi hitam tengah menatapku dari bawah jembatan. Sial! Berjalan lurus lalu belok ke arah kanan, melangkah di antara toko elektronik yang…

  • Cerpen: Peti Mati

    Boneka yang dipegang Keira tampak semakin kusut. Warna yang awalnya putih berubah agak kecokelatan gara-gara tangannya tak dicuci tatkala selesai makan dan bermain. Sepanjang hari ia tak bosan memeluk bonekanya, dan dari pelupuk mata turun air bening. Air mata yang jatuh terserap langsung oleh boneka yang dipeluknya. Entahlah, apa yang sedang ia pikirkan. Barangkali ia…

  • Cerpen: Matinya Penyair Bukad

    Saranku, cerita ini tidak boleh dibaca oleh orang-orang yang bercita-cita atau paling tidak berkeinginan menjadi penyair. Sebab itu berbahaya, bisa-bisa ia mengurungkan hasrat untuk menjadi penyair. Mula-mula orang yang berkeinginan menjadi penyair akan melakukan apa saja, mengorbankan semua cara. Aku takut kalau cerita ini dibaca oleh orang yang punya keinginan sama sepertiku dulu, menjadi penyair,…

  • Cerpen: Riwayat Kedurhakaan

      Siapa yang sebenarnya durhaka, Bu? Tidakkah kau ajarkan apa arti dosa dan rindu? [1] Joe tersenyum penuh kemenangan, di pinggir pantai ia memandangi nyiur-nyiur yang melambaikan ketenangan. Tiba-tiba seorang perempuan cantik datang menghampirinya membeli beberapa ikan hasil tangkapannya itu. “Sepuluh ribu saja, Mbak,” ucap Joe. Perempuan itu langsung mengeluarkan dompet dan memberi uang bergambar…

  • Cerpen: Panarukan, Sepotong Kenangan

    “Tunggu sampai malam melumat senja, dan kau boleh tidak mengingatku lagi.” *** Jika kau melewati jalan raya pos tepat di kilometer 1000, kau akan menemukan sebuah pelabuhan bernama panarukan. Seperti kenangan yang tak lagi diperbincangkan, begitupun dengan pelabuhan panarukan, ia hanya sebuah pelabuhan paling kesepian di antara ramainya suara ombak. Kata orang, di pelabuahan panarukan…