Kategori: Ahmad Zaidi
-
Sebuah Perjalanan : Tentang Kayumas Bersastra
Oleh : Ahmad Zaidi Catatan Seorang Pemalas Sewaktu kanak, bapak pernah mengajak saya mengunjungi salah seorang temannya yang tinggal di salah satu desa di lereng Ijen. Di dekat rumah teman bapak terhampar berhektar-hektar kebun kopi. Udara di sana dingin. Sejak saat itu saya menyukai tempat-tempat yang berada di ketinggian. Saya menyukai udara dingin dan wangi…
-
Ulasan Ugal-Ugalan tentang Romila dan Kutukan Ingatan
Pada mulanya Alif begitu kesepian, maka lahirlah Romila dari setumpuk kata-kata dan tisu yang seluruhnya basah. Romila bercerita kepada saya, bahwa sewaktu menulis dirinya, ada detik-detik di mana Alif menggetarkan semesta Cerita Pendek yang tengah dibangunnya. “Bukalah halaman persembahan, Mas. Ada kalimat pendek yang susah payah ia tuliskan di sana.” Saya pun membuka halaman yang…
-
Cerpen: Peristiwa Menjelang Pemilu Karya Ahmad Zaidi
Oleh : Ahmad Zaidi Sehari menjelang pemilihan umum, laki-laki itu terkapar di atas ranjang yang menopang tubuhnya bersama seorang pelacur. Hasil otopsi rumah sakit menunjukkan bahwa beberapa menit sebelum meregang nyawa, ia menelan racun. Ditemukan kandungan arsenik sianida dalam tubuhnya. Sementara, pelacur yang menemani laki-laki tersebut pada malam itu, memberikan keterangan pada wartawan dan polisi…
-
Cerpen : Sebuah Hujan dan Guguran Kesedihan Karya Ahmad Zaidi
Oleh : Ahmad Zaidi Lagi-lagi hujan. Sebetulnya, aku telah bosan bercerita tentang hujan. Aku jengah tentang kesedihan. Tapi mau bagaimana lagi. Hujan tetap turun tanpa pernah tahu apakah ia membatalkan suatu rencana pertemuan. Lalu menyeruak lagu lama yang isinya selalu sama: kesedihan yang menyesakkan dalam sebuah kenangan. Ya, aku kembali mengingatmu justru disaat paling bahagia…
-
Cerpen – Fragmen Nalea
Aku mencarimu di desa Ensifera dan Wintersia, di lorong-lorong Parco Ducalo, di Bukit Citadella, di balik bangunan kota Karelia, di setiap keping reruntuhan Woolwich, di Sungai Serayu, Terminal Tawang Alun Jember dan terakhir di Stasiun Banyuwangi Baru. Selama perjalanan berhari-hari tersebut, aku hanya menemukan gerbong-gerbong kereta serta masinis yang terkantuk-kantuk di tengah kabut malam. Aku…
-
Cerpen : Seorang Perempuan dan Tengkorak di Pelukannya
Sebaiknya, berapa lama sebuah pelukan harus bertahan? Bertanyalah kepada perempuan di rumah tua itu. Di ujung jalan menuju kota kami. Oleh : Ahmad Zaidi Perempuan yang konon menghabiskan sisa hidupnya dalam pelukan seorang lelaki, kekasih yang ia temui di sebuah pesta kembang api. Tahun-tahun ia lalui dengan ciuman, selama bermusim-musim mereka bersama. Tak peduli di…
-
Cerpen – Hari Libur
Apa yang lebih menyenangkan selain berlibur? Anggap saja tidak ada. Apa yang paling membuat tidak sabaran selain menunggu liburan? Anggap juga tidak ada. Apa yang membuat orang-orang mencoret kalender, mendaftar tempat-tempat wisata untuk dikunjungi, memesan tiket untuk melakukan perjalanan, berkunjung ke saudara, teman. Atau sekadar menikmati waktu di pantai, di tengah laut, di pegunungan, di…
-
Cerpen; Clarissa
Clarissa… Kedatangan surat ini takkan mampu mengambil paksa waktu dan membawa kembali pada kenangan yang sedang kita coba lupakan. Tidak, Clarissa. Hal itu tidak akan pernah terjadi. Sebagaimana kau dan aku tahu, kita tidak mungkin memutar balik keadaan apalagi terbang melintasi lorong waktu seperti dalam cuplikan film-film yang sering kita tonton. Sama sekali mustahil. Kalau…
-
Balu dan Cerita-Cerita Aneh
Kami sedang dalam perjalanan pulang dari membesuk Balu, malam itu. Hujan baru saja reda. Jalanan masih basah, memantulkan nyala lampu kendaraan juga lampu-lampu kota di sepanjang jalan yang lengang. Aroma tanah menebar sunyi, membuat pikiran kami melayang-layang. Serupa kunang-kunang, berkedip gamang. Jika saja Balu tidak hidup dalam kegilaannya itu, mungkin tidak begini jadinya. Ia tidak…
-
Merindukan Pariopo, Merindukan Hujan
Maka pada suatu siang di mana matahari menyala begitu menampar, saya bersama Mas Imron kembali melakukan perjalanan, melaju dengan sepeda motor. Oleh: Ahmad Zaidi Ada beberapa tempat yang kami tuju saat itu. Pertama, warnet. Di sana Mas Imron butuh koneksi internet untuk memberi kabar kepada teman-teman yang janjinya akan bergabung bersama kami. Maklum saja, selain…