Kategori: Ahmad Zaidi
-
Membaca Telembuk; Membaca Cinta yang Keparat
Beberapa waktu lalu, seorang teman meminjamkan bukunya pada saya Buku itu bersampul warna putih agak kebiru-biruan dengan gambar seorang perempuan tengah memegang mikrofon. Di tengah-tengahnya, tulisan Telembuk dicetak tebal dan barulah saya ‘ngeh’ kalau itu judul buku. Novel, lebih tepatnya. Oleh: Ahmad Zaidi Buku ini ditulis oleh Kedung Darma Romansha. Alasan mengapa saya mereviewnya, nanti…
-
Nasi Karak, Takar dan Gesseng
Ikan Takar Pagi itu selepas subuh, saya bangun dari tidur yang tak nyenyak. Saya duduk sebentar, rebahan lagi mengambil posisi paling nyaman dan kemudian bersiap melanjutkan tidur. Tidur yang benar-benar tidur. Saya berniat tak akan bangun-bangun lagi sampai sore. Tidur sampai puas. Tetapi, saya baru sadar bahwa pada malam hari sebelumnya saya kebagian tugas membeli…
-
Kepala Dusun Langai yang Peduli
“Saya ucapkan terima kasih sudah mengadakan kegiatan Festival Kampung Langai. Secara tidak langsung, kegiatan ini membantu desa kami.” Oleh : Ahmad Zaidi Di rumah bernuansa hijau itu, seorang laki-laki paruh baya mengenakan kemeja kotak-kotak berwarna biru kehitaman, sarung cokelat dan songkok nasional sedang duduk di atas lencak. Beberapa tanaman tertata rapi menghiasi halamannya yang cukup…
-
Kematian Bagi Kenangan
Oleh : Ahmad Zaidi Suatu malam, ketika jarum jam mengerat kesunyian. Seorang lelaki sedang duduk di kamarnya sendirian. Ia menunggu kantuk. Namun, sebelum kantuk itu benar-benar tiba, teleponnya berdering. “Halo.” “Kamu belum tidur?” “Siapa ini?” “Ini aku. Maaf malam-malam begini mengganggu.” Telepon dimatikan. Lampu kamar dipadamkan. Lelaki itu berbaring. Berusaha memejamkan matanya. Lalu kenangan mengucur…
-
Situbondo Penuh Cerita
Oleh : Ahmad Zaidi Hal yang membuat saya ingin menertawai seseorang adalah ketika dia sibuk membanding-bandingkan. Saya menganggap itu konyol. Repot banget. Meski kadang saya juga begitu, sering membandingkan kota ini dengan kota lain. Untuk itu, mari tertawakan saya. Terimakasih. Kamu boleh mengeluh di sini minim lapangan pekerjaan. Nggak ada bioskop dan tempat hiburan bahkan…
-
Lelaki yang Datang Bersama Hujan
Oleh : Ahmad Zaidi Ia biasa datang saat hari telah padam. Dengan langkah kecil, perlahan-lahan ia menyisir rinai hujan. Di tangannya yang dingin, ia genggam sekuntum bunga mawar. Semula aku menduga suara napasnya yang berat adalah embus angin yang memainkan dedaunan. Dari dalam remang, tatapannya yang berkilatan cahaya begitu tajam menusuk. Setelah dekat, aku bisa…
-
Sebuah Usaha Menulis Surat Lamaran
Oleh : Ahmad Zaidi Kepada Dik Raras yang kecantikanmu membuat lelaki jadi tidak waras. Apa kabar kamu, dik? Semuanya berawal dari status di fesbuk yang kamu unggah belum lama ini. Status yang menyebut-nyebut kata lamaran. La-ma-ran. L-a-m-a-r-a-n. Lamaran. Aku belum tahu bagaimana status itu. Aku hanya tahu, setelah membaca statusmu salah seorang temanku tampak sumringah.…
-
Randu Agung
Oleh : Ahmad Zaidi Pohon itu tumbuh di atas gundukan sepi. Akarnya mencengkeram setiap kenangan yang mengalir deras di dekatnya. Rantingnya menusuk langit, menghalau tetes-tetes air mata. Daunnya tak rimbun, tapi cukup untuk sesekali menggugurkan kesedihan. Kulitnya keras berlapis ketegaran. Seratnya begitu rapat memilin rindu, rindu yang teramat karena sekian lamanya ia hidup sendiri. Dan…