Kategori: Ahmad Zaidi

  • Kematian Bagi Kenangan

    Oleh : Ahmad Zaidi Suatu malam, ketika jarum jam mengerat kesunyian. Seorang lelaki sedang duduk di kamarnya sendirian. Ia menunggu kantuk. Namun, sebelum kantuk itu benar-benar tiba, teleponnya berdering. “Halo.” “Kamu belum tidur?” “Siapa ini?” “Ini aku. Maaf malam-malam begini mengganggu.” Telepon dimatikan. Lampu kamar dipadamkan. Lelaki itu berbaring. Berusaha memejamkan matanya. Lalu kenangan mengucur…

    selengkapnya…

  • Situbondo Penuh Cerita

    Oleh : Ahmad Zaidi Hal yang membuat saya ingin menertawai seseorang adalah ketika dia sibuk membanding-bandingkan. Saya menganggap itu konyol. Repot banget. Meski kadang saya juga begitu, sering membandingkan kota ini dengan kota lain. Untuk itu, mari tertawakan saya. Terimakasih. Kamu boleh mengeluh di sini minim lapangan pekerjaan. Nggak ada bioskop dan tempat hiburan bahkan…

    selengkapnya…

  • Lelaki yang Datang Bersama Hujan

    Oleh : Ahmad Zaidi Ia biasa datang saat hari telah padam. Dengan langkah kecil, perlahan-lahan ia menyisir rinai hujan. Di tangannya yang dingin, ia genggam sekuntum bunga mawar. Semula aku menduga suara napasnya yang berat adalah embus angin yang memainkan dedaunan. Dari dalam remang, tatapannya yang berkilatan cahaya begitu tajam menusuk. Setelah dekat, aku bisa…

    selengkapnya…

  • Sebuah Usaha Menulis Surat Lamaran

    Oleh : Ahmad Zaidi Kepada Dik Raras yang kecantikanmu membuat lelaki jadi tidak waras. Apa kabar kamu, dik? Semuanya berawal dari status di fesbuk yang kamu unggah belum lama ini. Status yang menyebut-nyebut kata lamaran. La-ma-ran. L-a-m-a-r-a-n. Lamaran. Aku belum tahu bagaimana status itu. Aku hanya tahu, setelah membaca statusmu salah seorang temanku tampak sumringah.…

    selengkapnya…

  • Randu Agung

    Oleh : Ahmad Zaidi Pohon itu tumbuh di atas gundukan sepi. Akarnya mencengkeram setiap kenangan yang mengalir deras di dekatnya. Rantingnya menusuk langit, menghalau tetes-tetes air mata. Daunnya tak rimbun, tapi cukup untuk sesekali menggugurkan kesedihan. Kulitnya keras berlapis ketegaran. Seratnya begitu rapat memilin rindu, rindu yang teramat karena sekian lamanya ia hidup sendiri. Dan…

    selengkapnya…