Kategori: Cerpen
-
Setelah Canon In D, Aku Mungkin Tak Ada Lagi
Di suatu siang yang dilembutkan gerimis, ruang auditorium Pabrik Gula Panji telah didekorasi jadi tempat pesta pernikahan. Ada meja-meja dengan hidangan dan minuman. Pelaminan yang didominasi warna putih, dan sebuah piano di sudut kiri yang dihiasi ornamen bunga-bunga cerah. Nalea duduk di depan piano itu, mengenakan gaun hitam, bukan karena berkabung, tetapi karena itu satu-satunya…
-
Cerpen: Bayangan Perpisahan
“Perpisahan memang tidak butuh perayaan. Tapi perpisahan selalu punya cara untuk melahirkan sebuah kenangan.” Awal bulan Agustus, saat Dirot baru pulang ngopi bersama teman-temannya, tiba-tiba ia tersekat di depan pintu rumah. Ketika hendak meremas gagang pintu, spontan ia terbayang sosok Dalot, kekasihnya. Sebab sebulan yang lalu adalah pertemuan terakhir mereka di rumah itu—rumah pribadi milik…
-
Cerpen: Pohon Jeruk Bali Simbah
Kukatakan bahwasanya jiwaku telah tewas sebagian, sebab turut terkubur pada hari pemakaman Simbah. Maka jangan pernah tanya perkara sakit hati, sebab sakit hati selamanya ada. Yang kutahu aku hanya lupa dan pura-pura melanjutkan hidup. Begitu saja seterusnya. Hari itu, minggu ke kesekian aku membusuk di kamar. Berita-berita soal pagar laut berterbangan dari beranda dunia maya.…
-
Cerpen: Pohon yang Rapuh
“Pohon, kau tidak harus selalu terlihat kuat. Aku tahu, ada bagian dirimu yang rapuh. Di dalam. Dan aku menyadarinya-“ … Sebuah pohon kesepian tumbuh lebat di pekarangan rumah seorang nenek yang beberapa hari telah tiada. Karena tidak adanya seseorang yang tinggal di sana lagi, menjadikan halaman rumah berserakan dedaunan kering. Dari beberapa tanaman yang tumbuh,…
-
Cerpen: Bo
Oleh: Yuditeha Aku merayakan ulang tahunku yang ke-7 di sebuah vila, hanya dengan kedua orangtuaku. Ada es krim strawberry vanila berbentuk boneka babi kecil, kesukaanku. Setelah diminta ibu membuat permohonan, aku meniup lilin warna-warni yang mengelilingi es krim itu. Potongan telinga babi kiri kuberikan pada ibu, telinga kanannya pada ayah. Sisanya, aku habiskan sendiri. “Kadonya…
-
Cerpen: Perjalanan Panjang Mencari Sebuah Angka
freepik Oleh: Puji M. Arfi “Tuhan menyayangi keluarga kita, Bujang. Ia memberi kita makan lewat sebuah angka.” Begitu kata ayah setelah memenangkan angka yang ditebaknya dengan penuh perhitungan. Pada hari itu pula, ayah membelikan segalanya untukku, anak semata wayangnya. Aku dibawa ke pasar untuk membeli es krim, mobil remot kontrol, sepatu, dan pakaian baru. Kebahagiaan…
-
Cerpen: Rayuan Perempuan Gila
freepik Oleh: Qurrotu Inay Menurutmu, berapa lama lagi kau ‘kan mencintaiku? Menurutmu, apa yang bisa terjadi dalam sewindu? Bukan apa, hanya bersiap, tak ada yang tahu, aku takut Tak pernah ada yang lama menungguku sejak dulu “Bagaimana, Nimas?” Seorang lelaki bersepatu kulit sedang berdiri dengan sedikit gugup di hadapannya. Sembari menunggu respon si wanita, lelaki…
-
Cerpen: Bunga-Bunga Berwajah Ibu
Oleh: Alif Febriyantoro Sejak ibumu pergi meninggalkan kita, tiba-tiba saja kau menyukai hal-hal baru. Apalagi sejak kau tahu dongeng-dongeng indah yang dulu sering kau dengarkan dari ibumu itu sudah habis dan kau menolak jika aku mengulanginya, maka kau akan memintaku untuk membeli buku-buku baru lantas membacakannya. Dan sejak kau tak betah sekolah di taman kanak-kanak,…
-
Cerpen: Pertemuan
Oleh: Heru Mulyanto Percayalah… jauh di luar sana, pasti ada jiwa yang memang telah ditadirkan untukmu. Yang mau menerimamu apa adanya. Beserta kemampuan jiwa dan ragamu yang berbeda. — dr. Dimitri Dimitriyevich, M.Sc Pembaca yang terhormat, kisah ini adalah kisah tentang pertemuanku dengan gadis itu. Seorang gadis yang melampaui seluruh dugaan terjauh yang…
-
Cerpen: Cerita Orang-orang Masjid
Oleh: Depri Ajopan Aku berpangku tangan, duduk sendirian di teras rumah memperhatikan rumput bergoyang diterjang angin kecil. Tiba-tiba pikiranku melayang kacau, teringat pada pertemuan dengan beberapa orang di warung kumuh itu, diiringi tawa terbahak-bahak, dan diakhiri dengan pernyataan serius. Aku belum percaya sepenuhnya dengan apa yang mereka katakan, memakan seekor bunglon akan membuatmu pintar menyesuaikan…