Kategori: Moh. Imron

  • Alternatif Nama Pendopo Selain Aryo Situbondo

    Alternatif Nama Pendopo Selain Aryo Situbondo

    Beberapa bulan lalu, saya mendapat undangan pelatihan oleh sekda di tahun 2024. Di undangan tersebut bertempat di Graha Amukti Praja (Pendopo) Kabupaten Situbondo. Kenapa tidak ditulis Pendopo Aryo Situbondo? Ketika masa Bupati Karna, tampilan depan pendopo mulai direnovasi dengan desain yang lebih terbuka, lebih baik dari sebelumnya. Halaman depan pendopo ini juga bisa menjadi ruang…

    selengkapnya…

  • Lahir: Menjadi Seorang Ayah

    “Mas, ketuban pecah,” kata istri. Rasa kantuk buyar. Hal yang muncul di benak ialah anak saya akan segera lahir.  Rasa khawatir mulai merayap. Meskipun dari jejak hasil pemeriksaan ketika mengandung, semua baik-baiknya, kemungkinan besar bisa lahir normal. Dan itu yang diinginkan istri. Selama istri mengandung, ia menjadi calon ibu yang super aktif belajar. Mulai mengunduh…

    selengkapnya…

  • Madubaik: Manis Kadang Bikin Menangis

      Sekitar dua bulan yang lalu, saya berkunjung ke kediaman Farhan, di Sumberkolak, Situbondo. Niat awal saya ingin melakukan wawancara tentang produk madubaik sembari mengambil berkas. Sayang, wawancara kelupaan, sebab Farhan lebih sering tanya-tanya dan bercerita tentang sekolahnya, tempat ia mengajar. Jadi saya gak sempat tanya-tanya. Akan tetapi saya tetap akan tahu jawaban-jawaban yang akan…

    selengkapnya…

  • Museum Balumbung: Para Pendekar Masa Lalu

    Oleh: Moh. Imron Terdengar sebuah sapaan, saya langsung mencari dari mana suara itu berasal. Rupanya Mas Agung, sembari memamerkan gigi dan senyuman khasnya. Ia duduk bersama Wahyu Agus Barata. Pikiran saya langsung dihinggapi pertanyaan. Ngapain mereka berada di tempat seperti ini? Apakah ada sesuatu yang mendesak? Ini bukan tempat yang cocok untuk keduanya. Biasanya mereka…

    selengkapnya…

  • Mara Marda: Keajaiban Datang Kemudian

    Launching Mara Marda Institute, 10 Oktober 2020 Oleh:  Moh. Imron Senang. Saya menulis ini dengan terpaksa. Di sebuah ruangan lantai dua, ketika cahaya matahari menyusup lewat jendela, memerah tanpa lelah. Terdengar bacaan selawat kemudian azan Asar, seperti sebuah rambu yang mengingatkan untuk berhenti sejenak, mengingatkan akan ibadah dan hal lain tentang waktu yang berjalan begitu…

    selengkapnya…

  • Ramadan: Tangisan pada Suatu Malam

      Oleh: Moh. Imron Di sepanjang jalan−sekitar 3 km−aku mengayun sepeda ontel menuju rumah sembari menangis. Dinihari itu, jalanan tampak sepi, angin berembus kencang. Aku tidak merasakan dingin. Sementara air mata terus mengalir dan sulit untuk dibendung. Sampai di halaman rumah, aku langsung menghempaskan sepeda, berlari ke dalam rumah. Semua saudara berkumpul di sana. Emak…

    selengkapnya…

  • Analisis dan Lirik Lagu Kala Benyak: Waktu yang Tepat untuk Bersedih

    Pertama kali mendengar lagu ini pada acara pernikahan (parlo) di desa saya di akhir tahun 2022. Waktu itu, saya tidak tahu judulnya. Saya juga tidak fokus menikmati lagu karena sedang bertugas sebagai juru tulis keter. Tapi saya tahu bahwa lagu tersebut merupakan lagu adaptasi dari lagu India, Hum To Dil Se Haare, ost film Josh…

    selengkapnya…

  • Cerpen: Pelabuhan Jangkar dan Kapal yang Dikenang

    Oleh: Moh. Imron Di Pelabuhan Jangkar Situbondo, angin berembus lirih, lembaran ombak  bergulung-gulung, sebagian menerpa penyangga dermaga, senja tampak memudar, memulangkan nelayan yang tengah menangkap ikan, perahunya menepi di dekat pelelangan, berjejer di pinggir pantai. Pembatas besi dermaga pelabuhan kini berwarna kuning lusuh, sebagian berkarat. Pelabuhan itu memang sudah lama ada, menjadi saksi atas perahu-perahu…

    selengkapnya…

  • Cerbung: Farhan dan Perjalanan ke Barat (Part 2)

    Ilustrasi: Fikri Ceritasebelumnya Suatu Oktober di tahun 2019, Farhan menanggapi status whatsApp saya tentang seruan untuk berpartisipasi dalam pemilihan kepala desa. Ga mau milih Jangan golput bos Q golput. Golongan putus. Keluarga butuh cucu Di akhir percakapan Farhan memotret ruangan kafe. Ia sendirian, tentu saja juga kesepian. Farhan meminta saya datang ke kafe sekaligus bawakan…

    selengkapnya…

  • Cerbung: Farhan dan Perjalanan ke Barat (Part 1)

    Ilustrasi: Budayawan Zaidi Masak, masak sendiri Makan, makan sendiri Cuci baju sendiri Tidur kusendiri Saya turun lantai untuk membuat kopi. Di meja bar café terlihat Farhan sedang sibuk memasak sembari bernyanyi tapi tidak disertai goyang pinggul. Saya tidak tahu apakah Farhan bisa bergoyang atau tidak. Soalnya saya tidak pernah melihat. Kalau pun bisa mungkin kayak…

    selengkapnya…