Kategori: Mored

  • Cerpen Mored: Perempuan Pelangi

    Oleh: Moh. Jamalul Muttaqin* Siapa yang tak menyukai warna yang tersusun dengan warna-warna pilihan sehingga indah dipandang mata, lalu orang-orang menamainya pelangi, menunggunya disetiap gerimis mereda, dan bercerita panjang kepada keluarganya tentang keindahannya yang tak pernah membosankan. Sayangnya, mereka selalu menutup mata saat pelangi berubah warna. Mereka tak pernah menghargai kenangan, padahal kenangan adalah keindahan,…

  • Rindu dan Puisi Lainnya

    Oleh: Ririn Anggraini* Merindumu Tak Akan Usai Aku terdiam dalam pilu yang berdetak Rindu yang dalam semakin menjejak Cukuplah usahaku menafikanmu dalam benak Namun semakin kuat semakin beranak pinak Biarlah aku merindumu lagi Tanpa kutahu kapan kau kembali Biarlah kunikmati sepi ini Bersama bayanganmu dalam hati, malam ini Situbondo, 20 Desember 2019 Rinduku Terhalang Ilalang…

  • Cinta Tak Pernah Ada Batas

    Oleh: M.Lubis Cadiawan*  “Hai, perempuanku, apa kabar…” Tidak seperti biasanya aku memanggilmu dengan sebutan ‘perempuanku’, saat ini aku ingin berkejar-kejaran denganmu di angan-anganku. Kau adalah gadisku yang biasa memberikan senyuman di saat mataku redup harus jauh darimu, dan yang biasa memberikan tawa di saat aku ingin mendengar tawa renyahmu di kedua telinga ini, dan memberikan…

  • Satu Langkah Terakhir

    Oleh: Abi Alfatih* Gelap…… hanya kepulan kabut tipis yang menemani langkahku dalam lorong yang berbatu. Tidak ada yang berasa dalam setiap langkah kaki ini. Sepi…. sepi…. yang begitu menusuk setiap lekuk tubuhku. Langkah demi langkah ku ayunkan, tanpa arah. Dan, hanya menyusuri lorong gelap yang berbatu. “Berhenti!”… Sebuah teriakan yang tidak begitu lantang, tapi begitu…

  • Gunung Ringgit dan Puisi Lainnya

    Oleh: M Firdaus Rahmatullah* Gunung Ringgit tiada yang tersisa di gunung ringgit, udara habuk dan dedaunan gugur serupa kapuk yang selalu membuat mataku berang seolah menempuhi hidup tak tenang demi membersihkan diri dari waktu bersuci dari perilaku tak tentu menghitung yang kandas sebelum kata-kata lunas sambil melepas harapan yang aku pegang menerbangkannya menuju cakrawala mendatang aku…

  • Cerpen Mored: Benang Merah Pengekang

    Oleh: Taradita Yandira Laksmi* Lembayung senja menyinari hamparan biru laut di hadapanku. Seolah kaca yang mendapat sinar, bagai permata pantulannya menyinari netraku. Tampak serasi dengan deru ombak, nyanyian unggas udara, dan percikan kilas masa lalu. Menghantamku kembali pada masa kelam itu. Aku menatap jauh, seolah awan yang berarak merupakan gumpalan kesahku. Tatapku tak seindah mereka,…

  • Puisi Mored: Sabit Hingga Purnama

    Puisi-Puisi Silvana Farhani Mawar dan Puisi             :Zanna Faireza Cha, Segeralah berdoa semoga akan banyak kado di lemari kamar Dan dariku Kulipat kertas berisikan puisi Kuselipkan di tangkai bunga mawar Yang sengaja kutitipkan pada merpati putih Dan nanti, kau akan menemukannya di depan rumahmu Bersama pangeran tampan pujaan hatimu Cha, Perihal pertemuan yang tak tahu…

  • Cerpen Mored: Selembar Kerudung dan Senandung Cadar dalam Mata Lelaki Cina

    Oleh: Sirli Qurrota Aini Aku kisahkan padamu, tentang seorang lelaki cina yang tabah menjual kain kepada siapa saja, tak peduli siapa pun. Tanpa sepengetahuan dan kesadarannya, kain yang ia jual harus memuncratkan peristiwa mencemaskan, ketika selembar kerudung dan senandung cadar harus berseberangan saling menyalahkan atas nama agama. Lelaki cina itu tergeleng-geleng tak dapat menebarkan ekspresi…

  • Puisi: Proposal Rindu Karya RM. Maulana Khoerun

    Jalan Buntu Aku menemui jalan buntu Saat sang ratu bersanding bersama musafir dalam potret Harapan kini tinggal puing-puing diwadahnya Hanya sedikit azam membangun kembali remukan itu Mendung menjajah jalan buntu Harus apa aku sekarang? Aku tak lagi pantas bergelar ksatria Jika diam saja saat hujan membanjiri wajah sungai Jalan ini benar-benar buntu..! Orang-orang pun terlampau…

  • Cerpen Mored: Impian Putra Taman Dadar

    (SDN 10 Curah Tatal. Doc Bu Hamidah, M.Pd) Oleh: Hamidah, M.Pd. Sepoi angin semilir dan burung-burung bernyanyi. Sesekali mereka hinggap di ranting-ranting pohon yang mulai rapuh. Daun-daun berguguran di sepanjang lereng gunung dengan jalan terjal bebatuan berkelok. Ranting-ranting pun berbisik. “Aku tak lama lagi patah, tangan-tangan usil pun akan membakar kami dan mempertemukan kami dengan…