Puisi – Januari yang Yatim Februari yang Piatu


Puisi-puisi Nuriman N. Bayan
Januari
yang Yatim Februari yang Piatu
Pada januari yang
yatim
tak seperti angin
ia tertawa tanpa
sebab.
Pada februari yang
piatu
tak seperti daun
ia menangis tanpa
sebab.
Ternate, 11
Februari 2018.
Adakah Jalan Menunuju Rumahku
Jika
aku lepas
dari
aturan-aturan yang kau buat
adakah
jalan menuju rumahku?
atau
verba telah murung dalam
catatan
harianmu. ketika debur berkali-kali
tenggelam
sebelum sampai di pantai yang sembunyi.
Ternate,
04 Februari 2018.
Dari Timur Aku Melihat
Dari timur aku melihat
wajah bunda dalam tangis
dari gerbang tembok utara
aku melihat ada senyum dalam tawa
ada tangis dalam canda.
Aku melihat api
ketika musim menjadi akronim
aku melihat wajahku, wajahmu
di setiap sudut kota
memucat memerah
bagai darah
di suatu urat nadi.
Ternate, 5
Desember 2015.
Pada Sebuah Mata yang Murung
Pada
sebuah mata yang murung
huruf-huruf  berjatuhan
masuk
ke dalam lalu lepas
seperti
umpan-umpan jatuh di bisoa
atau
jala di antara tanjung dan teluk
dan
orang orang pulang membawa lauk.
Seperti
desember yang hujan
ada
yang merapal rintik demi rintik
ke dalam bahasa paling verba
berapa sungai mengalir dari
hulu ke hilir?
tanya yang tak asing terus berkecamuk
tapi tak ada yang bisa menjelaskan
dalam bahasa manusia. kecuali dalam
bahasa jin atau isyarat yang ombak.
Di pantai. burung-burung berkejaran
ke telinga sungai, ombak membisikan
segenap peristiwa. tapi ada yang masih
tersenyum. sementara ada, yang
membelah sesak yang tak sempat
terbelah pada hari-hari yang berat
merupa rindu yang ditulis
dalam catatan dan ia membaca dalam diam yang patah.
Ternate, 04 Februari 2018.
Biodata
Penulis

Nuriman N. Bayan atau lebih
dikenal dengan Abi N. Bayan. Berdomisil di Ternate Utara. Karyanya
dipublikasikan dalam media daring dan pernah terbit di Majalah Mutiara Banten Edisi –52 dan Majalah Simalaba edisi 1-2. Tergabung
dalam antologi bersama di antaranya: Kita
Halmahera, Kitab Puisi Penyair Maluku Utara, Embun-embun Puisi, Mengunyah Geram,
Seratus Puisi Melawan Korpusi, Bait Kisah Di musim Hujan, Rumah Seribu Jendela,
Soekarno dan Wong Cilik Dalam Puisi.

Penulis


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ahmad Radhitya Alam Buku Ulas

Resensi Buku Dialog Hati Anak Negeri : Menggali Esensi Berkarya dari Sebuah Cerita

Apacapa Imam Sofyan

Kabar Duka itu Datang

Apacapa Fendy Sa’is Nayogi

Pertanian 4.0: Mari Bertanam di Internet!

Puisi S. Mandah Syakiroh

Puisi-puisi S. Mandah Syakiroh: Mata

Alex Cerpen

Cerpen: Dia Bukan Gatot Kaca

Apacapa Imam Sofyan

Olean Bersholawat: Pengajian Ramah Disabilitas

Buku Putri Setyowati Resensi Ulas

Resensi: Memulai Kembali Hidup

Ahmad Maghroby Rahman Esai

Bejo, Suhaden, Kopi, Senja dan Rendra

Joe Hasan Puisi

Puisi: Kisah dalam Buku dan Puisi Lainnya

fulitik

Mas Rio Bantu Biaya Pengobatan Warga Situbondo di Bali

Bulan Nurguna Cerpen

Cerpen: Kirana dan Ibunya

ebook

Sudut Kota: Kumpulan Cerita Situbondo

Apacapa

Begitulah Moh. Imron

Apacapa Kampung Langai

Langai: Bersuara Ataukah Dibungkam?

Puisi Safari Maulidi

Puisi-puisi Safari Maulidi: Pasar Malam yang Hilang

Cerpen

Cerpen : Dua Anak Kecil yang Menyeberang

Apacapa

Orang Madura Tanpa Toa dan Sound System, Apa Bisa?

Cerpen Nanda Insadani

Cerpen : Ganti Bapak Karya Nanda Insadani

Cerpen Mathan

Cerpen: Aku Tahu Kau Masih Ingin Hidup Lebih Lama Lagi

Agus Hiplunudin Apacapa Esai Feminis

Perempuan dalam Pusaran Konflik Agraria di Indonesia