Ulas Buku: Mendewasa dalam Rindu

Peresensi: Mareza Sutan Ahli Jannah
Judul: Ayah, Aku Rindu
Penulis: S Gegge Mappangewa
Penerbit: Indiva Media Kreasi
Tahun Terbit: Maret, 2020, Cetakan Pertama
Tebal: 192 halaman
Rudi Gilang, remaja yang masih menjalani pendidikan di
bangku SMA harus kehilangan ibunya yang mengidap kanker rahim. Cobaan yang
dialaminya tidak sampai di situ, ayahnya, Gilang, juga menjadi gila setelah
ditimpa cobaan bertubi-tubi.
Penulis membuka cerita dengan prolog kematian Pak Ramli,
tetangga Rudi yang juga ayah Pak Sadli, guru favorit di kelasnya. Saat
sakaratul maut menjelang kematiannya, Pak Ramli sempat memanggil Rudi dengan
panggilan “Nak” (halaman 8). Dari sanalah Rudi mulai bertanya-tanya yang
dijawab pada akhir cerita.
Pak Ramli diceritakan sebagai tokoh antagonis dalam
cerita. Pemabuk, pencuri, dan pembuat onar di kampung. Namun, Pak Sadli sebagai
anaknya tetap menerima bagaimana pun keadaan ayahnya.
Berbanding terbalik dengan Pak Ramli, Pak Sadli justru
disebut-sebut sebagai sosok yang bagaikan malaikat. Pak Sadli pula yang hampir
selalu ada bersama Rudi sejak ayahnya sakit (begitu cara Rudi untuk tidak
menyebutnya gila) yang dimulai dari hikayat tiga (halaman 49).
Gilang, ayah Rudi menjadi gila lantaran bisnis
peternakannya yang bangkut dan ditinggalkan istrinya. Namun dalam konflik yang
diciptakan penulis, Gilang justru kambuh ketika nama Rudi dan Pak Sadli
disebut. Dia sempat mengancam akan membunuh Rudi. Selain itu, Gilang juga
sempat melukai Pak Sadli sebagaimana dalam hikayat empat.
Dari sanalah Rudi mulai harus belajar dewasa. Hanya ada
dua pilihan: memasung ayahnya di rumah, atau membawa ayahnya ke rumah sakit
jiwa di Makassar. Pada akhirnya, dengan segala pertimbangan, Rudi mengikhlaskan
ayahnya dirawat di Makassar.
Selama bertahun-tahun, Rudi mendewasa dalam rindunya. Dia
tidak lagi memiliki ibu dan harus merelakan ayahnya untuk dirawat di sebuah
rumah sakit jiwa. Yang menjadi konflik bagi Rudi, adalah ayahnya yang selama
gila justru sangat membencinya. Alasan tersebut diungkapkan penulis menjelang
akhir cerita.
Novel yang jadi Juara 1 Kompetisi Novel Remaja Indiva
2019 ini mengambil latar Allakkuang, sebuah kampung yang terletak di jalan
provinsi yang menghubungkan Kabupaten Sidenreng Rappang dan Kabupaten Soppeng,
Sulawesi Selatan. Penceritaan latar dibuat dengan apik, dengan menonjolkan
gunung batu dan mayoritas masyarakat yang beternak dan membuat kerajinan batu.
Bukan cuma itu, S Gegge Mappangewa juga menceritakan kehidupan anak-anak di
kampung yang main bola di lapangan dekat kuburan dengan tiang tanpa jaring.
Dibagi menjadi 10 hikayat, novel ini tidak terasa berat
untuk dibaca. Mengambil sudut pandang orang pertama, guru kelahiran Sidenreng
Rappang mampu meng-aku-kan dirinya dengan baik. Penulis juga mampu membuat alur
yang mengalir dan bahasa yang enak dinikmati hingga akhir. Di setiap awal
hikayat, ada kalimat ‘klimaks’ yang memberikan kesan tersendiri saat membaca.
Ayah, Aku Rindu mengajarkan tentang cinta dan ketulusan
yang ada di orang-orang sekitar. Meski mengandalkan tokoh remaja dalam
penceritaannya, penulis menunjukkan perbedaan anak yang tumbuh dari latar
keluarga yang berbeda.  Dalam hikayat
kedua, tokoh Rudi menegaskan, “Di rumahku banyak cinta!” (halaman 38), kepada
temannya, Nabil yang berasal dari keluarga yang tidak harmonis.
Lebih dari itu, novel ini juga menanamkan nilai-nilai
kejujuran. Hal itu terlihat dari keberanian tokoh Rudi yang mengembalikan
penghargaan sebagai pemenang lomba foto hanya karena foto yang menang lomba
merupakan foto ayahnya (halaman 150). Diselingi kisah Nenek Mallomo, seorang
tokoh yang melegenda di Sidenreng Rappang di beberapa bagian, novel ini juga
menambah wawasan baru tentang sejarah lokal di sana. “Nenek Mallomo tidak akan
menjadi tokoh legendaris jika hanya mengandalkan kecerdasannya. Kejujurannyalah
yang kemudian melegenda ….” (halaman 150).
Novel ini ditutup dengan epilog pertemuan Rudi dan
ayahnya di makam ibunya setelah bertahun-tahun tidak berjumpa. Pembaca mungkin
akan bertanya-tanya bagaimana ayahnya bisa sembuh, karena penulis tidak
menjelaskannya di sana. Tapi pelukan setelah sekian lama itu mendapat tempat
yang tepat untuk menciptakan suasana haru sebagai penutup cerita.
Tentang Peresensi
Mareza Sutan AJ, seorang penikmat buku, sehari-hari berprofesi sebagai jurnalis di sebuah
surat kabar di Jambi. Karya-karyanya tergabung dalam beberapa antologi.
Sejumlah karya solonya juga sudah diterbitkan.

Penulis


Comments

Satu tanggapan untuk “Ulas Buku: Mendewasa dalam Rindu”

  1. Terima kasih ulasannya, Bro

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Giffari Arief Puisi

Puisi : Sabuk Asteroid

Puisi Zen Kr

Puisi : Moksa dan Puisi Lainnya Karya Zen Kr

Puisi Saifir Rohman

Puisi Sya’ban

Apacapa Muhammad Muhsin

Politik Layangan Situbondo

Puisi Wilda Zakiyah

Puisi: Harjakasi Karya Wilda Zakiyah

M Ivan Aulia Rokhman Puisi

Puisi – Balada Sunyi

Apacapa Mored Vania Callista Artanti

Curhat: Pak Menteri, Kami Jenuh!

Apacapa

Mencari Keroncong di Situbondo

Buku Ulas

Cinta Tak Pernah Tepat Waktu dan Badai Kenangan

Apacapa Imam Sofyan

Pak Kepala Desa, Belajarlah dari Film Dunia Terbalik!

Cerpen takanta Wilda Zakiyah

Cerpen: Gerimis Kedua

Buku Resensi Ulas

Resensi: Midnight Diaries

Cerpen Mathan

Cerpen: Aku Tahu Kau Masih Ingin Hidup Lebih Lama Lagi

Mored Safina Aprilia

Puisi Mored: Memori Karya Safina Aprilia

Pantun Papparekan Madura Sastra Situbondo

Pantun Madura Situbondo (Edisi 4)

Aji Sucipto Puisi

Puisi : Enigma dan Puisi Lainnya Karya Aji Sucipto

Cerpen Rahman Kamal

Cerpen : Bunga Mawar Merah Berduri

Cerpen Uwan Urwan

Cerpen : Bicara Karya Uwan Urwan

Ahmad Zaidi Cerpen

Cerpen; Clarissa

Ahmad Zainul Hamli Apacapa Catatan Perjalanan

Malam ini Milik Kita Berdua