Bulan: Agustus 2019

  • Demokrasi Kebun Binatang

    liputan6.com Oleh: Fata Sang Pujangga* Barangkali saya adalah salah satu diantara banyak orang yang suka  bercermin. Sampai-sampai saya meletakkan cermin itu selebar kamar. Wah, untuk apa? Ya, agar dapat melakukan autokritik terhadap diri saya sendiri. Minimal tidak mengatakan “monyet” pada saudara yang sebenarnya sejenis dengan saya. Sepintas, cermin-cermin itu belum cukup bagi saya untuk melihat…

    selengkapnya…

  • Rajekwesi Suatu Magrib

    Oleh : Imam Sufyan* Tepat di gerbang Rajekwesi, saya memilih jalan kaki. Indra, aktifis Gepsos yang mengantar dari kota saya minta untuk pulang. Sempat terjadi keributan karena Indra memaksa saya untuk mengantar sampai posko 14. Tetapi saya tetap berkukuh untuk jalan kaki. Indra mengalah. Dia kembali ke Curah Jeru ke kampung halamannya, saya jalan kaki…

    selengkapnya…

  • Zaidi dan Kisah Seorang Wali

    Oleh: Muhammad Badrul Munir* Zaidi adalah seorang pemuda biasa-biasa saja. Ia tak kaya, pun tak rupawan. Perawakannya tinggi kurus, kulit gelap, dengan rambut gondrong melewati bahunya. Saban hari aktivitasnya hanyalah mondar-mandir ngopi dari rumahnya di Mangaran ke Rumah Baca (RB) Damar Aksara, atau ke kafe Suntree, atau ke Nine Cafe. Kecuali ada undangan acara, begitu-begitu…

    selengkapnya…

  • HUT RI dan Kesadaran Anak Kelas 5 SD

    annur.net Oleh: Mohammad Farhan* “Dik, kenapa kamu ikut gerak jalan?” tanya saya penasaran. “Biar pahlawan senang,” jawabnya. Singkat. Fajar, adik saya satu-satunya tampaknya tidak mau ambil pusing dengan pertanyaan saya. Dia menjawab sekenanya. Lalu melanjutkan main gawai. Saya lihat, dia ngotak-ngatik  aplikasi kine master. Dia mengedit foto keikutsertaannya pada acara lomba gerak jalan, kemarin. Kumpulan…

    selengkapnya…

  • Cerpen: Kota Air Mata

     Oleh: Alif Febriyantoro “Menangislah, Naila! Sebab air mata itu menyembuhkan,” ucap seorang pemulung kepada anak gadisnya, di sebuah terminal yang lengang, di sebuah trotoar jalan yang retak. Pada siang yang teriknya menembus kepala, mereka berteduh di bawah pohon Angsana. “Menangislah, tidak apa-apa.” “Ayah sudah janji!” Laki-laki itu hanya diam. Dan setelah hampir 30 menit gadis…

    selengkapnya…

  • Apa Kabar Situbondo?

    hipwee.com Oleh: Fata Sang Pujangga*)  Menyapa kota kelahiran mengandung kerinduan pada orang-orang yang ditinggalkan: keluarga, kerabat dan sahabat yang tak punya alasan untuk dilupakan. Dari kota yang merajai seluruh kota di negeri ini, sebagai perantau yang tersesat di jalan yang benar, saya ingin menuai kata-demi kata dari tangkai-tangkai pohon kehidupan Kota Santri, yang sudah berusia…

    selengkapnya…

  • Refleksi Harjakasi: Prostitusi Mesti Lenyap dari Kota Santri

    pixabay.com Oleh: Dani Alifian* Saya tengah iseng mencari rekam jejak digital kabupaten tempat kelahiran ini. Berhubung di grup Info Literasi Situbondo tengah ramai membicarakan tentang Harjakasi (Hari Setengah Jadi) Kabupaten Situbondo, akhirnya saya memutuskan untuk sejenak memberikan refleksi pada segenap elemen masyarakat Situbondo. Saya terkejut tatkala artikel yang muncul teratas berjudul “Dinsos Bandung Pantau 12…

    selengkapnya…

  • Harjakasi: Memaknai Situbondo dari Alun-Alun

    jatimpos.com Oleh: Imam Sufyan* Sesekali cobalah berkunjung di sekitaran alun-alun Situbondo. Di sana akan anda temukan tulisan Situbondo Kota Santri. Di atas tulisan Situbondo terdapat lambang Pancasila. Di atasnya lagi terdapat patung Garuda yang mengepakkan sayapnya seperti ingin terbang dengan kekuatan penuh sambil menoleh ke arah kanan atau ke arah timur. Sebagai orang yang awam…

    selengkapnya…

  • Selamat Hari (Tidak) Jadi Kabupaten Situbondo

    @hazan_ Oleh: Ahmad Zaidi* Belakangan, saya sering bertanya kepada kawan-kawan, kapan hari jadi Kabupaten Situbondo? Kawan yang sedang sial ditanya begitu kebanyakan hanya menjawab dengan menyebut tanggal: hari ini. Apakah cukup sampai di situ urusan selesai? Tidak… tidak… tidak. Bisa jadi. Tidak segampang itu. Kawan saya akan balik bertanya, memangnya ada apa dengan hari jadi…

    selengkapnya…

  • Puisi: Harjakasi Karya Wilda Zakiyah

    HARJAKASI Letup kembang apiRiuh ucapan di pagi hariHanya bayangan dalam lembah seremoniAku mulai dungu dengan hari kotaku sendiri Menelisik suara setujuan dan sekelumit bantahanHarusnya kotaku terlahir kembaliMerakit gedung, memapah hutan lindung, kemudian aku masuk dalam kandung. Hari ini (bukan) hari jadi kabupaten situbondoSebab kotaku tak lahirMati suri di persimpangan miris dan deru tangisTerbaring dalam pangkuan…

    selengkapnya…