Puisi: Harjakasi Karya Wilda Zakiyah

HARJAKASI

Letup kembang api
Riuh ucapan di pagi hari
Hanya bayangan dalam lembah seremoni
Aku mulai dungu dengan hari kotaku sendiri

Menelisik suara setujuan dan sekelumit bantahan
Harusnya kotaku terlahir kembali
Merakit gedung, memapah hutan lindung, kemudian aku masuk dalam kandung.

Hari ini (bukan) hari jadi kabupaten situbondo
Sebab kotaku tak lahir
Mati suri di persimpangan miris dan deru tangis
Terbaring dalam pangkuan baluran, bendungan sampean lama, tampora dan lautan lepas di utara lengan tubir pantai.

Apa yang musti meriah?
Kembang api yang dikulum paksa?
Petasan yang ditelan warga serakah?
Atau perasaan-perasaan atas nama cinta yang patah sebelum jadi (an) dengan laki-laki ujung desa?

Kotaku sederhana
Sesederhana perayaannya
Redup sebelum benar-benar jadi
Pingsan sebelum terlahir kembali
Lalu dikubur kenangan sebatas tulisan
Hari jadi situbondo tetap tanggal yang tinggal dan sayangnya tak tunggal.

Selamat Hari Jadi Kabupaten Situbondo
Hai, kota yang kukecup dalam sejarah.


15 Agustus 2019


Melukis Situbondo

Mengerami cat dinding
Memoles jalan kota
Mengukir ribuan saudara
Menggambar di sela-sela pariwisata

Hari ini kita berpesta
Menikmati langit yang menadah
Pantai yang ramah
Perbukitan permai tanpa celah
Sampai pada kota dengan gedung-gedung mencuat dari tanah
Gersang yang disubur-suburkan.

Sayangnya, hanya bayanganku
Ilusi yang ambigu
Menanam harap lebih merdu
Dibanding melukis kelahiran yang tak lahir dari rahim ibu

Siapa yang mengasuh anak jalanan?
Tenang, ada halte-halte pinggir jalan
Tempat berbaring paling nyaman

Bapak kotaku menghibur
Kembang yang ia tanam
Kumbang yang dibesarkan
Wisata megah disembah
Berharap, aku bahagia
Bapak, senyumku semakin hambar
Tanah berbicara tak ingin pasrah
Arak-arak pedesaan
Kaki-kaki pincang
Rumput-rumput tuli
Sampai becak tua yang ditinggal jadi kuli.

Hari jadi yang tak jadi
Melukisnya saja membuatku letih
Biarlah tetap abu-abu
Sebab diwarnaipun, kotaku akan tetap kelabu
Bersama pemangku yang tak menaluri ibu.

15 Agustus 2019

Penulis

  • Wilda Zakiyah

    Lahir dan tinggal di Situbondo. Penulis Kumpulan Puisi Kitab Aksara (2021)


Comments

Satu tanggapan untuk “Puisi: Harjakasi Karya Wilda Zakiyah”

  1. suatu saat Wilda…kau harus menulis lirik untuk lagu yang akan aku nyanyikan…:)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Advertorial

Rekomendasi Popok Bayi Terbaik Sesuai Usia

Ahmad Zaidi Cerpen

Cerpen: Peristiwa Menjelang Pemilu Karya Ahmad Zaidi

Apacapa M. Indra Kusumayudha S.H.

Optimisme Penegakan Hukum di Tengah Resesi Ekonomi dan Pandemi Global

Apacapa Moh. Imron

Ali Gardy Bertiga: Tirakat Bunyi

Uncategorized

Puisi Mored: Lembung Kejora

Apacapa Imam Sofyan

Pandemi dan Air Mata Driver Aplikasi Joker

Prosa Mini Zainul Anshori

Pertemuan dengan Seorang Gadis Desa

Cerpen Eko Setyawan

Cerpen Pledoi Jagung

M Firdaus Rahmatullah Puisi

Hutan Baluran dan Puisi Lainnya

Anwarfi Nandy Pratama Puisi

Puisi-puisi Nandy Pratama: Merayakan Kepergian

A. Warits Rovi Cerpen

Cerpen: Lelaki Yang Bercita-cita Jadi Tukang Sihir

Apacapa

Jika Tidak Mampu Menjadi Pandai, Setidaknya Jangan Pandir

Lelaki Sungai Puisi

Puisi: Diorama Talang Siring

Agus Hiplunudin Apacapa

Meningkatkan Mutu Pendidikan Melalui Profesionalisme Asesor

Cerbung Moh. Imron

Cerbung: Farhan dan Perjalanan ke Barat (Part 2)

Irman Lukmana Puisi takanta

Puisi: Tiga Cangkir Kopi untuk Pacarku

Puisi

Klandestin dan Puisi Lainnya

Agus Hiplunudin Cerpen

Cerpen: Deja Vu

Prosa Mini Sastra Yudhianto Mazdean

Surat untuk Bapak

Nanda Adi Kurniawan Puisi

Puisi: Bunga Malam