Bulan: Agustus 2019

  • Harjakasi Nasibmu Kini

    pixabay.com Oleh: Mohammad Farhan* Bayangkan suatu hari nanti, kota yang kamu diami menjadi sangat membosankan. Kamu menjadi malas keluar rumah: sekadar melihat langit dan tanah tempatmu lahir dan menemukan cinta. Kamu memilih mendiami kamar, lalu merenungi apa yang terjadi di kotamu. Di sela perenungan itu, kamu merasakan ternyata kotamu tidak lebih menyenangkan dibanding kamar rumahmu.…

    selengkapnya…

  • Listrik Padam, Iduladha, dan Kita yang Bersuka Cita

    doc Merdeka.com Oleh: Muhammad Badrul Munir* Semalam saya tiba di rumah dalam kondisi listrik padam di kampung saya, kira-kira pukul satu dini hari. Hanya masjid dekat rumah saja yang lampunya tetap menyala karena ada genset di sana. Saat masuk kamar, Asyrof, anak pertama saya tiba-tiba bangun mendengar derit pintu dan menangis. Ia memang takut gelap.…

    selengkapnya…

  • Hari Raya Kurban dan Penghutbah yang Setia

    Oleh: Imam Sufyan * Hari raya Iduladha adalah hari raya penuh perayaan bagi umat Islam. Ia tidak hanya tentang silaturahmi dan bersalam-salaman. Tetapi juga tentang pesta daging kurban. Memang tidak ada nuansa mudik sebagaimana hari raya idul Fitri. Tetapi, saya rasa kesakralan Iduladha terletak pada pesta daging tersebut. Sekalipun hanya sebatas urusan perut, perayaan pesta daging…

    selengkapnya…

  • Puisi : Hujan di Tubuh Seorang Perempuan Karya Dani Alifian

    pixabay Puisi Dani Alifian Resah ; Aku butuh kepastian, seperti kebanyakan pria, besar harapan pesan yang kukirimkan beberapa detik sebelum berganti hari agar cepat menemui jawaban. Aku lebih hafal kata terakhir ketimbang derajat suhu malam ini, sikapmu dingin membuat ngilu_ diluar udara sedang tidak bersepakat, hanya sunyi berkelebat sepi yang menemani. Jika risau adalah bahasa…

    selengkapnya…

  • Cerpen : Permainan Pelukan Karya Haryo Pamungkas

    pixabay Oleh: Haryo Pamungkas “Ayah, mengapa semua mendadak gelap?” Ia bertanya. Tangannya menggenggam erat tanganku. Sangat erat. Seperti mengenggam harap kuat-kuat. “Tidak apa, Sayang, kita sedang bermain menutup mata.” Aku membelai rambutnya. Pelan; mencoba memberinya ketenangan. Meski diam-diam aku mulai menyerah, air mataku mengucur perlahan. “Tapi mengapa semua menjadi lebih dingin, Ayah?” Semakin erat genggamannya,…

    selengkapnya…

  • Adha yang Berpuisi

    freepik Oleh: Wilda Zakiyah Malam ini membuat aku sedikit De Javu. setelah mendengar tabuhan bedug di setiap masjid, riuh takbir, lecutan kembang api, ucapan-ucapan maaf pada notifikasi gawai di semua sosial media. Ini hari raya. Mungkin bedanya, adalah baju yang tak semuanya baru, ucapan maaf yang tak setulus rindu, dan puasa yang tidak sesempurna pahala…

    selengkapnya…

  • Puthut Ea, Komunitas dan Hutang yang Dilunasi

    Oleh Ahmad Zaidi Sebuah mobil merah berhenti di depan rumah tak jauh dari kelokan jalan yang di halamannya ditanami beragam jenis tumbuhan. Di beranda rumah itu, Lima orang laki-laki duduk sambil meminum kopi yang mulai mendingin. Mereka menunggu. Sejak matahari rubuh sampai pintu mobil terbuka dan seorang laki-laki berkacamata keluar mengenakan kaos putih dan celana…

    selengkapnya…

  • Wisata Religi : Sukorejo

    Foto : Muhaimin Oleh : Alifa Faradis Kata wisata dalam kbbi berarti bepergian bersama-sama (untuk memperluas pengetahuan, bersenang-senang, dan sebagainya. Berwisata juga bisa diartikan bertamasya. Pada umumnya, orang-orang akan pergi berwisata ke tempat-tempat yang memiliki pesona dan keindahan. Menghabiskan waktu bersama keluarga atau orang terkasih untuk menikmati kebersamaan. Namun ada beberapa juga yang pergi berwisata…

    selengkapnya…

  • Apacapa #3 Literasi Komunitas Situbondo

    Oleh :  Mohammad Farhan Sebuah diskusi bersama Puthut EA, Kepala Suku Mojok.co Dua belas tahun lalu, Puthut EA pernah membayangkan sebuah komunitas bernama Klinik Buku EA (KBEA). Sebelum akhirnya KBEA benar-benar lahir pada 2015. Tidak ada yang tahu persis apa arti EA yang dimaksud Mas Puthut. Boleh jadi dua huruf itu merupakan nama yang diambil…

    selengkapnya…

  • Tèngkana Orèng Aparloa

    Oleh: Syaif Zhibond Renk Qobhien* Nak-kanak sè pon abhâkalan, tandhâna pon para’ depa’a ka tojjhuânna rèng abhâkalan, ngghi rua akabin. Nak-kanak sè pon mare akabin (sirri/resmi) biasana eparloe/esalametthi bik rèng tuana. Umumma ekomantani angghui pangias se mapan. Ngonjhâng bhâlâ tatangghâ mallè akompol è acara salamettan. Tapè sabellunna aparlo, bâdâ pan berempan tèngka sè èjhâlâni bik…

    selengkapnya…