Mas Rio Bukan Caleg: Paket Komplit untuk Situbondo Masa Depan

Oleh: Muhammad Bayan

Menjelang pemilu 2024, Situbondo sedang tidak baik-baik
saja. Para caleg yang semestinya sudah melakukan sosialisasi berbagai lintas
sektor justru kalah start dengan pemilihan Bupati Situbondo.

Keriuhan yang mestinya sudah terdengar justru berbanding
terbalik dengan keriuhan pemilihan bupati. Padahal gegap gempita pesta
demokrasi sudah dimulai. Kenyataannya masyarakat situbondo lebih bergairah
dengan persoalan Bupati. Apalagi kalau bukan banyaknya banner-banner yang mejeng
di pinggir-pinggir jalan sampai ke pelosok desa. Inilah penyebab utamanya
yang membuat kandidat para caleg kalah gosip.  

Dari sini bisa kita nilai bahwa masyarakat situbondo
lebih antusias terhadap pemilihan bupati dibanding pemilihan caleg. Penulis
tidak mengatakan bahwa para caleg tidak kreatif memperkenalkan dirinya ke
publik, saya yakin para caleg itu sungguh mampu melakukan hal-hal di luar nurul
, eh nalar. Wong bertahan sampai bertahun-tahun duduk manis di
kursinya mereka mampu kok. Apalagi memperkenal dirinya ke publik. Lewattttttt.!!!

Kalaupun para caleg itu saat ini sedang adem-adem saja,
penulis berpikir mereka sedang melakukan sebuah zikir seperti dalam puisi
mbeling Remy Sylado :

Kursikursi

Kursikursi

Kursikursi

Kursikursi

Kursikursi

Kursikursi

Kursikursi

Kursikursi

Fenomena keriuhan ini memang cukup unik. Dibanding
kabupaten lainnya Situbondo yang basis kultural kaum tradisional nuansa
politiknya justru lebih kental. Masyarakat sadar bahwa caleg korea-korea itu
tidak bisa berbuat banyak jika pemimpinnya tidak respect kepada
masyarakat, buktinya seperti yang terjadi baru-baru ini, bupati tidak hadir
pada acara paripurna yang diselenggarakan di DPRD.  Jadi, saya kira wajar gegap gempita hadirnya
Mas Rio“Bukan Caleg” menjadi angin segar bagi masyarakat Situbondo.

Hadirnya banner-banner Mas Rio “Bukan Caleg”
menyingkirkan keriuhan banner caleg dan sekaligus menampar banner-banner Bupati
dan Wakil Bupati Situbondo. Jargon
Tak Congocoah dan Tak Co-ngecoah menyalip tikungan banner “lanjutkan” yang lebih dulu mejeng
di pinggir jalan. Keriuhan ini tidak hanya terjadi di media-media sosial.
Tapi juga di warung-warung kopi dan para emak-emak sosialita.

Figur Mas Rio “Bukan Caleg” merupakan perpaduan yang
penulis kira komplit ketika dipadukan dengan basis masyarakat Situbondo yang
masih kental tradisi Sam’an wa Tho’an terhadap para tokoh kultur seperti kiai. 

Pengalamannya yang mendalam terhadap dunia pengetahuan seperti yang ia geluti
saat ini menjadi pelengkap ketika dipadukan dengan ajaran-ajaran pesantren yang
lebih mengedepankan akhlak. Tidak akan ada lagi joget-joget di pendopo seperti
yang viral baru-baru ini. Karena itu bertolak belakang dengan akhlak kota
Santri. Paling-paling kalaupun nanti tuhan memberikan amanah kepada Mas Rio
“Bukan Caleg” menduduki Bupati Situbondo yang akan datang nuansa budaya dan
kultur Situbondo lebih mencolok. Tingkat keyakinan saya mengatakan begitu. Haqqul
Yaqin.

Sepanjang pengetahuan penulis mengikuti media sosial Mas
Rio “Bukan Caleg” memang cukup unik. Mas Rio berusaha untuk dekat ke masyarakat
dengan gagasan dan ide yang ia lempar ke publik. Dekat dengan para pemuda, emak-emak,
bahkan sesekali melempar kuis berhadiah dan mendukung penuh terhadap pelaku
UMKM di Situbondo. Kita bisa melihat bagaimana Mas Rio “Bukan Caleg”
mengunjungi UMKM di Situbondo atau kuliner Situbondo macam
nasi kolhu dan tajhin palappa.

Apakah itu cukup untuk membangun Situbondo ke depan?
Belum Sih, tapi penulis kira itu menjadi gambaran Situbondo ke depan. Bahwa
kerja-kerja yang ia lakukan adalah kerja yang beberapa tahun ini tidak tergarap
dengan baik.

Situbondo butuh pemimpin yang jujur dan genuine
untuk membangun Situbondo. Kalaupun mendapatkan penghargaan dari tingkat
provinsi atau nasional minimal pengharaggan yang berefek ke masyarakat. bukan
penghargaan hanya untuk gaya-gayaan saja lebih-lebih tidak mencerminkan
penghargaan. Misal penghargaan sebagai kabupaten Layak Anak. Layak anak apaan?
Apa kita lupa kasus meninggalnya anak bayi yang mati dengan kondisi tangan
tersayat, dibungkus di kresek dan dibuang di jalan tembus dan beberapa jam
kemudian bayi itu ditemukan oleh seorang nenek? Kabupaten Layak Anak yang mana?
Anak yang diduga mendapat aliran dana dari salah satu dinas? Kalau betul
Kabupaten layak anak yang dimaksud adalah karena diduga mendapat aliran dana
dari salah satu dinas dan dipanggil oleh kejaksaan, maka hanya ada satu kata: Paten
nang!

 

*) Pegiat Literasi Gerakan Situbondo Membaca

Penulis


Comments

Satu tanggapan untuk “Mas Rio Bukan Caleg: Paket Komplit untuk Situbondo Masa Depan”

  1. Avatar Anonim
    Anonim

    disadari atau tidak, apapun motivasinya, banner bukan caleg masrio juga turut menyampah visual. jaman sudah digital, kok niat banget bikin baliho jalanan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Apacapa Esai Haryo Pamungkas

Ketemu Mas Menteri di Warung Kopi

Buku Penerbit Ulas

Buku: Saudade dan Cerita Lainnya

Puisi

Tragedi Perokok dan Puisi Lainnya

Moret Taradita Yandira Laksmi

Cerpen Mored: Lukisan Kenangan

Cerpen Muhtadi ZL

Cerpen: Senja yang Menyakitkan

Abi Alfatih Mored Moret

Satu Langkah Terakhir

Fendy Sa’is Nayogi

Memahami Pepatah Madura: Gherrâ Ta’ Bisa Èangghuy Pèkolan, Lemmes Ta’ Bisa Èangghuy Panalèan

Heru Mulyanto Mored

Bocah dari Palung Merah

Apacapa hari wibowo

Sempat Dipecat, Lukman Hardiansyah akan Kembali Bekerja di Dinas Pertanian Situbondo

Ilham Wiji Pradana Puisi

Puisi-puisi Ilham Wiji Pradana: Rumah Pak RT

Achmad Al-Farizi Apacapa Esai

Lagu Aisyah Istri Rasulullah: Sisi Romantis Keluarga Muhammad

Apacapa Imam Sofyan

Pengghir Sereng: Wisata Rumah Pintar Pemilu di Situbondo

Apacapa Moh. Imron

Tellasan dan Ngojhungi

Agus Hiplunudin Cerpen

Cerpen: Deja Vu

hafid yusik Politik

Pak Karna Tidak Salah, Kita Saja yang Terlalu Nyinyir

Mustain Romli Puisi

Puisi-puisi Mustain Romli: Pesona Kota dan Sepasang Mata

Apacapa Randy Hendrawanto

Panas Dingin Hubungan Indonesia-Malaysia dari Politik, Budaya Hingga Olahraga

Ienna katanny Prosa Mini

Sebuah Pilihan

Fathur Rahman Prosa Mini

Menanti Sebuah Tulisan

Cerpen Moret Taradita Yandira Laksmi

Cerpen Mored: Jangan Bilang I Love You