Puisi-puisi Safari Maulidi: Pasar Malam yang Hilang

 

Pasar Malam Yang Hilang

 

Aku tak akan
lagi mengirimimu pesan pagi ini

Sebab sudah
terlalu gelap awan di langit

 

Mungkin
dengan ini

Burung depan
rumahmu akan tenang

Sebab tukang
koran yang biasa hinggap hilang

 

Bunga di
tamanmu sekarang telah lebih riang

Ketika
mentari menjalar di pagi hari

Sebab selang
yang biasa bocor tak bersumber lagi

 

Dan kau
sebagai seorang putri

Akan
merasakan kehilangan

Mungkin juga
kesepian

Sebab pasar
malam yang biasa mangkal

Pergi

 

1 Februari
2023

 

 

 

Mutiara Padang Pasir

 

Syair yang
berdendang itu

Adalah bukti
bahwa alam mendukung cinta kita

Seperti
seruling sufi

Yang berbunyi
sebab parasmu

 

tiap pagi
kawanan burung bersiul sebab melihat jalanmu

Jalan yang
mendayu–
dayu
tanpa batu

 

Dan kau tahu
pelangi ?

Itu cara
tuhan menghibur orang yang tak dapat memilikimu

 

Bagaimana
dengan hari yang cerah ?

Itu adalah
kau dan tingkah lakumu

 

27 Desember
2022

 

 

 

Februari di desa

 

Pagi mentari

Menjalar pada
wajah

Berseri

 

Kicau burung
juga televisi

Berita hutan
dan kota

 

Warung kecil
di desa

Bercerita
tentang mendoan dan bakwan

 

Kakiku
melangkah

Dalam
senandung wangi desa

Pada jalan
yang berjerawat

 

Aroma kampung
menyebar ke hutan, sawah dan kerbau

Ada yang
membumbung tinggi ke langit

Asap tungku dari
reranting

 

Kampung tak
pernah hilang

Dalam kisah
yang panjang

 

Februari 2023

 

 

 

Surat Izin Untuk Tuhan

 

Aku akan
menjaring semua ikan

Untuk
kuselamatkan

Dari tangan yang
curang akan ekosistem alam

 

Aku akan
mencabut pohon beserta akarnya

Untuk kutanam
di masa depan

Agar anak –
anakku kelak dapat merasakan oksigen hijau daun

 

Nanti malam
ketika orang – orang tertidur

Aku akan
memburu semua hewan

Lalu
kumasukkan ke rimba yang kubuat dari imajinasi jaman dulu

 

Orang – orang
abad ini

Akalnya
berisi kapal hilang kendali

Mereka lebih
memilih menendang dari pada menarik

 

Sementara
tuhan menjalankan takdir

Aku akan
berjalan atas kendali – Nya

 

Kira – kira
itu ketika aku sebelum tidur

 

Februari 2023

 

 

 

Si Kecil Tertangkap

 

Ada yang bergerak

Menggugurkan gerimis ke tanah

Membuat selembar daun kering

 

Kaki mungil nakal bergerak lincah

Menembus percik cahaya pada rimbun

 

Sementara dari bawah

Beberapa tangan bocah mengendap – endap

Bersiap untuk menerkam

 

Makhluk kecil tersebut tidak menyadari bahwa akan ada luka
menghampirinya

Setelah beberapa saat

Tak kudengar lagi gerimis tipis hinggap di kepala

Januari 2023

 

 

TENTANG PENULIS

Safari
Maulidi
, Santri
Pondok Pesantren Annuqayah Lubangsa Utara. Berasal dari desa Guluk – Guluk
barat. Sedang  Mengabdikan dirinya di PP.
Darul ulum Az- Zainy, Ketapang sampang
.

Penulis


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ahmad Zaidi Cerpen

Cerpen – Hari Libur

Uncategorized

Semarak Hari Kartini, Emak-emak dan Tim Patennang Gelar Diskusi Publik

Agus Hiplunudin Buku Ulas

Politik Agraria Petani Vs Negara dan Neoliberalisme

Alexong Cerpen Robbyan Abel Ramdhon

Cerpen: Penghiburan Kosong

Apacapa Baiq Cynthia

Kepingan Kenangan di Kota Santri Situbondo

Maryatul Kuptiah Musik Ulas

Manifestasi Ilahi dalam Lirik Lagu Tujh Me Rab Dikhta Hai

Hari Alfiyah Puisi Sastra Minggu

Puisi: Artefak Kesedihan Karya Hari Alfiyah

Ahmad Maghroby Rahman Apacapa

Beberapa Alasan untuk Kaum Dâd-ngodâdhân Nyocco di TPS

Aris Setiyanto Puisi

Puisi: Pendaki

Dani Alifian Puisi

Pesawat Kata dan Puisi-Puisi Lainnya Karya Dani Alifian

Buday AD Puisi Sastra Minggu

Puisi: Melepas Air Mata

Buku Dani Alifian Ulas

Ulas Buku: Narasi Nasib Sastra Untuk Anak

Aldi Rijansah Cerpen

Cerpen: Biru

Apacapa

Begitulah Moh. Imron

game Ulas Yopie EA

GTA VI: Momok Menakutkan Bagi Developer Game

Apacapa Imam Sofyan

Pak Kepala Desa, Belajarlah dari Film Dunia Terbalik!

Puisi Riepe

Puisi – Ratapan Sunyi

Ahmad Zaidi Apacapa

Situbondo Penuh Cerita

Moh. Gufron Cholid Puisi Sastra Minggu

Kitab Cinta dan Puisi Lainnya

Ahmad Zaidi Apacapa Esai

Mapasra: Merayakan Perjalanan Puisi