Puisi: Mailaikat Berbisik

 

Tuhan baik-baik saja

 

“Aku
harus selalu kau butuhkan”

“Senantiasa
kau ingat-ingat”

“Mesti
kau jadikan yang spesial”

Kurang
lebih begitu kata Tuhan berulang-ulang

 

Namun
dini hari

Yang
selalu dibutuhkan manusia adalah uang

Yang
senantiasa diingat adalah hasrat dan hutang

Yang
spesial adalah cintanya di dunia, kekasih itu

 

Bukan
barang kali lagi, tapi sudah pasti Tuhan cemburu

Tuhan
kecewa manusia menyeleweng dari perintah

Tapi
Tuhan baik-baik saja

Sebagai
ganti manusia diberi murka

 

Manusia
tidak akan sadar sebelum diantar ke alam baka

Oleh
malaikat yang tertawa

Dan
disambut setan yang kegirangan

 

 

 

 

 

 

Malaikat berbisik

 

Berjalan
kearah itu

Kian
berat, kian berat

Kaki
seperti dijerat

Dipaksa
terasa seperti pisau berkarat

 

Padahal
aku hanya ingin mengadu

Membuat
perkumpulan kecil untuk masalahku

Mengobrol
layaknya yang lalu lalu

 

Tapi
aku tidak pernah tau

Bahwa
otot-otot yang ku usahan terbentuk

Kini
tak ada artinya

Kecerdasan
yang aku usahakan

Terasa
hambar

Kabur
entah ke mana

 

Sekarang
apa yang aku punya?

Selain
harapan dalam hati

Tubuh
ini bisa bergerak

Tubuh
ini mampu merangkak

 

Kenapa
menuju akhir begitu berat?

Malaikat
berbisik, Kau hanya lupa apa itu do’a

 

Aku
sekarat

 

 

 

Ustaz dan Biarawati

 

Bulu
kudukku berdiri

Selepas
baca kisah tentang Sulastri

Biarawati
yang mahkotanya direnggut di rumah suci

 

Betapa
aku menyadari

Perilaku
pastor itu tengah ditonton Tuhan dari singgahsananya

Tengah
di catat baik-baik oleh para malaikat yang mengawal pintu gereja

 

Heran
manusia jaman sekarang

 

Teriakan-teriakan
tetangga sebelah

Menghentikan
peluhku, menjeda tegangku

Sial
bukan,

Mereka
tak tau aku serius

 

Apa
masjid masih suci kalau begitu?!!!

Apa
masjid masih layak ditempati?!!!

Aku
keluar menuju urakan tersebut

 

Ada
ketegangan lain

 

Pak
Lukman tengah diikat di bangku reyok depan rumah

Bangku
angker yang tak pernah tersentuh

Seperti
disengaja untuk kesurupan

Sedang
bininya, diam saja tanpa suara

 

Dalam
hati aku bertanya,

Apa
lagi ini? Ustaz dengan siapa?

 

Probolinggo,
Desember 2021

 

 

Biodata
Penulis

Sinta
Nuria, Wanita asal Malang yang berstatus sebagai Mahasiswi Universitas Nurul
Jadid, dan Santri aktif Pondok Pesantren Nurul Jadid Paiton Probolinggo. Bisa
di hubungi di instagram shinta.safira atau Twitter @Shinnykepoin.

Penulis


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Apacapa covid 19 Happy Maulidia Putri Opini

Ketua RT dan Kepala Desa; Pahlawan Garda Terdepan Pemberantas Hoax Covid-19

Advertorial

Atur Keuangan Anda dengan Baik

Apacapa

Hal-hal yang Dibicarakan Sepasang Suami Istri Setiap Hari

Apacapa Setiya Eka Puspitasari

Potret Kemiskinan Di Balik Gemerlap Ibu kota

Cerpen Lia Fega

Cerpen : Perselisihan untuk Sang Tuan Karya Lia Fega

alif diska Mored Moret

Puisi Mored: Sepotong Puisi untuk Bunda dan Puisi Lainnya

Cerpen Kakanda Redi

Cerpen: Ular-Ular yang Bersarang dalam Kepala

Ahmad Zaidi Apacapa

Tentang Kita yang Terlalu Banyak Bicara Omong Kosong

Buku Resensi Thomas Utomo Ulas

Ulas Buku: Menguak Lapis-Lapis Kebohongan

Nuriman N. Bayan Puisi

Mata Darah dan Puisi Lainnya Karya Nuriman N. Bayan

Apacapa Esai rizki pristiwanto

Raffasya dan Keramaian yang Sunyi

Buku Thomas Utomo Ulas

Ulas Buku: Perlawanan Terhadap Eksploitasi Anak

Apacapa Sainur Rasyid

Gusdur dan Buku

Achmad Faizal Buku Resensi Ulas

Resensi Ada Apa dengan China?

Polanco S. Achri Prosa Mini

Di Salah Satu Kamar Mayat dan Prosa Mini Lainnya Karya Polanco S. Achri

carpan Helmy Khan Totor

Carpan: Sapo’ Mardha

Irham Fajar Alifi Puisi

Puisi-puisi Irham Fajar Alifi: Layu Kelopak Kamboja

Puisi Safari Maulidi

Puisi-puisi Safari Maulidi: Pasar Malam yang Hilang

Fahrus Refendi Puisi Puisi Madura

Puisi Madura: Sanja’

Apacapa

Mas Rio Buronan: Dari Wano Menuju Situbondo