Avatar admin

Tentang Penulis

  • Puisi: Pendaki

    PENDAKI temanku kini seorang pendaki mengitari tengkuk hitamnya, memeras keringat mendekap punggungnya, segunung beban berserak onak, di pundak —di benak. temanku dulu sering jelangi surau di tengah dukuh tak ada bahkan setetes pun peluh di keluhnya : mengapa aku tak di sini dari dulu-dulu? Temanggung, 24-02-2020 SATU KEAJAIBAN semesta, kalang kabut angin ribut yang meributkan…

  • Cerpen: Hijrah

    Oleh: Haikal Faqih Di sela pembelajaran, Ustaz Ubaid menasehati para muridnya. “Sekarang sudah banyak, Bhing[1], pemuda-pemudi seumuran kalian yang hanya mondok, tetapi diri mereka tetap tak jadi santri.” Lia yang mendengar bertambah cemas menyadari kenyataan buruk di sekelilingnya. Sebenarnya ia bukan tipikal orang yang teramat peduli kepada orang lain, akan tetapi satu orang yang dia…

  • Puisi Mored: Kepada Bumi dan Manusia

    Oleh: Alif Diska* Kepada Bumi dan Manusia Waktu bergulir sesuai kehendaknya tanpa sihir Menggotong berita hangat untuk temani pagi yang pucat Pertama kali dijejali oleh makhluk tak kasat mata yang terus memburu Berdampak haru bagi insan yang jiwanya tak lengkap satu Virus keluaran terbaru dari bumi untukmu Jutaan jiwa terperosok kedalam virus yang tak bersosok…

  • Puisi: Di Atas Tanah

    Selamat pagi rindu Bermandikan pijar arunika Melantunkan masa-masa kelam Yang pergi ialah luka-luka Yang datang ialah suka-suka Bersumber dari Rahim Kenangan lahir beserta tali kerinduan Bersemayam dalam senyap Hening dan pilu Jika aku melupa Yogyakarta/22/03/2020 Stasiun Lempuyangan Derap roda kereta memecah keriuhan kendang telinga Stasiun dilahap oleh gelap Seperti hidangan penunda lapar Malam ini, aku…

  • Cerpen: Takdir

    Oleh: Moh. Jamalul Muttaqin Di sebuah daerah terpencil, hiduplah seorang anak dan seorang ibu yang berteduh di dalam gubuk yang tak begitu kokoh, semuanya di buat dari bambu tua. Kalau di terpa hujan deras, gubuk itu tak bisa menangkis air yang hendak masuk ke dalamnya, pastinya mereka berdua gigil kedinginan. Agar hal itu tidak terjadi,…

  • Raffasya dan Keramaian yang Sunyi

    Oleh: Rizki Pristiwanto* Jalanan tak lagi seramai biasanya. Semua menjadi sunyi dan menyisakan sepi. Hanya tersisa beberapa orang yang bertahan dengan dagangannya. Ketika itu, saya melihat pedagang kaki lima tampak berharap ada yang bersedia singgah membeli dagangannya. Mereka melawan kecemasan di hatinya. Tentu untuk keluarga dan menyambung hidup. Wajar. Banyak masyarakat yang memilih di rumah.…

  • Puisi : Di Sepanjang Jalan Ini

    PUISI Nahiar Mohammad CANDU ; Viona Safitri Ingiku dekap tubuhmu dalam dekap hangat tubuhku Ketika api belum tuntas memanaskan air ditungku dan air matamu belum sempat jatuh ke dalam kubangan luka “senyummu adalah kerinduan  tempat segala kesakitan  dan akhir dari kebahagiaan” Inginku dekap tubuhmu dalam dekap tubuhku bila senyummu hanya menjadi luka di pertemuan akhir…

  • Cerpen: Dinding-Dinding Rumah Seorang Pembunuh

    Oleh: Surya Gemilang Saat tengah malam, gempa membangunkan si Pembunuh dan istrinya yang tengah hamil besar. Gempa tersebut berlangsung selama kira-kira lima detik, membuat seluruh dinding rumah si Pembunuh dipenuhi retakan, hingga tampak seperti cangkang telur yang hampir dipecahkan oleh seekor anak ayam dari dalam. Lucunya, langit-langit pun lantai tak terluka sama sekali. “Biaya renovasinya…

  • Puisi: Setelah Kau Pergi dari Kamarku

    Membaca Lovecraft monster-monster memasuki mataku sebab matahari pecah rumahku segelap gua asing dalam kata-katamu terlihat taring memotong lenganku tentakel menjerat batang leherku cakar menyisir perih ususku sebelum mata terpecah tak mampu menampung horor yang tiba sebelum matahari lahir kembali dari akhir ceritamu dan aku, dalam butaku, merindukan ketakutan yang menggoda itu (Jakarta, Juni 2019) Setelah…

  • Cerpen: Aku Pulang, Bu!

    Oleh: HarishulMu’minin Malam mulai merangkak menuju wujud sempurnanya. Gerimis turun dari rahim cakrawala. Bulan yang semula bersinar pucat, kini sinarnya sudah tertutup awan dan tak lagi kelihatan, pun juga kerlip gemintang. Angin berembus pelan, menyelusup lewat celah jendela indekos Ardillah. Ia duduk di atas kasur. Pandangannya diarahkan keluar, melihat tetes demi tetes air yang mulai…