Kategori: apokpak

  • Politik Menyegarkan Ala Mas Rio

    Oleh: Nurul Fatta Kata “Patennang” lagi rame di Situbondo. Tersangkanya siapa lagi kalau bukan Mas Rio dengan banner orangenya itu. Tersebar di mana-mana dan membuat publik Sibon bingung. Mau ngapain sih orang ini kok patennang, patennang. Patennang! Saya punya cerita untuk Anda. Saat itu, saya dan Mas Rio terburu-buru menuju boarding gate. Bukannya kesusu karena…

  • Ketika Elit Oligarki Berkuasa, Kemerdekaan Bukan Lagi Milik Kita

    Indonesia merdeka di masa datang… …Cita-cita perikemanusiaan tidak hanya bersifat anti kolonial dan anti imperialis, tetapi juga menuju kebebasan manusia dari segala penindasan ~Muhammad Hatta Oleh Fata Poejangga*  Sengaja saya kutip pidato itu, untuk memberikan kabar kepada Bung Hatta, tentang apa yang dicita-citakan untuk Indonesia di masa depan (hari ini). Pidato itu disampaikan 4 hari sebelum…

  • DPRD Menggonggong, Pak Karna: Ngutang PEN Jalan Terus

      Oleh Fata Poejangga* Media sosial akhirnya jadi tempat yang tak terbatas untuk ngapain saja. Mulai dari pamer-pamer harta, pencapaian karir, foto mesrah bersama pasangan, hingga tawuran online. Nah khusus yang terakhir sepertinya banyak orang suka belakangan ini. Saya menyimak tawuran online di beberapa grup facebook. Salah satu grup facebook sedang panas-panasnya menyajikan pro kontra…

  • Melawan Pandemi dengan Sains, Bukan Arogansi Aparat dan Mati Lampu

    Oleh Fata Pujangga* Pandemi membuat hari-hari kita terasa begitu melelahkan. Kita bukan hanya lelah mengikuti serangkaian pola hidup yang baru, tetapi juga dibuat jengah dengan kebijakan yang tak cukup bijak. Pemerintah, saya rasa salah menggunakan pendekatan. Lihatlah aturan-aturan itu: Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) hingga Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang berlevel-level kayak mie setan adalah…

  • Memperkuat Kemanusiaan Generasi Digital

    Percakapan pada abad ke 21, baik antara pakar dan orang awam, maupun di antara semua orang lain, kadang terasa melelahkan dan sering kali menjengkelkan, ~Tom Nichols, The Death of Expertise.  Oleh: Nurul Fatta* Apa yang menjadi kegelisahan saya, sebagai generasi yang hidup di era digital, merasa terwakilkan dengan ungkapan kalimat di atas. Tampaknya kecanggihan teknologi yang menyediakan…

  • Timpangnya Demokrasi Tanpa Oposisi

    Oleh : Nurul Fata Membiarkan negara tanpa oposisi dianggap hal biasa di negeri ini. Barangkali pendapat itu hanya berlaku bagi elite-elite politik saja. Ya, karena mereka ini yang kerap melontarkan pernyataan itu. Seolah-olah oposisi bagi mereka adalah kelompok yang harus menentang dan bertentangan dengan pemerintah. Sehingga melahirkan mindset negatif di masyarakat, yaitu adanya oposisi tidak…

  • Apa Kabar Situbondo?

    hipwee.com Oleh: Fata Sang Pujangga*)  Menyapa kota kelahiran mengandung kerinduan pada orang-orang yang ditinggalkan: keluarga, kerabat dan sahabat yang tak punya alasan untuk dilupakan. Dari kota yang merajai seluruh kota di negeri ini, sebagai perantau yang tersesat di jalan yang benar, saya ingin menuai kata-demi kata dari tangkai-tangkai pohon kehidupan Kota Santri, yang sudah berusia…

  • Cerpen : Nanti Kutukar Cincin Pemberian Ibumu itu

    Oleh : Nurul Fata “Harga tiket sudah meroket. Sudahlah Bos, ayo dong, gagalin saja lewat tol langitnya. Kamu lewat darat saja ya, meet-up ya, Bos.” Suara itu, sangat feminism. Kata Bos, adalah cara dia memanggilku, Eny. Mendengar harga tiket semakin meroket, aku kaget. Padahal tadi pagi masih satu juta seratus sebelas ribu seratus sebelas rupiah.…

  • Stop! Ngapain Banyak Baca?

    pixabay Siapapun anda boleh tidak suka dengan tulisan ini, akan tetapi jangan menyerah untuk melampiaskan kebenciannya dengan membaca sampai tulisan ini mengakhiri puncak kebencian itu. Lebih-lebih para pembaca yang sudah mengklaim dirinya sebagai kutu buku, baik yang keranjingan membeli buku sampai tidak punya bekal pulang ke sangkar peraduannya, atau mereka yang senang mengoleksi buku-buku temannya…

  • Cahaya Literasi dari Ujung Langit Baluran

    “Sudah bisa beradaptasi dengan kehidupan di ibu kota?” Ucap saudaraku yang baru saja meletakkan pantatnya di teras musala. Aku tidak tahu pasti, apakah kalimat itu sebuah pernyataan atau pertanyaan. Memang tidak ada tanda-tanda atau juga rumus 5W+1H dalam kalimat itu. Tapi aku pastikan, kalimat itu butuh tanggapan dari mulutku yang sedang mengunyah biji-bijian hitam—Eh tidak…