Kepala Dusun Langai yang Peduli

“Saya ucapkan terima kasih sudah mengadakan kegiatan Festival Kampung Langai. Secara tidak langsung, kegiatan ini membantu desa kami.”
Oleh : Ahmad Zaidi
Di rumah bernuansa hijau itu, seorang laki-laki paruh baya mengenakan kemeja kotak-kotak berwarna biru kehitaman, sarung cokelat dan songkok nasional sedang duduk di atas lencak. Beberapa tanaman tertata rapi menghiasi halamannya yang cukup luas. Salah satu tanaman itu adalah pohon mangga yang—baru beberapa meter tingginya—ditopang bambu agar berdiri tegak lurus. Ia beranjak dari tempat duduknya semula, masuk ke dalam rumah lalu kembali duduk di ruang tamu. Di atas meja, tampak setumpuk kertas dan pulpen. Ia memulai obrolan ringan dengan kami.
Namanya Mulyadi. Kepala dusun di Kampung Langai. Sudah belasan tahun ia mengabdikan dirinya kepada masyarakat setempat. Tepatnya sejak tahun 2000. Ia bercerita awal mula dirinya tinggal dan menetap di rumah yang sekarang. “Dulu, saya tinggal di utara sana, di dekat SD Negeri 1 Sumberkolak. Waktu itu keadaan di sini masih sepi. Tidak ramai seperti sekarang,” tuturnya.
Ia menyukai olahraga, terutama sepakbola. Pada tahun 1999 ia ikut mengelola tim sepakbola PSDS (Persatuan Sepakbola Desa Sumberkolak). Selang dua tahun kemudian, pada tahun 2002 ia ditunjuk untuk mengkomando tim tersebut. Alhasil, PSDS lolos menuju babak final dalam ajang turnamen yang bergengisi di Kabupaten kala itu. “Sayang sekali, kami kalah di laga final tersebut.” Yang menarik dari tim PSDS adalah logo berupa gambar pohon langai. “Logo itu saya yang buat,” katanya menambahkan.
Ia menyalakan sebatang rokok. Menghisapnya dalam-dalam, lalu mengembuskan asapnya keluar. Tatapannya mengarah kepada kami, tertawa sebentar, dan menawarkan, “Kalau merokok, rokoan saja. Tidak perlu sungkan.”
Mulyadi, Kepala Dusun Langai
Obrolan terus mengalir. Semakin panjang. Semakin jauh menelusuri masa lalu. Ia berkisah tentang pengalaman semasa mudanya. Hingga cerita yang kami tunggu sejak awal, tentang muasal nama Kampung Langai. “Sampeyan tahu batok kelapa, Mas?” Tanyanya sebelum bercerita. “Batok kelapa sering digunakan oleh masyarakat sini untuk nyeelok aeng di sumber air yang ada di selatan sana. Makanya kemudian daerah sini dikenal dengan Sumberkolak. Nah, untuk nama Kampung langai Sendiri berasal dari pohon langai yang besar di dekat sumber. Ditambah dengan banyaknya pohon langai yang tumbuh di hampir setiap sudut daerah sini.”
Sebagai kepala dusun, ia rutin mendatangi pos kamling yang letaknya sekitar seratus meter lebih dari rumahnya setiap malam. “Kadang saya harus pulang sampai jam dua malam, untuk sekadar menemani warga yang jaga.”
Pak Mulyadi selalu hadir di acara festival kampung langai. Menurutnya festival kampung langai yang pertama sangat sederhana. Kemudian festival langai yang kedua sangat istimewa, terlebih dengan adanya patung yang terbuat dari jerami. “Saya ucapkan terima kasih sudah mengadakan kegiatan festival kampung langai. Secara tidak langsung, kegiatan ini membantu desa kami,” paparnya.[]

Penulis


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Madura Puisi Madura Sastra Situbondo

Puisi Madura: Namen Loka

Muhammad Husni Puisi Tribute Sapardi

Puisi: Payung Hitam 13 Tahun

Buku Dani Alifian Ulas

Ulas Buku: Wajah Pantura, dan Kisah Seks Komersial

Apacapa Esai Wilda Zakiyah

Biola dalam Kenangan

Alexong Cerpen Robbyan Abel Ramdhon

Cerpen: Penghiburan Kosong

Kriselda Dwi Ghisela Resensi

Resensi: Perempuan yang Menangis kepada Bulan Hitam

Apacapa Rusdi Mathari

Bahasa Puasa dan Ramadan

Dani Alifian Esai

Refleksi Harjakasi: Prostitusi Mesti Lenyap dari Kota Santri

Buku Moh. Imron Ulas

Guru Ngaji Langgar; Warisan Nusantara

Ayu Wulandari Buku Resensi Ulas

Resensi: Jungkir Balik Pers

Apacapa Marlutfi Yoandinas

Situbondo Lebaran (Pesta) Bakso

fulitik

Kronologi Batalnya Debat Ketiga Pilbup Situbondo: Dugaan Sabotase dan Status Hukum Karna Suswandi Jadi Sorotan

Apacapa Esai Tjahjono Widarmanto

Menghikmati Sejarah

Puisi Thomas Elisa

Puisi-puisi Thomas Elisa

Advertorial Tips/Trik

Jaga Kesehatan Tubuh dengan Mencegah Penyakit Sistem Pencernaan

Buku Indra Nasution Ulas

Kontroversi Kematian Adolf Hitler

Puisi Uwan Urwan

Kita Telah Mati

Apacapa fulitik melqy mochammad marhaen

Mengapa Muncul Mas Rio “Patennang”?

Apacapa Feminis

Body Shaming: Pelecehan, Bukan Lelucon

Apacapa

Begitulah Moh. Imron