Kesedihan Nahela dan Puisi Lainnya Karya Ibna Asnawi


Puisi-puisi Ibna Asnawi
Kesedihan Nahela
nahela yang gadis
berbaring di halaman rumah
kakinya mempermainkan kerikil
menendang kesal sebutir-dua butir sepi
walau hatinya bising oleh perih
padahal halaman rumah nahela sempit
dirinya melulu dihimpit sakit
tetapi wajahnya, bagai kaca jendela
yang tegar bersama debu
mata nahela memejam kemudian
dalam pejamnya ia dapati
ibunya secantik purnama
tersenyum di celah-celah pohon
LK, 29 November 2018
Pohon Ajaib
merunggai namanya
pohon rimbun cinta
daunnya kuiris-iris setiap pagi
menemani gaduh di lubuk diri
demikian penuh kasih
daun merunggai merawat
luka perih ini
dengan kuah hijau
hasil dulang rintih pedihnya
kepada air
sungguh rimbun cahaya merunggai menyinari
gelap hidup sunyi ini
gulita pilu di dasar hati
Longos, 17
Desember 2018
Menjadi Anak-anak
burung nuri
hati ini semerbak kesturi
rincik pada darah di diri
terbanglah rendah oh burung nuri
udara memberimu sekadar
riuh kesunyian langit
tidak engkau tahu
deru gelombang menggempur
risau di bibir laut
burung nuri, burung nuri
akan kubawa kau, berlari
supaya benci
dan mengutuk diri ini
LK, 24 Desember 2018
Laut Bintaro
laut tenang Bintaro
genang kenang lubuk hatiku
ibu bagi sengguk penuh sendu
selalu aku pulang ke sana
mencari bayang rembulan
di bentang lautan
melipur sedih diam-diam
aku benar menemukan ibu di laut
membelai kerudung
dengan desir kasih
mengelus sesal
dari riak ombak di tepian
LK, 28 Desember 2018
Air Mata Nyi Ai
malam bersaksi atas abdimu, nyi ai
suara keyboard berdebam guntur
tatkala kau tulis mimpi-mimpi kami
menyesaki dadamu dengan kerepotan tak kunjung selesai
subuh ini kami bersepakat
membaca yasin untuk ibumu
larut dalam ayat-ayat tuhan
walaupun justru resahmu menyala
dalam lembaran Alquran kami
masihkah mimpi kami menyatu utuh dengan mimpimu, nyi ai
kami merindukanmu
apalagi setelah isakmu tadi malam mengiris hati
terbayang gembur pipimu yang subur
dihujani deras bulir air mata
nyi ai
di sini kami tak pernah menghitung hari-hari lagi
setelah adamu membatu
dipeluk Jenang dan ruang tunggu kamar ICU
yang mencekam aliran napasmu
sungguhlah sabar, nyi ai
sungguhlah sabar…
LK, 8 Oktober 2018
Ibna Asnawi, lahir di Sumenep, 07 November 1996. Sedang mengaji di
Pondok Pesantren Annuqayah daerah Lubangsa Putri Guluk-guluk Sumenep Madura.
Dapat ditemui di: Ibna Asnawi (Facebook) dan ibnadonut@gmail.com

Penulis


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Apacapa Esai Kakanan Wilda Zakiyah

Pedasnya Jihu Tak Sepedas Rindu

Cerpen Nur Diana Cholida

Cerpen: Bianglala dan Sisa Aroma Tequila

Ahmad Zaidi Cerpen

Cerpen: Malam yang Dingin, Pantai, dan Senja

Cerpen Moh. Jamalul Muttaqin

Cerpen: Takdir

Busyairi Puisi

Puisi: Wanita Tanpa Wajah

fulitik

Editorial: Wisata Perang, Babak Baru Pariwisata Situbondo Gagasan Mas Rio-Mbak Ulfi

Gusfahri Puisi

Puisi: Labirin Kerinduan

Moh. Jamalul Muttaqin Mored Moret

Cerpen Mored: Perempuan Pelangi

Apacapa Sururi Nurullah

Fashion dan Berbagai Dampaknya

Apacapa MA Marzuqin

Apacapa: Ngobrolin Gus Dur: “Gus Dur, Sastra dan Wanita”

Cerpen Moh. Imron

Cerpen Manuk Puter

Bang Yof Puisi

Puisi : Cerita Terompah Tua dan Puisi Lainnya Karya Bang Yof

ebook

Sudut Kota: Kumpulan Cerita Situbondo

Apacapa

Nonton Film di Bioskop Lama Situbondo

Ahmad Zaidi Apacapa

Merindukan Pariopo, Merindukan Hujan

Puisi Rion Albukhari

Puisi: Sonet Api

Apacapa Rahman Kamal

Cerpen: Kunang-kunang di Atas Perahu

Nanik Puji Astutik Prosa Mini

Laksana Putih Salju

Aditya Ardi N Anwarfi Puisi

Puisi-puisi Aditya Ardi N: Memorabilia Wartel

Halimatussa’diah Mored

Puisi Mored: Pergi Tanpa Kembali dan Puisi Lainnya