Klandestin dan Puisi Lainnya

Barangkali Rindu Tak Bisa Kusemai

Rindu adalah hujan yang menjatuhkan ujungnya paling tajam; menusuk kita
Kau pernah taburkan benih agar tumbuh jadi payung, jadi pelindung
Tapi hujan lebih dari amuk dan gelegar guruh
Kita terhempas, dengan lengan-lengan yang tak lagi bertautan

2025


Klandestin

Wahai sang penyendiri
Aku ingin kembali dengan percakapan-percakapan dahuluku

Dunia yang kuciptakan
Ialah setumpak parunan
Yang melintang dan terbuang

Hanya ada kalut yang carut marut
Hanya ada carut yang berpagut lutut

Tersaruk-saruk sebuah cerita
Melangut semu kalbu beliak

Wahai sang penyendiri
Di memoar bahasa ini
Aku trauma dengan kata kabar
Aku jera dengan sifat sabar!

2025


Menyendiri Dalam Keramaian

Orang berlomba-lomba mengejar senja, aku sibuk mencari malam. Orang-orang mencari keramaian, aku memencil di dalam kamar. Mungkin pengasingan adalah hal kompromistis atau mungkin pengasingan bisa melekat kepada siapa saja yang sedang dilanda sedih. Biar ku tahu jika sendiri adalah hal yang tidak kuinginkan, ku mau menyendiri di dalam keramaian entah di lingkungan pesta, perayaan ulang tahun, pernikahan, atau mungkin merayakan kematian? atau aku salah, mungkin dalam keramaian bisa saja aku dapati sosok-sosok yang sedang berduka? entahlah, antara sibuk menyendiri dan berduka dalam keramaian adalah hal yang tidak kuinginkan sedari lahir.

2025

Penulis

  • Rifqi Septian Dewantara asal Balikpapan, Kalimantan Timur lahir pada Mei, 1998. Karya-karyanya tersebar di berbagai media online seperti Media Indonesia, BeritaSatu, Suara Merdeka, Borobudur Writers & Cultural Festival, Bali Politika, Tatkala.co, Selasar Media, dan lain-lain. Buku antologi puisinya berjudul LIKE diterbitkan oleh Pustaka Ekspresi sekaligus meraih Penghargaan Sastra Penyair Favorit Bali Politika 2024. Kini, sedang menyusun buku kumpulan puisi tunggal Aku Tidak Datang dari Masa Depan (Langgam Pustaka, 2025). Bisa disapa melalui Instagram: @rifqiseptiandewantara


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Buku Thomas Utomo Ulas

Ulas Buku: Novel Anak Bermuatan Nilai-Nilai Kemanusiaan

Achmad Muzakki Hasan Buku Kiri Soe Hok Gie Ulas

Tentang Orang-Orang di Persimpangan Kiri Jalan

Apacapa Kampung Langai

Langai: Bersuara Ataukah Dibungkam?

Apacapa Novi Dina

AMDAL dalam Sebuah Percakapan

Cerpen Yuditeha

Cerpen : Sejarah Gumam

Cerpen M Firdaus Rahmatullah

Cerpen: Sebelum Kau Terjun Malam Itu

Ali Ibnu Anwar Puisi

Puisi: Tubuh yang Mengandung Hujan

Film/Series Ulas

Superman dan Fantastic Four: First Step Siap Menghantam Bioskop Indonesia

Cerpen

Sepasang Kekasih yang Berpisah Karena Hujan

Cerpen

Cerpen: Kota Air Mata

Firmansyah Evangelia Puisi

Puisi: Madilog Sepi

Buku Muhamad Bintang Resensi Ulas

Resensi: Hikayat Kadiroen

fulitik hari wibowo

Gugah Mental Pemuda Situbondo, Mas Rio: Bisnis yang Bagus Itu Dijalankan, Bukan Dipikirkan

Apacapa apokpak N. Fata

DPRD Menggonggong, Pak Karna: Ngutang PEN Jalan Terus

Nurul Fatta Sentilan Fatta

Menolak Sesat Pikir Pendidikan Cuma Cari Ijazah

Cerpen Yuditeha

Cerpen: Berhenti Bekerja

Buku M Ivan Aulia Rokhman Ulas

Sastra Vs Game : Dinamika Peradaban

Apacapa apokpak N. Fata

Ketika Elit Oligarki Berkuasa, Kemerdekaan Bukan Lagi Milik Kita

Apacapa Esai Muhammad Badrul Munir

Listrik Padam, Iduladha, dan Kita yang Bersuka Cita

Apacapa Esai Kakanan Wilda Zakiyah

Pedasnya Jihu Tak Sepedas Rindu