AI Mulai Merajalela di Dunia Pendidikan: Ancaman atau Peluang?

Perkembangan teknologi yang sangat pesat di era globalisasi ini tidak dapat dipisahkan dari dunia pendidikan (Maritsa et al., 2021). Salah satu bentuk kemajuan teknologi yang paling berpengaruh adalah Artificial Intelligence atau kecerdasan buatan. AI sekarang ini menjadi tanda kemajuan teknologi digital yang mampu memberikan cara baru bagi siswa dan guru untuk mencari dan memperoleh pengetahuan maupun referensi.

Artificial Intelligence atau kecerdasan buatan merupakan teknologi yang meniru cara manusia berpikir dan bertindak serta kini banyak digunakan dalam berbagai bidang seperti sumber inovasi modern (Huang & Rust, 2018). AI dapat memproses informasi secara cepat, menganalis data serta memberikan respons yang menyerupai kecerdasan manusia. Oleh karena itu, AI dianggap sebagai sumber inovasi modern yang berpotensi besar dalam mendukung transformasi pendidikan di era digital.

Pemanfaatan kecerdasan buatan dalam bidang pendidikan telah berkembang pesat di berbagai negara maju dalam beberapa tahun terakhir. Teknologi ini mulai dimanfaatkan untuk meningkatkan efektivitas proses belajar mengajar. Misalnya di negara Australia, telah dikembangkan Intelligent Tutoring System (Sistem Tutoring Cerdas) yang berfungsi untuk membantu mengatasi ketidakseimbangan antara jumlah pendidik dan siswa (Luckin & Holmes, 2016). Sementara itu, di negara Jepang, robot berbasis AI bahkan telah mengikuti ujian masuk perguruan tinggi nasional dan berhasil meraih nilai yang cukup untuk diterima di 404 dari 744 Universitas swasta di negara tersebut (Arai & Matsuzaki, 2014). Dari kedua negara tersebut menunjukkan bahwa pemanfaatan AI dalam pendidikan dapat memberikan solusi terhadap berbagai tantangan, mulai dari keterbatasan tenaga pendidik hingga peningkatan kualitas pembelajaran.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Alfiandika et al. (2024) menunjukkan bahwa penggunaan AI dalam pendidikan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Melalui pemanfaatan AI, siswa dapat memperoleh materi pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan mereka. AI juga membantu menciptakan pengalaman belajar yang lebih personal dan adaptif. Selain itu, teknologi ini juga dapat meningkatkan keterampilan digital siswa, yang menjadi kemampuan penting di era modern sekarang ini. Menurut Wahyudi et al. (2025), AI juga dapat membantu seorang guru dalam mempersiapkan bahan ajar dan memudahkan guru dalam mencari berbagai informasi penting yang akan disampaikan selama proses pembelajaran berlangsung.

Artificial Intelligence atau kecerdasan buatan banyak membawa peluang positif dalam dunia pendidikan. Menurut Taruklimbong dan Sihotang (2023), penggunaan AI dapat membuat proses belajar mengajar menjadi lebih efisien, efektif, dan mudah diakses oleh siapa pun. Melalui AI, guru dan siswa dapat mengakses sumber belajar yang lebih luas tanpa batas ruang dan waktu. AI juga dapat membantu dalam mengembangkan materi pembelajaran yang lebih menarik, interaktif, dan sesuai dengan tingkat kemampuan masing-masing siswa.

Sementara itu, Pongtambing et al. (2023) menambahkan bahwa terdapat dua peluang utama dari AI dalam pendidikan. Pertama, AI dapat membantu mengembangkan materi pembelajaran dengan menyediakan informasi terbaru. Kedua, AI dapat berperan sebagai asisten virtual yang membantu siswa dalam memahami materi pelajaran atau memberikan penjelasan tambahan ketika terjadi kesalahpahaman. Dengan demikian, AI bukan sekadar alat bantu, tetapi juga jembatan menuju pembelajaran yang lebih personal dan relevan dengan kebutuhan.

Namun, di balik besarnya peluang tersebut, penerapan AI dalam dunia pendidikan juga menghadapi sejumlah tantangan yang tidak bisa diabaikan, seperti masalah etika dan privasi data (Maulana, 2024). Sebagai upaya mengantisipasi tantangan tersebut, UNESCO (2022) telah menerbitkan panduan kebijakan mengenai penggunaan AI di dunia pendidikan. Panduan ini menekankan pentingnya penggunaan AI secara etis dan bertanggung jawab. Selain itu, kesenjangan akses teknologi di berbagai daerah juga menjadi salah satu tantangan, di mana tidak semua sekolah memiliki fasilitas teknologi dan literasi digital yang memadai untuk mengintegrasikan AI dalam proses pembelajaran. Jika kesenjangan tersebut dibiarkan, pemanfaatan AI berpotensi menimbulkan ketimpangan pendidikan antara sekolah yang berada di perkotaan dan di pedesaan. 

AI seharusnya dipandang sebagai partner bagi guru, bukan sebagai pengganti guru. Guru tetap memiliki peran penting dalam membentuk karakter, empati, dan moral siswa di mana hal-hal yang tidak bisa diajarkan oleh mesin. AI memang mampu memberikan informasi dan analisis secara cepat, tetapi tidak bisa menggantikan nilai-nilai kemanusiaan dan sentuhan emosional yang dimiliki oleh guru. Dengan bimbingan guru yang bijak, AI dapat menjadi alat yang memperkaya proses belajar, bukan menggantikan peran manusia di dalamnya. Tantangan dan peluang AI memang besar, namun dengan kesiapan pendidikan dan kebijakan yang tepat, AI bisa menjadi jembatan menuju masa depan pendidikan yang lebih adil dan bermakna.  Maka dari itu, kehadiran AI dalam dunia pendidikan bukanlah sesuatu yang harus ditakuti, melainkan peluang besar jika dikelola dengan bijak. AI hanyalah sebuah alat, dan bagaimana kita menggunakannya akan menentukan manfaatnya. Teknologi AI bisa menjadi alat untuk membantu siswa belajar lebih cepat, guru mengajar lebih efektif, dan sekolah berinovasi lebih luas. Namun, pendidikan tidak hanya tentang seberapa cepat kita memahami informasi, melainkan juga tentang bagaimana kita memaknai pengetahuan itu dalam kehidupan nyata. Oleh karena itu, dengan kebijakan dan penggunaan yang tepat, AI dapat menjadi sarana penting untuk mewujudkan pendidikan yang lebih berkualitas, inklusif dan berdaya saing di masa depan seperti di negara-negara maju.

Penulis

  • Penulis bernama Aprilia Dwi Nur Hartanti. Penulis sekarang ini sedang menempuh pendidikan di UIN Raden Mas Said Surakarta dari Prodi Tadris Bahasa Indonesia di Fakultas Adab dan Bahasa. Tulisan penulis yang pernah terbit adalah opini dengan judul “Kuliah Hanya Kedok Pengangguran dengan Gaya?” pada bulan Juni 2024 di media Kumparan. Dan juga Resensi dengan judul “Resensi: Aku Tak Membenci Hujan” pada bulan Januari 2025 di media Takanta.


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Apacapa Marlutfi Yoandinas

Teman Saya yang Sudah Menjadi Ayah

Fikri Mored Moret

Cerbung: Fikri dan Kisah-Kasih di Sekolah (Part 3)

Uncategorized

Diduga Transaksional, Ratusan Badan Adhoc Serahkan Satu Kali Gaji ke Tiga Mantan Komisoner

Alvina Fatimatuzzahroh Apacapa

Membaca Tantangan Pesantren Menghadapi Era Teknologi

Apacapa Syaif Zhibond

Tak Perlu Memperkuat Kemanusiaan Generasi Digital

Mohammad Ghofir Nirwana Puisi

Puisi: Aku Ingin Pergi ke Suatu Tempat yang Tanpa Sendu

Mundzir Nadzir Puisi

Puisi: Kembara Rindu

fulitik

Mas Rio Bantu Biaya Pengobatan Warga Situbondo di Bali

Apacapa fulitik masrio

Mimpi Mas Rio untuk Situbondo

Apacapa Marlutfi Yoandinas

Eeufemisme: Antara Maling dan yang Kurang Maling

Agus Yulianto Puisi

Puisi – Wajah Petani

Nanik Puji Astutik Prosa Mini

Laksana Putih Salju

Buku Edo Arnanda Ulas

Resensi: Lord of the Flies

Buku

Buku: Pesona Potensi Pariwisata Kabupaten Jember

Cerpen Fajar SH

Cerpen: Jurang Ludruk

Moh. Jamalul Muttaqin Mored Moret

Cerpen Mored: Perempuan Pelangi

Cerpen

Cerpen: Untuk Seorang Perempuan yang Hanya Kepadanya Kesedihan Bertempat

Puisi Restu Iswara

Puisi: Bisikan

Buku Junaedi Ulas

Ulas Buku: Reka Ulang Tata Ruang dan Ruang Tata Desa

Adinda Fajar Melati Apacapa

Membedah Cerita Lewat Panen Karya