Puisi: Bunga Malam

 

Puisi-puisi
Nanda
Adi Kurniawan


Kata rindu

 

mengingat–ingat
senyum yang kau lontarkan

saat waktu pertama kita
di pertemukan

sekarang hanya kata rindu
yang terucap

di antara sunyi
dalam kehampaan

 

tak tahu dengan apa
lagi mengungkapkan

aku harap suatu
saat  ada pertemuan

untuk melepas rindu
yang memuncak

bukan hanya sebuah
kata yang terangkai menjadi sajak

 

aku selalu menyematkan
doa dalam sujudku

agar tuhan
menyampaikan rindu ini untukmu

maaf aku belum bisa
untuk menghadirkan pertemuan

Tapi akan kuusahakan
agar ada titik temu di antara rindu menjadi tujuan

 

Mungkin aku hanyalah
serangkaian mawar

yang tumbuh lalu memudar

seperti langit yang
cerah, yang tertutupi awan gelap

Mungkin juga seperti
seonggok tanaman yang menantikan hujan turun dan membasahiku

 

Yaaaaa

Ini lah aku yang
selalu larut dalam kerinduan

apakah kisah kita hanya
akan menjadi debu yang menempel di kain?

 di kebaskan
lalu hilang

ataukah bisa seperti
edelewis

ataukah seperti daun
yang jatuh di aliran sungai

yang pasti kau
seperti bunga matahari yang tumbuh di antara ribuan mawar

apakah kau itu
penyihir nona?

menyihir pikiranku
dengan rasa rindu

 

 

 

Rinduku berada di
tepian harapan

 

Menanti suara-suara
lirih deburan

Gemericik ombak yang
menghantam bebatuan

Sapaanmu yang
membawaku ke tepian

suara yang saling bersahutan

embusan angin menemani
kesendirian

ribuan kata yang mungkin
akan terucapkan

 saat sebuah penantian mengubah rindu jadi
harapan

 

 

 

Kedatangan renjana

 

kala dua insan
saling menatap aksa

indahmu Bagai
cakrawala dengan rona jingga

memantik api dalam kalbuku

akaramu seakan
memblenggu  jiwa

akankah kau mampu
mendatangkan asmaraloka

dengan arsa, dan dama
yang amerta

nyatanya kau hanya
fatamorgana

dan kau dara yang
mendatangkan renjana

 

 

 

 

Bunga malam

 

biarkan kuhirup
semerbak wangimu

di antara lebatnya
dedaunan

yang menghias
pohonmu

dan mekarmu dengan
keindahan

di antara gelapnya
malam itu

kau menampakkan
wujudmu

betapa indah dan
memukau kalbu

pikatmu memikat
serangga malam

kaulah sang bunga
malam.

 

 

 

Antara rindu, jarak
dan malam

 

Izinkan aku
menyampaikan rasa di antara gelapnya malam

Dihiasi gemerlap
cahaya dari banyaknya bangunan

Di antara bukit
melekat  bayangmu di dalam angan

Embusan angin
menambah perasaan yang menjadi dingin perlahan

Hingga merangsang
hati dalam rasa kerinduan

Memisahkan kita
di antara jarak yang berjauhan

Bukan karna tidak
memiliki, tapi tuhan telah memiliki rencaha kehidupan

Rasa yang semakin
lama ingin terus bertahan

Ini bukan tentang
jarak namun, tentang titik dimana rindu dapat tersampaikan

 

 

 

Tentang Penulis

Nanda Adi Kurniawan,
berasal dari Bangka Belitung, namun saya lahir di Tulung Agung, saya merupakan
anak pertama dari dua bersaudara. Dulu saya sangat tidak suka menulis tapi
perlahan seiring bertambah usia saya sering mengungkapkan isi perasaan saya ke
dalam tulisan bukan tanpa sebab saya suka menulis , karena saya merasa jika
saya menulis mampu membuat saya lebih tenang dalam mengekspresikan perasaan
saya entah itu saat kecewa, ataupun saat dimana perasaan yang bercampur aduk
yang memenuhi isi pikiran saya, saat itulah saya mulai suka melampiaskan
perasaan saya dengan menulis , dan dalam menulis saya terinspirasi dari sosok Fiersa
Besari di karenakan tulisan – tulisan beliau menurut saya sangat memaknai
kehidupan. Mungkin itulah sepenggal cerita saya .

ig. @mass_nnda

Penulis


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Apacapa

Apakah Menjadi Ibu Dilarang Sambat?

Alexong Cerpen Dody Widianto

Cerpen: Gelas, Pion dan Lukisan Picasso

Agus Hiplunudin Buku Ulas

Filsafat Eksistensialisme Karya Agus Hiplunudin

Apacapa

Mara Marda Institute Gandeng Bank Indonesia Gelar Pelatihan Inkubator Industri Kreatif

Anjrah Lelono Broto Apacapa Esai

Kabar Kematian Kawan Seniman; In Memoriam Cak Bakir

Febrie G. Setiaputra Resensi

Resensi: Sunyi di Dada Sumirah

Cerpen Heru Mulyanto

Cerpen: Pertemuan

Penerbit

Buku: Kesiur Perjumpaan

Cerpen Yuditeha

Cerpen : Sejarah Gumam

Apacapa

Dangdut Madura: Upaya Orang Madura ‘Swasta’ Mengartikulasikan Modernitas

Apacapa Irwant

Pernak-Pernik Lebaran

Apacapa Randy Hendrawanto

Pemilihan Tidak Langsung Mengebiri Hak Politik Rakyat

Apacapa Irwant

Jomblo dan Motor Tunggangannya

Alex Cerpen

Cerpen: Dia Bukan Gatot Kaca

Alexong Arianto Adipurwanto Cerpen

Cerpen: Malam Panjang Naq Kerinying

Apacapa Daviatul Umam Esai

Mengenang Sumur, Menatap Luka yang Curam

Apacapa Madura Syaif Zhibond

Parabân Nyangsang

Apacapa takanta

Burnik City: Dulu Tempat Main, Sekarang Tempat Healing

Apacapa Esai Rahman Kamal

Laut Memanggil, Dik. Sudahkah Kau Menjawabnya?

Aditya Ardi N Anwarfi Puisi

Puisi-puisi Aditya Ardi N: Memorabilia Wartel