Puisi Ruah Alam Waras

 

A
Deliberately Fringed Lelakon / Nature /

 

Participant joined
15 minutes before agenda as the late bird message. Well, was different from
another webinar that gave meeting code and password or zoom link. Accessed
Youtube a minute after schedule and Zoom at 8:24 pm. Due to prospective mango
flor? Wanted to learn while screen balanced 8″, not posed back.

A familiar person,
where? Creation House? Is She from Jember? Poetry virtual gatherings had been
starting to dazzle. Her Jasminum sambac portrayed Jawa Jember instead of Mataraman
pondering green harrows. / A deliberately fringed Lelakon / Nature. //

 

2020

 

 

 

 

Ruah
Alam Waras

 

Kuda menjerit akan
sayap kijang. Akal dan jiwa setiap tali berwarna. Denting melaju terhuyung
menawar 3, layak tawar jambi. Belum tunggang hilang tak hilang akan 2 urut
reranting. Tenan berkas tunggang karya berkabung di alam tak berdaun serta
berbuah di korong berair atau lembab sehingga teralam tau di dalam lubuk? Kau
meruah alam atau ceruk 4?

Suah samar berpijak
pawana menuju alas senja.

 

2020

 

 

 

 

Alam
Taman Sejuk

 

Memisau langsat
cerah di atas dingklik biru bundar. Senang menatap kurma sedang Abuya sering
bertutur dedaun mangga. Mewajah Sang Langsat dan tersenyum, “Mencari
ilham.” Mengusap air pada badan dengan biru lembut, mengimbang, “Cari
dan hadap barat.” Keluk ke kanan belakang? Tepat arah.

Biasa
teralam sedari bajak. Kelok rujuk, hijau mencelus syahdu sejuk.

 

2020

 

 

 

Adat
Otak, Penting!

 

Kau pikir korban
menikmati sehingga tak lapor?

Kalian cuci mata dengan
lumpur puih? Wahai! Ketua abai, mewujud aran bersih, meracau, “Kenapa
menganggu? Ia beristri.” Gajimu cukup membeli timbang, ‘kan? Lain hati
hangit. / Jemur bangkai ke atas bukit. / Layan berlubang semut merah di bawah
mentari tengah hari. Adat janin, awing, dan penting: Kau! “Kau mencari
nilai di sini.” Pandang tohor!

Bagaimana hukum
terselip ulah debu lebat sering menyalahkan korban? / Wanita. / Kelabu!

 

2020

 

 

 

 

Gist Mond, Dja.

 

“Dja, why
weren’t You stay
ing
longer in English Corner last March?

Why haven’t You
questioned
yet what
She has experienced in
that
momentous Month?

Why are You lost
until now yesterday?”

Were attending same
lecture in Room 12 in 1st semester, weren’t in 5th. You were facing window in
Room 9, while She was listening to “te
g … teg … teg …” in Room 10.

Was waiting for firm
believe to catch the Month. You left before gist Mond.

 

2020

 

 

 

IDENTITAS PENULIS

 

Tjahjaning Afraah Hasan S. A.
Pejuang Alam Syair. Mahasiswi Sastra Inggris Universitas Jember. Saat ini tinggal
di Jember, Jawa Timur.

Penulis


Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Buku Ulas Yudik Wergiyanto

Tanah Surga Merah: Menikmati Kritikan Yang Bertebaran

A. Warits Rovi Cerpen

Cerpen: Lelaki Yang Bercita-cita Jadi Tukang Sihir

Buku Mareza Sutan Ahli Jannah Ulas

Ulas Buku: Mendewasa dalam Rindu

Buku Junaedi Ulas

Ulas Buku: Reka Ulang Tata Ruang dan Ruang Tata Desa

Puisi Uwan Urwan

Kita Telah Mati

Apacapa Moh. Imron

Situbondo Ghumighil: Nèmor Sudah Tiba

Agus Hiplunudin Apacapa

Tingkat Kepercayaan Masyarakat terhadap Parpol Diuji pada Pemilu 2019

Apacapa Qunita Fatina

Analisi: Puisi Aku Ingin Karya Sapardi Djoko Damono

Anwarfi Faris Al Faisal Puisi

Puisi-puisi Faris Al Faisal

Apacapa Sururi Nurullah

Fashion dan Berbagai Dampaknya

fulitik

Diserbu Peserta Jalan Santai Bareng Mas Rio, Bakso Agung Talkandang Raup Omzet Jutaan

Apacapa Nanik Puji Astutik

Lelaki yang Kukenal itu tidak Punya Nama

Apacapa matrais

Jangan Gagal Paham Soal Kecamatan Baluran

Cerpen

Cerita dari Taman Kota dan Surat Kabar Misterius

Arian Pangestu Cerpen

Cerpen – Rindu

game Ulas Yopie EA

5 Alasan Mengapa Kita Tidak Perlu Membeli PS5 Pro

Apacapa Hasby Ilman Hafid

3 Hal Unik yang Pernah Dilakukan Oleh Santri

Apacapa Ayu Ameliah

Urgensi Perlindungan Hak Asasi Manusia dalam Masyarakat Multikultural

Madura Puisi Madura Sastra Situbondo

Puisi Madura: Namen Loka

Apacapa Moh. Imron

Museum Balumbung: Para Pendekar Masa Lalu