tidak ada musim
lampu kota
mencair
Cuaca telah membuat berpasang mata saling curiga.
Hujan yang kemarau
Kemarau yang hujan
Terjadi saling tuduh, kiranya bayangan siapa menanamkan bencana.
1)
Aku tetap dan akan terus yakin di dunia yang nyaris tak nyata ini,
diri dengan berjalan bungkuk
penyesalan.
2)
Di dalam diriku,
waspada:
senyap dalam kesedihan
Aku bertanya pada diriku sendiri
Mengapa masjid sepi? zikir rodat para kiai telah usai barangkali,
Sementara pastor berhambur keluar dari gereja
do
biksu menyisakan bisu
Vihara kehilangan aroma wangi kembang tujuh rupa
semua padam terbentur angin kemarau panjang
3)
Aku menyengajakan diri terpejam,
bayi sejak purba.
Barangkali, aku satu satunya yang membenci diri sendiri
Tamadun, lekaslah punah dan diganti dengan perumpamaan baru
agar Tuhan tidak lagi diadu
Malang,
2019
Di Rumahku, Tuhan Datang Membawa Rindu.
bersih, dan pasti kau tengah merindukanku
membawakan sepotong rindu
Schuztassafel
aku hanya tak ingin melihat Hitler menangis lewat mimpi, semenjak kapitalis
melenggang jauh, komunis melempem begitu saja
hidup hanya menunda takdir
Saatnya nanti,
aku berjumpa Hitler
di alam barzah
aku ingin menjadi garda terdepan
yang memekkikkan “revolusi” ,
agar Tuhan tahu di balik kematian Hitler,
ada peradaban yang lapuk
di makan usia.
Selena
di sana
Tuhan menanya Neil
“Kapan
kamu tiba Neil?”
ia tidak menjawab
atau mungkin
ia tidak benar benar tiba
Tuhan lalu pergi
melihat Neil yang diam saja
– di dalam Kamar
– dalam latar fiktif
Neil pergi ke depan laptop
membuka aplikasi editing foto
ia ingin memotret Tuhan
yang dijumpainya saat berada di bulan
– di dalam Kamar
– dalam latar fiktif
Neil memberitahu kan pada dunia
ia telah sampai di bulan
bertemu Tuhan
tapi, Tuhan buru buru pergi
saat Neil baru akan menjawabnya
– di dalam Kamar
– dalam latar fiktif
seluruh dunia pun percaya
dan lebih percaya pada Neil
dari pada Tuhan
Moksa
Saat diriku terlampau kembara,
Perhitungan kian tak jelas;
sehari semalam,
dibedakan
Linglung dan sadar sulit dinarasikan
Adalah kerinduan padaMu,
semu.
ini adalah minggu terakhir
yang baru.
pada ku.
2434 hari itu.
Biodata Penulis:
penulis dan pembaca yang gemar mencorat corat notes di gawai. Saat ini,
tercatat sebagai mahasiswa semester 4 jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia Universitas Islam Malang.
kumpulan puisi berjudul “Harta, Tahta, Wanita (2019)”, buku kedua kumpulan
cerpen bersama dua orang teman berjudul “Jangan Ambil Jari Manisku (2019)”,
buku ketiga kumpulan esai berjudul “Idealisme Telur Setengah Matang (2020)”. Menjadi partisipan di beberapa
organisasi. Di IMABSII sebagai department sosial yang tidak
sosialis. Menulis
dibeberapa media cetak dan daring berskala lokal. Dan sering celoteh
pada blog pribadi: bacotsam.wordpress.com. Dapat dihubungi melalui Instagram
@dani_alifian, Twitter: @danialifian, dan Facebook danialifian.
Tinggalkan Balasan