Sajak Orang Gila


Oleh
: Uwan Urwan
Mereka
adalah sekumpulan tabuhan dinding.
Kelinting…
Kelontong… Kelenteng….
Bunyinya
berganti setiap detik.
Ada
yang berdangdut, berdansa, cuci kepala, sampai memotong leher sendiri.
Mereka
tetap anak-anak dalam wujud bohay dan gembrot.
Mungkin
mereka selalu hidangkan anjing mati dalam kudapan siang.
Beramai-ramai
ada kuda, cacing, lintah, kucing, ular, buaya, kadal, monyet, hingga kekasih
yang tak pernah peduli kelamin di situ.
Mereka
beri bumbu rica-rica, bawang putih tumis kata-kata, dan saos melati dari Gunung
Merapi.
Dan
mereka hanyalah manusia.
Mau
seberapa berat pun mulutku definisikan itu, sebutan mereka tak akan pernah
bergeser.

Situbondo, 2007

Penulis


Comments

Satu tanggapan untuk “Sajak Orang Gila”

  1. Thank you Takanta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Baiq Wahyu D. Puisi

Puisi: Purnama di Bulan Januari

Buku Muhammad Rizal Resensi Ulas

Resensi: Tentang Jalan Lurus dan Sungai yang Mengalir

Musik Supriyadi Ulas

SID, Keroncong, dan Lirik Penggugah

Apacapa Moh. Imron

Situbondo Ghumighil: Nèmor Sudah Tiba

Apacapa Raisa Izzhaty

Sebuah Cerita Horor Tentang Pernikahan

Apacapa Marlutfi Yoandinas

Situbondo Dik, Patennang!

Puisi Restu Iswara

Puisi: Bisikan

Uncategorized

Ini Dia Perbedaan Mas Rio dan Teh Rio

Agus Hiplunudin Buku Ulas

Politik Identitas di Indonesia Karya Agus Hiplunudin

Puisi Rudi Santoso

Setan Rindu dan Puisi Lainnya Karya Rudi Santoso

Cerpen Nasrul M. Rizal

Cerpen : Perihal Tabah Karya Nasrul M. Rizal

Puisi Saiful Arif Solichin

Puisi: Jalan Pulang

Apacapa Nanik Puji Astutik

Aku Bukan Pejuang Love Cyber

Pantun Papparekan Madura Totor

Pantun Madura Situbondo (Edisi 6)

Agus Hiplunudin Apacapa Esai

Suku Jawa Menjadi Kunci Kemenangan Politik pada Pilkada Serentak 2018 dan Pilpres 2019

Heru Mulyanto Mored

Bocah dari Palung Merah

Buku M Ivan Aulia Rokhman Ulas

Review Buku Orang-Orang Bloomington

Nida Nur Fadillah Puisi

Puisi: Angin Misterius

Muhaimin Prosa Mini

Tahun Baru? Why Not?

Buku Junaedi Ulas

Jangan Tinggalkan Desa, Karena Desa Layak untuk Diperjuangkan